Ekspor Jasa Pendidikan Tinggi Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam tiga bulan terakhir, sebagian besar headline media massa dan media sosial didominasi pembahasan tentang tarif masuk ekspor ke Amerika Serikat (AS). Kebijakan yang dipicu oleh defisit neraca perdagangan yang dialami, khususnya terhadap China. Alasannya jelas, hegemoni sebagai ekonomi terbesar dunia perlu dipertahankan. Menariknya, fakta kemampuan China dalam menyamai bahkan mengungguli beberapa teknologi tinggi yang selama ini menjadi andalan AS mengemuka. Sejak awal 1990-an, mahasiswa China memiliki proporsi terbesar di perguruan tinggi (PT) Ivy League maupun elit lainnya. Kondisi yang menjadi dasar pembatasan mahasiswa asing, khususnya dari China, di AS. Dan yang terbaru adalah sanksi bagi Harvard terkait hal tersebut.
Banyaknya PT berkelas dunia di AS tentu menjadi magnet bagi talenta-talenta unggul dari seluruh dunia. Bukan hanya dalam mempelajari sains dan teknologi terbaru, namun kesempatan untuk berkarier di Silicon Valley maupun pusat-pusat teknologi yang bertebaran di kota-kota besar AS menjadi daya tariknya. Bagi pengelola perguruan tinggi, potensi ekonomi dengan kehadiran mahasiswa asing juga menjadi nilai tambah yang besar bagi ekspor jasa pendidikan tinggi.
