ESG SMDR: Hati-Hati Berlayar Agar Tidak Terombang-Ambing Ketidakpastian Ekonomi

KONTAN.CO.ID - Gelombang ketidakpastian ekonomi di tahun 2024 membuat perusahaan pelayaran PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam strategi bisnis melalui tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Perusahaan berharap, bisa berlayar dengan mulus di tahun 2025.
Direktur Utama SMDR, Bani Maulana Mulia menjelaskan dalam Laporan Keberlanjutan, ombak besar di tahun 2024 itu berasal dari berkepanjangannya konflik geopolitik di kawasan Eropa, meningkatnya konflik di Timur Tengah, tingginya nilai tukar dollar Amerika Serikat, serta perlambatan ekonomi global yang membatasi pertumbuhan permintaan pengiriman barang dari beberapa sektor industri. Ketidakpastian ini membawa risiko lebih besar pada industri pelayaran.
Belum lagi perusahaan dihadapkan dengan risiko perubahan iklim yang membayangi industri pelayaran.
SMDR sendiri, sudah memetakan risiko ini. Dalam jangka pendek, cuaca ekstrem seperti badai, gelombang tinggi, dan kekeringan dapat mengganggu rute dan jadwal pengiriman, serta meningkatkan risiko kecelakaan laut.
Sementara kenaikan permukaan air laut dan peningkatan suhu berpotensi merusak infrastruktur pelabuhan, mempengaruhi kerja kapal, serta mengancam kesehatan dan keselamatan awak kapal.
Dalam jangka panjang, risiko yang muncul yaitu perubahan ekosistem laut dan migrasi rute perdagangan akibat mencairnya es di Kutub Utara. Cuaca yang tidak menentu juga dapat mengganggu rantai pasok sektor pertanian dan perkebunan yang berdampak pada logistik dan jalur pelayaran global.
Namun, SMDR berhasil berlabuh dengan aman di akhir 2024. Dengan strategi yang tepat, perusahaan menjaga agar tetap kompetitif dan bisa menangkap peluang baru di tengah perubahan pasar.
Pasalnya, peluang ini tak tentu datangnya dari mana. Misalnya di tengah gempuran ekonomi tahun lalu, kuatnya perekonomian AS dan negara emerging menyebabkan perdagangan global tetap tinggi. Serangan Houthi di Laut Merah yang menyebabkan perubahan rute jalur pelayaran juga malah membuat tarif angkut (freight rate) menanjak meski terjadi peningkatan jumlah kapal kontainer global.
SMDR pun melakukan strategi dengan mengoptimalkan sumber daya, melakukan optimalisasi rute pelayaran, efisiensi biaya operasional, serta pemanfaatan teknologi sebagai langkah utama dalam menjaga stabilitas bisnis.
Strategi ini dibalut dengan penerapan bisnis yang peduli pada lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau ESG. Misalnya, dengan mengoperasikan delapan kapal baru yang telah dipesan sebelumnya sebagai program peremajaan kapal dengan jenis yang tergolong ramah lingkungan.
SMDR juga memperkuat pengelolaan pelabuhan dengan menerapkan sertifikasi green port dan mengadopsi teknologi terbaru dalam sistem operasional dalam rangka meraih peluang dari peningkatan aktivitas bongkar muat di berbagai pelabuhan utama di Indonesia.
Perusahaan ini berusaha terus meningkatkan skala usaha pada lini usaha ports melalui penambahan area pengelolaan pelabuhan. Kemajuan terlihat pada tahun 2024 di mana perusahaan bersama anggota konsorsium dan mitra mencapai kesepakatan untuk mengembangkan dan mengoperasikan terminal peti kemas di Pelabuhan Patimban, Jawa Barat.
Penerapan ESG ini, menurut Bani, bukan hanya membantu perusahaan mengelola risiko secara lebih efektif, tetapi juga menangkap peluang pertumbuhan yang selaras dengan bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Secara lebih rinci, pada pilar lingkungan, perusahaan berinisiatif mengurangi jejak karbon melalui penggunaan kapal berbahan bakar rendah emisi dan sulfur, pemanfaatan energi terbarukan dan elektrifikasi peralatan operasional.
