Euforia Saham Teknologi

Selasa, 15 Juni 2021 | 09:00 WIB
Euforia Saham Teknologi
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Pasar modal Indonesia memiliki kata sakti untuk mengerek harga saham. Coba kaitkan rencana kerja atau bidang usaha dengan kata yang berbau teknologi, internet, dot com, digital, artificial intelligencee-commerce dan sejenisnya yang berkonotasi kecanggihan atau future industry. Niscaya pelaku pasar akan menyambut dengan euforia dan memborong sahamnya.

Tengok saja saham emiten perbankan yang ekspansi ke digital banking. Baru sebatas mengungkapkan rencana, harga sahamnya sudah terbang hingga kapitalisasi pasarnya mengalahkan saham bank blue chips yang asetnya beratus kali lipat lebih besar.

Kata-kata "sakti" terkait teknologi sebenarnya bisa dikaitkan dengan industri apapun. Salah satu contohnya sektor keuangan, khususnya sub-sektor bank. Jargon bank digital sedang laku saat ini.

Namun ada juga perusahaan yang memang bisnis intinya berkecimpung di dunia teknologi. Oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), berdasarkan Klasifikasi Industri Baru BEI atawa IDX Industrial Classification (IDX-IC), saham-saham tersebut digolongkan ke sektor teknologi.

Sektor teknologi ini dibagi lagi menjadi dua sub sektor. Pertama, perangkat keras dan peralatan teknologi. Kedua, perangkat lunak dan jasa teknologi informasi. Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai kinerja indeks saham sektor teknologi, dibandingkan sektor lainnya.

BEI melakukan reklasifikasi saham ke dalam 11 indeks sektoral IDX-IC sejak 25 Januari 2021, yang meliputi sektor energi, barang baku, perindustrian, barang konsumer primer, barang konsumer non-primer, kesehatan, keuangan, properti dan real estate, teknologi, infrastruktur serta transportasi dan logistik.

Mudah diduga, ternyata indeks saham sektor teknologi menjadi jawara pemberi return tertinggi. Yang mengejutkan, return yang mencapai 218,33% itu terjadi di periode sejak indeks sektoral dirilis pada 25 Januari hingga 7 Juni saat tulisan ini dibuat.

Bandingkan dengan kinerja indeks saham sektor transportasi dan logistik yang menjadi runner-up. Return sektor ini "hanya" 8,58%. Di urutan berikutnya ada indeks sektor infrastruktur yang naik 7,34% serta sektor barang konsumer non-primer yang menguat 2,89% di periode yang sama.

Hanya empat sektor tersebut yang menghasilkan return positif. Sisanya masih merah. Sektor barang baku membukukan kinerja terjelek, yaitu turun 13,69%. Disusul sektor properti dan real estate yang merosot 11,77% serta sektor barang konsumer primer yang turun 5,63%. Sebagai perbandingan, di periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak penurunan 3,01% dan indeks LQ45 terjerembab 8,25%.

Saham penyumbang return terbesar di sektor teknologi berturut-turut adalah DCI Indonesia Tbk (DCII) yang harganya naik 496,2%, lalu Digital Mediatama Maxima (DMMX) mencetak kenaikan harga 476,9%, NFC Indonesia (NFCX) dengan kenaikan harga 179,3%, Multipolar Technology (MLPT) yang naik 124,7% dan Hensel Davest Indonesia (HDIT) yang harganya meroket hingga 121,4%.

Return saham DCII dan DMMX yang sangat tinggi dan dengan bobot yang besar di indeks sektoral memicu bias terhadap kinerja indeks sektor teknologi. DCII baru naik tinggi pada 28 Mei 2021, terpicu berita Anthony Salim yang menambah saham dari pemilik sebelumnya di harga Rp 5,277 per saham, dengan nilai total Rp 1,01 triliun.

Sedangkan DMMX baru melejit tanggal 17 Mei 2021. Emiten ini merupakan anak usaha NFC Indonesia. DMMX naik usai mengumumkan perjanjian kerjasama dengan PT Jaring Sistema Semesta, untuk melakukan implementasi Digital Cloud Advertising melalui pemasangan TV digital di beberapa lokasi Kios Warga untuk promosi.

Indeks saham sektor teknologi ini terdiri dari 21 saham dengan lima saham masuk kategori sub sektor perangkat keras dan peralatan teknologi. Sebanyak 16 saham sisanya dikelompokkan ke sub sektor perangkat lunak dan jasa teknologi infomasi.

Berdasarkan kapitalisasi pasarnya per 7 Juni 2021, lima saham sektor teknologi ini diurutkan dari terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah DCII dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 67,94 triliun, Digital Mediatama Maxima (DMMX) dengan market cap Rp 10,38 triliun, Indointernet (EDGE) yang memiliki market cap Rp 6,77 triliun, M Cash Integrasi (MCAS) yang mencatatkan market cap Rp 6,34 triliun, dan Metrodata Electronics (MTDL) yang kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 4,17 triliun.

