Ekspor Turun Akibat Perang Dagang, Harga CPO Anjlok ke Level Terendah

Jumat, 28 Juni 2019 | 05:21 WIB
Ekspor Turun Akibat Perang Dagang, Harga CPO Anjlok ke Level Terendah
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir pasokan membuat harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) sulit rebound. Permintaan CPO juga stagnan, dengan kecenderungan turun.

Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman September 2019 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,15% menjadi RM 1.963 per metrik ton. Ini level terendah harga CPO 21 bulan terakhir.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pasokan dan permintaan CPO masih tak berimbang. Ekspor minyak sawit Malaysia periode 1–25 Juni turun sekitar 15,3%–17,8% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya, menunjukkan penurunan permintaan.

Penurunan ekspor terjadi karena perlambatan ekonomi global, yang merupakan efek perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. "Alhasil ekonomi China melemah jadi alasan utama, karena mereka adalah importir terbesar, kata Ibrahim," kemarin.

Di lain pihak, pasokan minyak sawit malah melesat. Mengutip data Malaysia Palm Oil Board (MPOB), total produksi minyak sawit Malaysia periode Januari-Mei mencapai 8,27 juta ton, naik 9,1% dari periode yang sama di 2018.

Beberapa negara juga membuat kebijakan yang menghalangi harga CPO bergerak naik. Salah satunya India, yang menerapkan biaya impor yang cukup tinggi untuk minyak sawit. Sekadar informasi, India merupakan negara importir CPO terbesar kedua setelah China.

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, Uni Eropa juga masih melakukan kampanye hitam untuk CPO. Ini juga mempengaruhi harga komoditas kebun ini.

Ibrahim menilai penurunan harga CPO saat ini sudah cukup parah. Pasalnya, harga komoditas ini sudah berada di bawah RM 2.000 per ton.

KTT G20

Pergerakan harga CPO ke depan akan dipengaruhi hasil negosiasi dagang AS dan China. Bila dalam KTT G20 AS dan China sukses mencapai kesepakatan, harga CPO bisa kembali naik. Sebab, pasar akan berekspektasi ekonomi China kembali tumbuh.

Meski begitu, harga CPO masih sulit rally. Komoditas ini juga tertekan pelemahan harga minyak kacang kedelai. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), Kamis (27/6), harga minyak kedelai turun 0,3%. Minyak kedelai merupakan produk substitusi CPO. Harga kedelai bisa naik lagi bila impor kedelai AS ke pasar China bisa kembali membaik.

Saat ini, Wahyu melihat harga CPO masih berpotensi melanjutkan pelemahan dan akan bergerak dengan kisaran RM 1.930–RM 1.990 per metrik ton. Ibrahim memperkirakan, dalam sepekan ke depan, harga CPO akan bergerak dalam kisaran RM 1.959–RM 1.973 per metrik ton.

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 12:52 WIB

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama

Indonesia menjadi negara importir gandum terbesar kedua dunia menurut data FAO. Impor Indonesia hanya kalah oleh Mesir.

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah
| Minggu, 06 Juli 2025 | 11:07 WIB

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah

Belum ada perbaruan data harga emas Antam hari ini. Harga terakhir 5 Juli 2025) tertera Rp 1.908.000 per gram.

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi
| Minggu, 06 Juli 2025 | 09:00 WIB

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi

Kenaikan impor bahan baku dan barang modal saat manufaktur lesu juga ditengarai efek praktik dumping yang dilakukan China.

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 08:00 WIB

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama

Ketidakpastian arah suku bunga acuan The Fed dan geopolitik yang masih memanas kurang mendukung aset berisiko seperti saham.

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat
| Minggu, 06 Juli 2025 | 07:15 WIB

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat

Harga beras medium dan premium saat ini jauh di atas HET. Masih perlu harga eceran tertinggi?        

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:39 WIB

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur

Ancaman tarif resiprokal ke Amerika Serikat, hingga banjir produk furnitur impor, menjadi tantangan industri.

Melaba dari Usaha Minuman Matcha
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:34 WIB

Melaba dari Usaha Minuman Matcha

Belakangan, olahan matcha digemari masyarakat. Peluang ini ditangkap pelaku usaha yang menuai omzet hingga ratusan juta

PR Perlindungan Investor
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:31 WIB

PR Perlindungan Investor

Nyoman terkejut karena dia merasa cuma mengorder 9 lot, namun mengapa bisa berubah menjadi 16.541 lot?

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa
| Minggu, 06 Juli 2025 | 04:00 WIB

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa

IHSG ditutup melemah ke 6.865,19 pada perdagangan terakhir, 4 Juli 2025 setelah melemah 0,47% dalam sepekan mulai 30 Juni 2025.

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

INDEKS BERITA

Terpopuler