Eksperimen Berbahaya

Rabu, 17 September 2025 | 06:10 WIB
Eksperimen Berbahaya
[ILUSTRASI. TAJUK - Titis Nurdiana]
Titis Nurdiana | Pemimpin Redaksi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mentransfer likuiditas jumbo Rp 200 triliun ke perbankan Himbara patut menjadi perhatian serius. Kebijakan ini seakan keluar tanpa kalkulasi yang matang. Padahal kebijakan ini bukanlah keputusan kecil. 

Mengguyur likuiditas dalam jumlah raksasa tanpa adanya fondasi tata kelola perbankan yang kuat akan menempatkan direksi atau manajemen bank milik negara (Himbara) dalam posisi rawan! Mereka menghadapi tekanan serius: menyalurkan kredit Rp 200 triliun. 

Dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan (15/9), Purbaya juga mengakui bahwa bankir pelat merah pusing dan hanya mampu menyerap Rp 7 triliun dari total dana Rp 200 triliun itu. Namun, ia nampak tak risau dan minta bankir Himbara  ikut berpikir, bukan hanya dirinya. 

Likuiditas Rp 200 triliun di perbankan Himbara saat ini bukanlah air pelepas dahaga saat musim kering. Likuiditas mereka banjir di aneka instrumen pemerintah dan Bank Indonesia (BI) karena sepinya permintaan kredit. Kini ada tambahan baru yang harus disalurkan.

Dalam kondisi seperti ini, target kredit bisa berefek serius, rawan moral hazard, risiko lemahnya penyaluran kredit yang sehat, belum lagi potensi ketidakseimbangan struktur keuangan bank. 

Sebagai bendahara negara, Purbaya memegang tanggung jawab yang jauh lebih besar, dari sekadar mengalirkan dana. Kredibilitas anggaran adalah napas kepercayaan publik dan investor. Begitu kredibilitas itu digadaikan dengan kebijakan yang serampangan, kerentanan sistem keuangan nasional bisa meledak.

Purbaya juga harus mengingat bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan bukanlah sekadar angka dalam neraca negara. Itu adalah amanah rakyat. Bila kebijakan berujung pada kegagalan, biaya sosial dan ekonomi yang ditanggung bangsa ini akan terlampau mahal.

Oleh karena itu, Menkeu seharusnya berhenti bersikap "koboi" dalam mengelola keuangan negara. Yang dibutuhkan saat ini adalah kepemimpinan fiskal yang berhati-hati, transparan, dan berorientasi pada keberlanjutan. Tanpa itu, rapuhnya sektor keuangan bisa menjadi awal runtuhnya pilar ekonomi nasional.

Dengan ukuran jumbo, bank Himbara seharusnya menjadi jangkar stabilitas, bukan ladang eksperimen kebijakan instan. Ini menjadi pertaruhan yang sangat berbahaya. Ingat, sektor keuangan itu rapuh. Sekali goyah, efeknya menjalar ke seluruh sendi perekonomian. Tentu, bukan itu yang kita inginkan!

Selanjutnya: Menyongsong Penurunan Bunga The Fed, Harga Emas Melejit

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Ada 10 Token Unlock di Bulan Oktober, Simak Dampaknya ke Market Kripto
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 10:25 WIB

Ada 10 Token Unlock di Bulan Oktober, Simak Dampaknya ke Market Kripto

Periode token unlock bisa menunjukkan seperti apa tingkat kepercayaan manajemen dan pemilik terhadap masa depan aset kriptonya.

Volatilitas Harga Batubara Dunia Masih Menekan Prospek Bisnis dan Saham PTBA
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 08:54 WIB

Volatilitas Harga Batubara Dunia Masih Menekan Prospek Bisnis dan Saham PTBA

Meski permintaan dari Tiongkok menurun, PTBA berhasil menjaga kinerja ekspor dengan memperluas penetrasi ke pasar ekspor di negara lain. 

Perputaran Ekonomi MotoGP Capai Rp 4,8 T
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 08:43 WIB

Perputaran Ekonomi MotoGP Capai Rp 4,8 T

Angka ini mencakup berbagai sektor, mulai dari akomodasi, transportasi, konsumsi kuliner, hingga belanja produk kreatif lokal

Sentil Delapan Provinsi dengan Inflasi Tinggi
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 08:36 WIB

Sentil Delapan Provinsi dengan Inflasi Tinggi

Meski sebagian besar daerah menunjukkan perbaikan harga pangan, masih ada kota dan kabupaten yang inflasinya tergolong tinggi

Perak Pecahkan Rekor Harga Tertinggi, Efeknya ke BRMS dan MDKA Masih Mini
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 08:31 WIB

Perak Pecahkan Rekor Harga Tertinggi, Efeknya ke BRMS dan MDKA Masih Mini

Emiten pertambangan mengaku tak memiliki rencana bisnis khusus untuk meningkatkan produksi perak mereka.

Pemerintah Masih Siapkan Dim Sum Bond
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 08:29 WIB

Pemerintah Masih Siapkan Dim Sum Bond

Pemerintah memastikan penerbitan Dim Sum Bond, masih sesuai jadwal yang direncanakan, yakni di kuartal IV-2025. 

Ada Rotasi Dana investor Lokal Ke Sektor Unggas, Saham CPIN dan JPFA Jadi Pilihan
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Ada Rotasi Dana investor Lokal Ke Sektor Unggas, Saham CPIN dan JPFA Jadi Pilihan

Katalis utama berasal dari kenaikan konsumsi rumah tangga, stabilnya harga jagung dan DOC, serta penurunan biaya pakan dibanding semester I.

Harga Batubara Belum Akan Kemana-mana, Investor Disarankan Selektif Pilih Saham
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 07:33 WIB

Harga Batubara Belum Akan Kemana-mana, Investor Disarankan Selektif Pilih Saham

Hingga pengujung 2025 harga batubara diperkirakan akan bergerak sideways di kisaran US$ 90 hingga US$ 120 per ton.

Tekanan pada Rupiah  Masih Akan Tinggi pada Selasa (7/10)
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 06:50 WIB

Tekanan pada Rupiah Masih Akan Tinggi pada Selasa (7/10)

Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Senin (6/10)

Target Dikejar, Risiko Shortfall Pajak Mengintai
| Selasa, 07 Oktober 2025 | 06:29 WIB

Target Dikejar, Risiko Shortfall Pajak Mengintai

Setoran masih seret dan hilangnya potensi penerimaan pajak berisiko memperlebar shortfall                     

INDEKS BERITA

Terpopuler