Persoalan yang mengemuka saat mempertimbangkan investasi saham tentunya tidak hanya return, namun juga likuiditas. Memang saat ini saham sektor teknologi terkendala minimnya frekuensi maupun volume transaksi. Hal inilah mungkin yang menjadi penyebab hingga saat ini belum ada satupun reksadana indeks atau Exchange Traded Fund (ETF) yang tertarik menjadikan sektor Teknologi sebagai underlying asset.

Namun dengan berjalannya waktu, sektor ini hampir pasti dilirik oleh manajer investasi. Minimal untuk menjadi salah satu isi portofolio di reksadana berbasis ekuitasnya.

Ditinjau dari sisi volume transaksi periode 25 Januari hingga 7 Juni 2021, saham dengan likuiditas tertinggi berturut-turut adalah DMMX, Sentral Mitra Informatika (LUCK), Zyrexindo Mandiri Buana (ZYRX) dan Kioson Komersial Indonesia (KIOS) serta Cashlez Worldwide Indonesia (CASH).

Bagi investor, fenomena gemerlap sektor teknologi ini perlu disikapi dengan bijak. Era Dot-Com Bubble tahun 2000-an di bursa Amerika Serikat bisa jadi pelajaran agar investor tidak sampai mengulangi kesalahan yang sama dan bisa memetik keuntungan serta mengelola risikonya.

Diperlukan usaha lebih keras untuk berinvestasi di sektor ini, mengingat tidak banyak perusahaan sekuritas yang mengkaver emiten sektor ini. Industri ini juga relatif rumit, karena menyangkut teknologi canggih yang bergerak cepat, dinamis dan persaingan yang brutal. Jangan gampang terbuai dengan cerita prospek yang belum tentu terjadi dan melupakan sisi valuasi yang masuk akal.

Bagikan

Berita Terbaru

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan
| Senin, 03 November 2025 | 08:07 WIB

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan

Meski belakangan tengah mengalami koreksi, sepanjang 2025 berjalan saham BTPS sudah mencetak kenaikan harga 46,52%.

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan
| Senin, 03 November 2025 | 07:46 WIB

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan

Setiap kenaikan kapasitas 50 juta bcm membutuhkan investasi Rp 3,4 hingga Rp 4 triliun untuk pembelian alat berat dan peralatan pendukung.

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT
| Senin, 03 November 2025 | 07:25 WIB

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT

IKI Oktober menujukkan 22 subsektor masih ekspansi, hanya industri tekstil yang mengalami kontraksi akibat tekanan pasar

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi
| Senin, 03 November 2025 | 07:22 WIB

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi

Sampai 30 September 2025, laba bersih PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) melejit 216,06% secara tahunan (yoy) jadi Rp 257,60 miliar.

Pertamina Klaim Hasil Uji Pertalite Sesuai Spesifikasi
| Senin, 03 November 2025 | 07:19 WIB

Pertamina Klaim Hasil Uji Pertalite Sesuai Spesifikasi

Pertamina telah bergerak cepat menindaklanjuti laporan tersebut bersama Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM dan Lemigas.

Harga Batubara Melandai, Laba United Tractors (UNTR) Terbakar Dua Digit Per Q3 2025
| Senin, 03 November 2025 | 07:18 WIB

Harga Batubara Melandai, Laba United Tractors (UNTR) Terbakar Dua Digit Per Q3 2025

Meski pendapatannya tumbuh, laba bersih  PT United Tractors Tbk (UNTR) tergerus 26% (yoy) menjadi Rp 11,5 triliun hingga September 2025.

Bahan Bakar Alternatif Bobibos Diluncurkan
| Senin, 03 November 2025 | 07:16 WIB

Bahan Bakar Alternatif Bobibos Diluncurkan

Produk ini diberi nama Bobibos, yang merupakan akronim dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!

Pasar Rumah Mewah Kebal dari Resesi
| Senin, 03 November 2025 | 07:14 WIB

Pasar Rumah Mewah Kebal dari Resesi

REI mencatat, penjualan rumah mewah per September 2025 tumbuh 7% secara tahunan. Pasar yang stabil mendorong developer aktif meluncurkan produk

Menangkap Cuan dari Dividen Emiten
| Senin, 03 November 2025 | 07:11 WIB

Menangkap Cuan dari Dividen Emiten

Sejumlah saham emiten akan memasuki masa cum dividen interim sepanjang bulan November 2025. Apa yang harus dicermati investor?

Ini Daya Tahan Kinerja Anggota Holding Mind ID
| Senin, 03 November 2025 | 07:10 WIB

Ini Daya Tahan Kinerja Anggota Holding Mind ID

Antam mendongkrak laba Mind ID, sedangkan kinerja PTBA dan Timah tertahan fluktuasi harga komoditas tambang

INDEKS BERITA

Terpopuler