Fenomena BREN dan Valuasi Tinggi Sektor Energi Baru dan Terbarukan

Senin, 15 Januari 2024 | 10:01 WIB
Fenomena BREN dan Valuasi Tinggi Sektor Energi Baru dan Terbarukan
[ILUSTRASI. Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal UI]
Budi Frensidy | Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali tahun ini dengan menembus all time high pada 4 Januari lalu. Sempat menyentuh level 7.403,6, IHSG tutup di posisi 7.359,76 pada hari itu. Kita optimistis kinerja IHSG tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu yang naik 6,16% dari 6.850,61 menjadi 7.272,80. 

Anda tahu, penyumbang poin terbesar kenaikan IHSG tahun lalu? Emiten kontributor terbesar kenaikan IHSG 2023 itu tidak lain adalah Barito Renewables Energy (BREN) yang baru melantai di bursa 9 Oktober 2023. 

Ditawarkan di Rp 780 pada pasar perdana, BREN langsung ngegas hingga Rp 8.050 dalam dua bulan. Tutup di Rp 7.475 di akhir tahun. Dengan kenaikan 858,3% dan kapitalisasi pasar  Rp 1 kuadriliun atau Rp 1.000 triliun, BREN menyumbang 159 poin dari total 422 poin kenaikan IHSG tahun lalu. 

BREN sempat menggeser  BBCA sebagai nomor satu selama beberapa jam di 8 Desember 2023 saat harganya bertengger di Rp 8.175 dengan kapitalisasi pasar Rp 1.093,65 triliun atau 9,68% dari total kapitalisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) saat itu. BREN sekarang mengalami penurunan harga, tapi ini koreksi yang wajar. Untuk nilai kapitalisasi, BREN harus puas di peringkat ketiga.

BREN tergolong unik di Indonesia. Lonjakan harga sahamnya  menjadi bahan obrolan. Analisis fundamental seakan bertolak belakang dengan harga pasarnya. EV/EBITDA  68,5 kali dan PER 360 kali  di akhir pekan lalu. Bagaimanakah kita menilik fenomena ini?

BREN adalah perusahaan yang berfokus pada energi baru terbarukan (EBT). Terlepas rasio fundamental, EBT semakin diminati investor muda terutama di bawah usia 30 tahun. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Agustus 2023 mencakup 57% investor ritel di bursa. 

Pola konsumsi investor muda cenderung lebih environmentally conscious dibanding generasi sebelumnya. Masyarakat modern ini seperti memberi apresiasi khusus untuk perusahaan dan sektor energi hijau. 

Secara global, sektor EBT juga mendapatkan perhatian besar. Mengingat peran pentingnya mengatasi perubahan iklim melalui transisi energi fosil menuju EBT.
Forum antarnegara seperti G20 maupun ASEAN menitikberatkan transisi energi sebagai pokok bahasan utama. Dengan populernya sektor EBT dan potensi besar sektor ini, tak heran jika pasar percaya dan menghargai emiten berbasis EBT. 

Sebagai perusahaan EBT, BREN juga konsisten merealisasikan janjinya saat initial public offering (IPO) untuk terus menggarap potensi EBT. Emiten ini mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sidrap 1 di Sulawesi. Kemudian bersama ACEN milik Grup Ayala dari Filipina, mengakuisisi tiga aset late stage development Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Sulawesi (Sidrap 2), Lombok, dan Sukabumi.

Fenomena tingginya EV/EBITDA dan PER di industri EBT ini sejatinya bukan sesuatu yang baru di tingkat global. Perusahaan sekelas Tesla juga mengalami hal yang sama di awal IPO. 

Tesla go public di Nasdaq tahun 2010 dengan harga saham sebesar US$ 17. Tahun 2017, didukung oleh kepercayaan investor pada Elon Musk saat itu dan tren electric vehicle yang hype, EV/EBITDA rata-rata Tesla tahun itu mencapai 263 kali.  Dengan berjalannya waktu dan seiring meningkatnya permintaan terhadap mobil listrik Tesla, EV/EBITDA rata-rata Tesla kemudian menjadi 80 kali pada tahun 2022.

Di sini pola yang serupa juga terjadi. Kepercayaan terhadap BREN tidak terlepas dari sosok Prajogo Pangestu, pendiri Grup Barito yang saat ini menduduki posisi chairman.

