Duh, Tarif Baru AS Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi China di Bawah 6%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengancam tambahan tarif 10% pada US$ 300 miliar produk impor China bakal makin menekan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Sejumlah ekonom menilai, pertumbuhan ekonomi tahunan China bisa amblas di bawah 6%, atau menjadi yang terendah sejak tahun 1990.
Menurut 14 ekonom yang disurvey Bloomberg, tambahan tarif 10% akan memangkas ekspansi produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,5%.
Padahal, pertumbuhan ekonomi China sendiri sudah diprediksi melambat menjadi 6% di tahun depan. Dengan tarif baru ini, artinya pertumbuhan ekonomi China bisa makin terseret di batas bawah target ekonomi pemerintah saat ini.
Baca Juga: Pompeo beritahu PM Kanada pihaknya fokus membebaskan warganya yang ditahan China
Prospek tersebut juga mempertimbangkan pelemahan permintaan dari dalam negeri akibat perang dagang dengan AS.
Trump sendiri sempat beberapa kali menunda kenaikan tarif yang akan mulai berlaku pada 1 September ini, lantaran turbulensi ekonomi. Sementara itu, masih ada rencana negosiasi tatap muka yang akan berlanjut bulan depan untuk penangguhan tarif lanjutan.
Baca Juga: Perbankan meracik strategi untuk memacu kredit ekspor-impor di tengah perang dagang
"Langkah AS akan menimbulkan beberapa tantangan bagi ekspor dan ekonomi China, tetapi secara keseluruhan, dampaknya dapat dikendalikan," kata Juru Bicara Departemen Perdagangan China Gao Feng, kemarin. Ia melanjutkan, China terpaksa bakal membalas jika AS tetap memberlakukan tarif baru.
Tujuh dari 12 analis...
Tujuh dari 12 analis mengatakan, tarif baru akan mengurangi sekitar 0,5-1 poin persentase dari ekspansi ekspor China.
Bahkan menjelang peringatan 70 tahun Partai Komunis, para pembuat kebijakan tidak menunjukkan tanda-tanda bakal meluncurkan stimulus skala besar untuk menopang angka pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Huawei siap mengoperasikan bisnisnya di bawah pembatasan AS
Sebaliknya, para pejabat telah mengubah pengaturan kebijakan dan memprioritaskan stabilitas ekonomi. Pihak berwenang sedang mempertimbangkan peningkatan kuota obligasi pemerintah daerah untuk belanja infrastruktur, lalu, bank sentral mendorong reformasi yang dapat menurunkan biaya pinjaman.
Dalam survei terpisah, analis mengatakan tidak ada perkiraan kalau bank sentral China, People's Bank of China (PBoC) bakal menurunkan suku bunga dalam pendanaan jangka menengah di pekan depan.
Baca Juga: Huawei siap mengoperasikan bisnisnya di bawah pembatasan AS