KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor mobil listrik di Indonesia makin bersinar. Apalagi, terbaru, BYD menggebrak pasar mobil setrum Tanah Air dengan menghadirkan Atto 1, electric citycar berbanderol harga di bawah Rp 200 juta per unit untuk tipe standard range memiliki daya tempuh 300 km sekali pengisian baterai.
Kehadiran BYD Atto 1 membuat gempar pasar mobil murah di negara kita, bukan hanya mobil listrik, juga mobil konvensional. Perang harga bahkan terjadi di pasar mobil listrik. Wuling banting harga gede-gedean saat gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 untuk Binguo EV hingga ratusan juta rupiah, yang langsung menyulut petisi dari konsumen yang membeli Binguo EV di harga normal beberapa bulan sebelumnya.
Sejak masuk ke Indonesia, BYD memang langsung menggebrak pasar mobil listrik Indonesia lewat produk-produknya. Kini, merek asal China ini menjadi penguasa pasar mobil listrik di Indonesia. Di semester pertama tahun ini, mereka berhasil menjual 19.825 unit, dengan 5.733 unit di antaranya merek Denza, multi-purpose vehicle (MPV) mewah milik BYD. Itu berarti, BYD mencaplok 55,3% dari total penjualan mobil listrik 35.846 unit.
Teknologi yang berkembang cepat, khususnya baterai, membuat harga mobil listrik makin terjangkau. Apalagi, ada insentif dari pemerintah berupa diskon besar pajak pertambahan nilai (PPN). Sehingga, upetinya menjadi hanya 2%.
Ke depan, sangat mungkin harga mobil listrik makin murah. Keberadaan pabrik baterai di dalam negeri menjadi salah satu pendorongnya. Itu sebabnya, pemerintah bakal memberikan insentif kepada investor yang membangun pabrik baterai yang terbuat dari nikel. Ada tax holiday, tax allowance, dan pembebasan bea masuk bahan baku.
Berbagai insentif ini bisa menekan harga baterai, yang berujung pada harga mobil listrik yang makin murah. Sebab, baterai merupakan komponen termahal mobil listrik.
Hanya, harga mobil listrik baru yang cepat jatuh, menjadi isu di kalangan konsumen. Hal ini menjadi faktor mereka menunda pembelian mobil listrik. Buntutnya, menganjal upaya mendorong konsumen untuk membeli mobil listrik sebagai kendaraan pertama mereka.
Harga mobil listrik anyar yang cepat jatuh juga membuat harga mobil listrik bekas terjun bebas. Padahal, sebagian besar konsumen Indonesia masih menjadikan harga jual kembali mobil sebagai pertimbangan utama dalam membeli kendaraan bermotor roda empat.