Ini Jawara Penghuni Indeks Kompas100

Kamis, 27 Juni 2019 | 05:30 WIB
Ini Jawara Penghuni Indeks Kompas100
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham KOMPAS100 menguat 1,35% sepanjang tahun ini. Tapi, kenaikan sejumlah saham jauh melampaui kinerja indeks ini.

Sebut saja PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang harga sahamnya melambung 67,30%. Saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga menikmati kenaikan 65,79%.

Ada juga saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang naik kencang 62,98% sejak akhir Mei lalu hingga kemarin (26/6). Begitu juga saham PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) (lihat tabel).

Performa Terbaik Saham Indeks Kompas100
Emiten Kenaikan Harga
Sejak Awal Tahun (%)
Indeks Kompas100 1,35
DMAS 67,3
APLN 65,79
ISAT 60,83
BMTR 58,68
TINS 55,63
MNCN 52,17
WTON 50,27
EXCL 47,47
SMRA 45,34
BEST 45,19
Sumber: Bloomberg

Harga saham-saham tadi melambung kencang, menjadikan mereka jawara KOMPAS100 bulan ini. Dari sepuluh saham jawara KOMPAS100 periode Juni, emiten properti menjadi yang paling dominan. Sebut saja APLN, PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Menurut Analis Indo Premier Sekuritas Mino, harga saham properti naik didorong indikasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Di samping itu, ada pemangkasan pajak pertambahan nilai untuk barang mewah (PPnBM) yang bisa menyegarkan permintaan properti mewah.

Sedangkan saham lain, seperti ERAA dan APLN, didorong sentimen yang melekat pada aksi korporasi perusahaan. Mino mengatakan, ERAA didorong oleh rencana perusahaan ini untuk menjual rokok elektrik asal Amerika. Apalagi, pangsa pasar rokok elektrik di Negeri Paman Sam mencapai 75%.

Sedangkan menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto, kenaikan saham ERAA didorong oleh adanya pemblokiran terhadap ponsel ilegal.

Harga saham APLN naik karena sentimen diterbitkannya izin mendirikan bangunan (IMB) atas pulau reklamasi.

Sementara, untuk produsen bubur kertas dan kertas (pulp and paper), seperti INKP dan TKIM, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani melihat, kenaikan ditopang ekspansi grup dan valuasi yang masih murah. Ini membuat saham menarik.

Ketiga analis ini sepakat saham-saham jawara KOMPAS100 masih bisa melanjutkan kenaikannya. Apalagi, setelah ada hasil sidang putusan kasus sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK). "Artinya ada kepastian politik dan kebijakan ekonomi bisa berjalan normal sebagaimana mestinya," kata Mino.

Mino merekomendasikan investor yang sudah memiliki saham-saham tadi untuk hold. Sedang yang belum punya bisa buy.

Di sisi lain, Yaki menyarankan investor untuk trading jangka pendek dulu. "Buat trading jangka pendek belum untuk simpan," ucap dia.            

Bagikan

Berita Terbaru

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang
| Jumat, 21 November 2025 | 18:25 WIB

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang

Nasib proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan hingga kini belum jelas.

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:35 WIB

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan

PT Timah Tbk (TINS) optimistis dapat memperbaiki kinerja operasional dan keuangannya sampai akhir 2025. 

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa
| Jumat, 21 November 2025 | 08:30 WIB

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa

Langkah Grup Sampoerna melepas PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), meninggalkan catatan sejarah dalam dunia pasar modal di dalam negeri. ​

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI
| Jumat, 21 November 2025 | 08:29 WIB

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI

NPI kuartal III-2025 mengalami defisit US$ 6,4 miliar, sedikit di bawah kuartal sebelumnya yang defisit sebesar US$ 6,7 miliar

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:23 WIB

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan

Kemkeu telah menerima surat dari Menteri PANRB terkait pertimbangan kenaikan gaji ASN di 2026       

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit
| Jumat, 21 November 2025 | 08:09 WIB

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit

Tambahan penempatan dana ini lanjutan dari penempatan dana pemerintah senilai Rp 200 triliun akhir Oktober lalu​

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah
| Jumat, 21 November 2025 | 07:56 WIB

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini rawan koreksi dengan support 8.399 dan resistance 8.442. 

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:54 WIB

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun

Dalam dua bulan, pemerintah harus mengumpulkan penerimaan pajak Rp 730,27 triliun lagi untuk mencapai target dalam APBN

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:47 WIB

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun

Grup Sampoerna melepas seluruh kepemilikannya di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) 1,19 juta saham atau setara 65,72% kepada Posco International.​

INDEKS BERITA