Selain itu, perusahaan menerapkan pendekatan 4R (reduce, reuse, recycle, recovery) dalam pengelolaan limbah, mengurangi kebisingan bawah air, serta memastikan seluruh armada kapal dilengkapi ballast water treatment untuk melindungi lingkungan dan ekosistem laut.
Upaya konservasi juga dilakukan melalui program penanaman mangrove dan bersih-bersih pantai di sekitar area operasional perusahaan. Hasil akumulasi sampah mencapai 7.000 ton selama periode 20222024.
Pada pilar sosial, SMDR fokus pada penciptaan tempat kerja yang lebih baik serta pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman, inklusif, dan mendukung kesejahteraan karyawan.
Di lain pihak, perusahaan juga mengelola berbagai program sosial melalui Yayasan Samudera Peduli, Samudera Edukasi, dan Samudera Ilmu yang berkontribusi pada bidang kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi. Salah satu upaya untuk menciptakan dampak sosial yang berkelanjutan, Perusahaan terus mengembangkan program Perahu Sekolah untuk meningkatkan akses pendidikan di area terpencil.
Sementara pada pilar Tata Kelola, SMDR memperkuat akuntabilitas & tata kelola yang etis dengan terus menyempurnakan praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) serta meningkatkan transparansi dalam pengelolaan risiko dan peluang terkait ESG.
Perusahaan juga menjalin kemitraan strategis dengan berbagai lembaga, seperti UN Global Compact, untuk meningkatkan kontribusi pada agenda keberlanjutan global.
Supaya penerapan ESG berjalan lancar juga, SMDR telah memperkuat peran Divisi Investor Relations & ESG di bawah Direktur Kepatuhan sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan strategi keberlanjutan. Selain itu, pengembangan platform digital pelaporan ESG juga terus dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan memudahkan pemantauan kinerja keberlanjutan.
Alhasil, meski mencatatkan penurunan kinerja di akhir tahun 2024, SMDR tetap bisa melakukan investasi strategis sebagai modal berlayar di tahun 2025.
Pendapatan mereka, tercatat turun menjadi US$ 737,4 juta dari tahun sebelumnya US$ 772,4 juta. Namun, perusahaan berhasil mengelola efisiensi operasional dengan menurunkan biaya jasa sebesar 6,6% menjadi US$ 530,8 juta.
Nilai ekonomi yang didistribusikan sebesar US$ 702,7 juta, turun 9,3% year on year. Namun, alokasi kepada karyawan berbentuk gaji, bonus, dan tunjangan naik 8,9% menjadi US$ 94 juta. Alokasi CSR sebesar US$ 1,5 juta, naik 16,2% dari periode sebelumnya.
Selain menambah 8 kapal baru, SMDR juga berhasil menambah dua rute internasional, melakukan restrukturisasi galangan di Madura, dan mengklaim meningkatkan penggunaan energi terbarukan 77% dari tahun sebelumnya.
Lebih tenang
Tahun 2025, SMDR berlayar lebih tenang. Rupanya, perang dagang yang berkumandang antara Amerika Serikat dan China membawa fenomena lagi terhadap peningkatan permintaan angkutan barang.
Bani menjelaskan, sebenarnya tarif angkut sempat turun. Namun, di tengah negosiasi perang tarif impor AS, justru banyak pebisnis mempercepat pengiriman dan pemesanan barang untuk ditumpuk sebelum tarif baru berlaku.
"Jadi ada demand yang membuat freight rate naik, dan ini berimbas juga di tempat lain termasuk di servis yang kami jalankan," kata Bani dalam paparan publiknya.
Volume barang yang diangkut dalam bisnis shipping SMDR selama tiga bulan pertama 2025 sebesar 490.000 TEUs, lebih tinggi dari setahun sebelumnya di 433.000 TEU. Selain itu rata-rata pendapatan atau average revenue/TEU sebesar US$ 238, tumbuh dari US$ 221.
Hal ini mendorong kinerja SMDR kuartal I-2025 positif. Pendapatan perusahaan di akhir Maret lalu di US$ 181,2 juta, lebih tinggi 16% dibanding periode yang sama tahun lalu di US$ 156,4 juta.
Meski beban bertambah sekitar 9% year on year, SMDR berhasil meningkatkan EBITDA 37% menjadi US$ 48,6 juta. Laba bersihnya naik 52% menjadi US$ 15,5 juta.
