KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ekonomi Jepang belum lepas dari tekanan setelah ekspor negeri sakura itu kembali melemah.
Data Kementerian Perdagangan Jepang Senin (19/08) menunjukkan, ekspor pada Juli 2019 kembali turun 1,6%.
Kinerja ekspor Jepang yang terkoreksi sudah berlangsung selama delapan bulan terakhir.
Melemahnya ekspor Jepang pada bulan Juli dipengaruhi oleh penurunan ekspor suku cadang mobil dan peralatan produksi semikonduktor ke China.
Meski demikian, realisasi ekspor Jepang lebih baik ketimbang ekspektasi para ekonom yang sebelumnya memperkirakan terjadi penurunan hingga 2,2%.
Selain itu, tersirat harapan jika melihat secara year on year (yoy) ekspor pada Juli 2019 mengalami kenaikan 1,5%.
Analis Capital Economics memperkirakan tekanan terhadap kinerja perdagangan luar negeri Jepang bakal terus berlanjut.
Impor bakal terus melebihi ekspor lantaran ada sinyal konsumen di negeri sakura memajukan pembelian barang impor menjelang kenaikan pajak penjualan yang direncanakan pada bulan Oktober.
"Hasilnya adalah persoalan nilai perdagangan bersih dapat tetap menjadi hambatan pada pertumbuhan pada kuartal ketiga," tulis analis dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip dari Reuters (19/08).
Gara-gara perang dagang
Kinerja ekspor Jepang tidak lepas dari perang dagang global yang tengah berlangsung.
Dalam lima bulan terakhir ekspor ke China, yang merupakan mitra dagang terbesar bagi Jepang terus menyusut.
Pada Juli 2019 ekspor ke China menyusut 9,3% (yoy).
Di sisi lain, ekspor Jepang ke Amerika Serikat hingga Juli 2019 naik 8,4%.
Pendorongnya adalah lonjakan pengiriman peralatan produksi semikonduktor, konstruksi dan mesin pertambangan, serta pesawat terbang.
Namun, Reuters menyebut, kenaikan ekspor Jepang ke AS bisa memicu kemarahan Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, Trump memang telah mengkritik Jepang dan mitra dagang lainnya karena telah terjadi ketidakseimbangan perdagangan yang tidak adil dengan negaranya.
Pekan ini Jepang dan AS akan mengadakan pembicaraan perdagangan tingkat menteri di Washington.
Keduanya akan membicarakan kesepakatan perdagangan awal soal ekspor daging sapi AS dan ekspor mobil Jepang.
Di sisi lain, Jepang juga tengah terlibat pertikaian dagang dengan Korea Selatan yang memicu tambahan beban bagi industri mereka.