Ekonomi Global Tidak Stabil, Pembelian Emas Oleh Bank Sentral Melonjak 74%

Kamis, 31 Januari 2019 | 21:15 WIB
Ekonomi Global Tidak Stabil, Pembelian Emas Oleh Bank Sentral Melonjak 74%
[]
Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembelian emas oleh bank sentral di seluruh dunia melonjak. Berdasarkan data World Gold Council (WGC), pada tahun 2018 pembelian bersih emas oleh bank sentral di seluruh dunia melonjak 74% menjadi 651,5 ton jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Pembelian emas oleh bank sentral itu menjadi yang tertinggi sejak Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon pada tahun 1971 menghentikan standarisasi dollar AS terhadap emas. Kini, bank sentral di seluruh dunia menyimpan emas seberat 34.000 ton.

Mengutip riset World Gold Council, Kamis (31/1), menyatakan bahwa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang kian meningkat mendorong bank sentral mendiversifikasi cadangan kekayaannya. Bank sentral lantas memfokuskan perhatian mereka terhadap aset yang aman dan likuid, yakni emas.

Survei terbaru World Gold Council juga menyebutkan bahwa sebanyak 76% dari total bank sentral dunia menyatakan peran emas sebagai safe haven sangat relevan. Lalu sebanyak 59% responden menegaskan emas menjadi aset yang tepat untuk mendiversifikasi portofolio. Selanjutnya, seperlima dari koresponden memastikan akan menambah kepemilikan emasnya dalam 12 bulan ke depan.

Sepanjang tahun 2018, Bank Sentral Rusia menjadi pembeli terbanyak emas. Data World Gold Council menunjukkan, bank sentral di negara tersebut membeli 274,3 ton emas disepanjang tahun 2018, setelah sebelumnya menjual aset US treasuries-nya.

Emas milik bank sentral Rusia kini berjumlah 2.113 ton atau bertambah 1.726,2 ton sepanjang 13 tahun terakhir.

Sementara cadangan emas milik Bank Sentral China hingga akhir 2018 berjumlah 1.852,2 ton atau naik 10 ton dari akhir tahun 2017. Jumlah emas milik Bank Sentral China kini menyumbang porsi 2,4% dari total kekayaan lembaga tersebut. Tahun lalu, porsi emas pada portofolio Bank Sentral China tercatat sebesar 2,3%. China memang sedang mengurangi cadangan mata uang asingnya sebanyak US$ 67 miliar sepanjang tahun 2018, menjadi US$ 3,1 triliun.

Meski banyak bank sentral yang tertarik membeli emas, ada juga bank sentral yang menjual cadangan emasnya tahun lalu. Dari catatan World Gold Council, semisal Bank Sentral di Indonesia yang telah melakukan penjualan bersih emas seberat 2 ton, tahun lalu. Adapun Bank Sentral Australia menjadi bank sentral yang paling banyak melakukan penjualan bersih emas tahun lalu, yakni sebanyak 4,1 ton.

Bagikan

Berita Terbaru

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 19:34 WIB

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?

Kenaikan imbal hasil SBN menjadi salah satu tanda perubahan sentimen pasar terhadap risiko fiskal dan arah ekonomi domestik.

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

INDEKS BERITA

Terpopuler