Bani tak mau muluk-muluk di tahun ini. Dia memilih wait and see di tengah dinamika pasar global saat ini. Perusahaan tetap hati-hati karena dinamika pasar bisa membuat permintaan dan rate angkut fluktuatif. "Kami akan wait and see melihat hasil negosiasi tarif ini terhadap perdagangan global, kata dia. Peluang tumbuh tetap ada. Saat ini, 74% dari pendapatan SMDR berasal dari bisnis shipping.
Namun, Bani melihat, lini bisnis lain juga memiliki peluang untuk berkembang. Di bisnis logistik, perusahaan yakin permintaan akan naik seiring dengan permintaan pengiriman barang.
Pada bisnis port atau pelabuhan, SMDR juga optimistis kebutuhan akan pelabuhan tetap tinggi. Ini terlihat dari antrean dan keterlambatan load peti kemas di Tanjung Priok.
SMDR telah mencapai kesepakatan mengembangkan dan mengoperasikan terminal peti kemas di Pelabuhan Patimban lewat perusahaan patungan PT Patimban Global Gateway Terminal (PGT). Perusahaan ini akan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2026. Percepatan akan dilakukan agar Patimban bisa mengurangi beban Tanjung Priok yang sudah berlebih.
Sementara di bisnis servis yang meliputi pengelolaan properti perusahaan, termasuk pengelolaan gedung juga memiliki potensi kenaikan.
Fenomena dari perang tarif impor bisa membawa peluang baru, di mana pasar Asia dan sekitarnya cukup sehat. Andai China tidak bisa memasok barang ke AS, pasar di Asia termasuk Indonesia diperkirakan menjadi tujuan baru, sehingga permintaan pengiriman barang tetap ada.
Anggaran belanja modal masih dipertahankan di atas US$ 100 juta, tanpa ada pesanan kapal baru. Dia mengakui, sebenarnya perusahaan masih ada kekurangan kapal untuk peluang servis yang ditawarkan. Saat ini, utilitas kapal 100% dan keterisian kapal tinggi. Namun, dia akan menunggu momentum yang pas jika ada tawaran kapal dengan harga yang cukup baik.
Bani tidak menetapkan target pertumbuhan 2025. Namun, dia berharap, dengan base kuartal I yang cukup baik dan peluang kenaikan freight rate di kuartal-kuartal berikutnya, bisa membawa kinerja keuangan tahun ini kembali berkembang.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Ezaridho Ibnutama cukup optimistis dengan potensi kinerja SMDR di tahun ini, setelah melihat kinerja kuartal I yang meningkat serta neraca keuangan perusahaan yang membaik.
Ezaridho melihat, SMDR konsisten dengan pendekatan konservatif untuk operasionalnya, di mana perusahaan cukup melindungi kas dan ekuitas di tengah dinamika pasar fluktuatif. Ini menunjukkan pengelolaan dengan kehati-hatian.
Debt to equity ratio (DER) turun menjadi 0,32 kali, dari sebelumnya 0,34 kali di tahun 2024. Current ratio di level 0,064 kali. "Ini menunjukkan risiko rendah," kata Ezar.
Selain itu, SMDR berencana membagikan dividen. Perusahaan rencananya membagikan dividen tunai Rp 11 per saham, termasuk interim yang sudah dibagikan. Total dividen yang akan dibagikan Rp 180,2 miliar atau dengan payout ratio sekitar 22,5% dari laba 2024. Usulan dividen ini akan diutarakan pada RUPS Juni mendatang.
Meski belum merekomendasikan sahamnya, Ezar menghitung, harga wajar atau fair value untuk saham SMDR sebesar Rp 500.
Harga ini lebih tinggi 67% dibanding penutupan SMDR pada Kamis (22/5) di Rp 300 per saham. Harga ini pernah dicapai SMDR pada tahun 2022 lalu.
Pemeringkat internasional Morningstar Sustainalytics juga memberi skor SMDR 20,7 yang mencerminkan bisinis dan manajemen SMDR memiliki risiko rendah terhadap ESG. Saham ini bisa jadi pilihan investor yang ingin mencari emiten yang memperhatikan isu lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.
Namun, perlu diingat, keputusan pembelian saham baiknya dilengkapi dengan pemahaman yang baik lantaran setiap risiko keputusan investasi ada di tangan masing-masing.