Erajaya (ERAA) Cari Siasat Perbaiki Kinerja, Simak Rekomendasi Sahamnya

Jumat, 28 Juni 2019 | 06:27 WIB
Erajaya (ERAA) Cari Siasat Perbaiki Kinerja, Simak Rekomendasi Sahamnya
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar gelap gawai selama ini menjadi musuh bagi penjaja gawai resmi, seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Namun belakangan, pertumbuhan pasar gelap gawai melambat.

Analis Trimegah Sekuritas Darien Sanusi menilai, sepinya penjualan gawai di pasar gelap menguntungkan ERAA. "Kami juga melihat ada perbaikan kondisi black market, di mana otoritas memperketat pengawasannya," tulis dia dalam risetnya.

Hal ini akan mendorong fundamental perusahaan penjaja gadget tersebut kembali tumbuh. Di kuartal satu lalu, kinerja emiten ritel ini turun.

Pendapatan di periode tersebut turun sebanyak 13,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 7,12 triliun. Ini sebagai dampak penurunan penjualan ponsel dan tablet sebanyak 20,23% jadi Rp 5.52 triliun.

Alhasil, laba usaha ERAA menyusut 46,80% menjadi sebesar Rp 174,06 miliar di kuartal I-2019. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk merosot jadi Rp 47,38 miliar.

Rokok elektrik

Meski kinerja bisa membaik di kuartal dua dan seterusnya, analis menilai kinerja keuangan ERAA tidak akan seapik realisasi di 2018 lalu. Pasalnya, penjualan ponsel perusahaan ini masih rendah.

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu memperkirakan, tahun ini penjualan ponsel pintar ERAA hanya akan mencapai sekitar 13,75 juta unit. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan penjualan di tahun lalu, yang mencapai 16 juta unit.

Chandra menuturkan, hal tersebut terjadi karena dua hal. Pertama, dilihat secara global, penjualan gawai saat ini memang relatif turun. Ini lantaran kecenderungan orang mengganti gawai miliknya jadi lebih lama.

Tambah lagi, saat ini belum ada perkembangan teknologi yang benar-benar baru di industri gawai. "Sehingga tidak ada alasan lebih baik bagi orang untuk mengganti ponselnya saat ini, bahkan orang cenderung menunda mengganti," terang Chandra kepada KONTAN, Kamsi (27/6).

Kedua, meski pengawasan di pasar gelap semakin ketat, tetapi barang asal black market ini masih cukup banyak. Kondisi ini masih menggerus margin penjaja gawai resmi.

Memang, pemerintah punya rencana menerapkan International Mobile Equipment Indentity (IMEI) per Agustus nanti. Tapi, melihat sosialisasi yang minim, Chandra pesimistis rencana tersebut bisa berjalan tahun ini. "Kalau IMEI direalisasikan, penjualan ERAA harusnya bisa mencapai 16 juta unit seperti di 2018," jelas dia.

Namun bisnis ERAA ke depan bisa terdongkrak oleh penjualan rokok listrik. Melalui anak usahanya, ERAA menjajakan rokok listrik dengan merek Juul. Tapi Chandra menilai dampak kerjasama ini belum akan terlihat pada tahun ini.

Chandra masih merekomendasikan ERAA dengan target harga Rp 2.075. Sedang analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana merekomendasikan hold ERAA dengan target harga Rp 1.150 per saham, karena kinerja di kuartal I merosot. Darien merekomendasikan sell ERAA dengan target harga Rp 1.150 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA

Terpopuler