KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode tahun 2023 merupakan sebuah masa, pergerakan dunia investasi, terutama saham, flat terkoreksi karena geopolitik dan recovery ekonomi yang tidak setinggi ekspektasi.
Masyarakat mengerem belanja dan berimbas pada melambatnya kinerja emiten di bursa. Ini mengingatkan kita, meskipun return besar, investasi di saham memiliki tingkat risiko yang tinggi.
Bagi investor yang memiliki profil risk and return lebih konservatif, diversifikasi merupakan strategi investasi mengurangi risiko. Salah satu cara diversifikasi, membagi investasi ke kelas aset saham dan obligasi.
Dengan terbatasnya instrumen obligasi korporasi dan pertimbangan likuiditas serta risiko kredit masih tinggi, pilihan utama adalah Surat Utang Negara (SUN).
Apakah SUN bentuk diversifikasi investasi saham? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bandingkan kinerja saham, diwakili kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan obligasi pemerintah, diwakili Infovesta Government Bond Index (IGBI).
Ini sebuah indeks yang dikembangkan Infovesta Utama. Mewakili investasi obligasi negara dan dihitung dengan metode total return, mencakup pergerakan harga dan pendapatan kupon dan mewakili obligasi negara dengan jenis fixed rate atau kupon tetap.
Indeks tersebut dengan asumsi, investor membeli seluruh produk obligasi negara di pasar dengan pembobotan sesuai nilai nominal dibandingkan nilai nominal keseluruhan obligasi. Yield to maturity dan pembagian kupon juga masuk dalam kalkulasi IGBI.
Periode membandingkan kinerja dari kedua instrumen investasi tersebut year to date, 1 Januari – 31 Agustus 2023). Hasil perbandingan kinerja keduanya dapat dilihat pada infografis di bawah ini.
Terlihat pergerakan return IHSG dan IGBI tahun ini tidak selaras. Saat IHSG berfluktuasi dan kinerja 1,5%, SUN cenderung stabil dengan kinerja 3,98%. Penyebabnya gelombang kenaikan suku bunga mereda dan investor percaya, berbalik turun di tahun depan.
Harga obligasi negara sempat tertekan tahun lalu cenderung stabil dan menguat. Minat masyarakat tinggi karena SUN memberikan kepastian tingkat pengembalian dalam bentuk kupon dan sangat aman. Prediksi untuk imbal hasil SUN rata-rata hingga akhir tahun bisa 5,5%-6%
IGBI merupakan rata-rata dari kinerja seluruh SUN. Imbal hasil SUN sesuai seri dan jangka waktu jatuh tempo. Lebih panjang jatuh tempo, lebih tinggi imbal hasilnya.
Baca Juga: Penerbitan SBN Ritel Tahun Depan Masih Akan Membetot Minat Investor
Per akhir Agustus 2023 imbal hasil per tahun SUN tenor 5 tahun sekitar 6,2%, 6,4% untuk tenor 10 tahun dan di atas 6,7% tenor di atas 20 tahun. Jauh di atas bunga deposito 4,25%. SUN juga unggul dari sisi pajak 10% dibanding deposito yang 20%, bahkan SUN dollar AS atau disebut seri Indon pajak 0%. Meski imbal hasil berbeda dengan rupiah.
Bagi investor ritel lebih mudah membeli SUN karena bisa membeli lewat agen penjual online atau bank dapat membeli mulai dari Rp 1 juta.
Tentu tidak ada investasi tanpa risiko, harga SUN umumnya akan tumbang ketika suku bunga naik. Namun bagi investor, risiko ini relatif rendah. Sepanjang dipegang hingga jatuh tempo, SUN terus memberikan kupon pasti.
Di tahun pemilu, 2024, besar harapan pasar saham membaik. Tapi untuk diversifikasi SUN tetap menawarkan imbal hasil lebih pasti. Bagi investor moderat, tahun depan disarankan 40% pada instrumen berbasis obligasi, 40% berbasis saham dan 20% instrumen pasar uang.