Baca Juga: Strategi Investasi & Rekomendasi Saham Pilihan Usai IHSG Anjlok Terseret Grup Barito

Prajogo Pangestu (PP) sebagai pebisnis kawakan banyak dikagumi masyarakat. Para investor ritel muda di sebuah komunitas saham bahkan punya slogan "In Pak PP We Trust", karena performa emiten-emitennya.  Secara historis Prajogo dikenal sebagai pengusaha yang enggan menjual sahamnya, kecuali kepada investor strategis untuk pertumbuhan bisnis.

Melihat dari fundamental bisnisnya, akuisisi-akuisisi penting oleh BREN sangat mungkin akan menurunkan EV/EBITDA di tahun-tahun mendatang.
Sebagai perbandingan lain, Nextera Energy Inc (NSE) yang listed di Bursa Saham New York, salah satu perusahaan holding utilitas listrik terbesar di Amerika dengan mayoritas portofolio di tenaga angin dan surya, juga memiliki rasio PBV dan EV/EBITDA tinggi selama tiga tahun terakhir yaitu 19,5 kali dan 102,5 kali.

Ini menggambarkan emiten-emiten EBT divaluasi lebih tinggi dibandingkan industri lain. Mungkin investor memandang sektor EBT menjanjikan dan cost of doing business di industri EBT memiliki profil risiko yang berbeda dengan energi fosil.

Menghadapi ancaman global warming, para pemimpin dunia sepakat  mengakselerasi upaya transisi energi dengan menambah porsi EBT dan mengurangi energi fosil. Kita tidak dapat lagi menafikan peran EBT dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan pencapaian net zero emissions tahun 2060.

Pekerjaan rumah untuk pasar modal adalah mendorong lebih banyak pengusaha mau memasuki bisnis ini dan membantu mereka mengembangkan modal dan usahanya untuk mempercepat bauran EBT sesuai target pemerintah. Dari target porsi EBT 17,9% di tahun 2023, realisasinya hanya 12,5%. Pencapaian itu tidak banyak beranjak dari realisasi tahun 2021 dan tahun 2022 yang masing-masing sebesar 12,2% dan 12,3%.

Berkembangnya korporasi berbasis EBT diharapkan membantu Pemerintah Indonesia mengatasi perubahan iklim dan menjaga ketahanan energi. Semoga valuasi tinggi dari para investor saham dapat memompa arus investasi EBT di negeri ini.                         
 

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Tembus 6.538 Hari Ini (22/4), Ada Net Buy Asing Setelah Net Sell 9 Hari Beruntun
| Selasa, 22 April 2025 | 18:56 WIB

IHSG Tembus 6.538 Hari Ini (22/4), Ada Net Buy Asing Setelah Net Sell 9 Hari Beruntun

Selasa (22/4), IHSG melonjak 1,43% atau 92,3 poin ke 6.538,27 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

ESG CMRY: Miss Cimory, Penyangga Kuat di Jalur Distribusi
| Selasa, 22 April 2025 | 15:05 WIB

ESG CMRY: Miss Cimory, Penyangga Kuat di Jalur Distribusi

Miss Cimory menjadi andalan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dalam penerapan ESG, sekaligus meningkatkan penjualan.

Ekspor Batubara RI ke China Turun di Maret 2025 Saat Negara Lain Mencetak Kenaikan
| Selasa, 22 April 2025 | 13:46 WIB

Ekspor Batubara RI ke China Turun di Maret 2025 Saat Negara Lain Mencetak Kenaikan

Turunnya ekspor batubara ke China terjadi seiring penerapan kebijakan Harga Batubara Acuan (HBA) teranyar mulai 1 Maret 2025 lalu.

17 Waran Terstruktur Bakal Delisting, Underlying Saham BBCA dan GOTO Paling Diminati
| Selasa, 22 April 2025 | 12:45 WIB

17 Waran Terstruktur Bakal Delisting, Underlying Saham BBCA dan GOTO Paling Diminati

Maybank Sekuritas tengah menggelar penawaran umum untuk produk waran terstruktur baru yang akan diperdagangkan mulai 28 April 2025.

BEI Suspensi Perdagangan Saham dan Waran Sarana Mitra Luas (SMIL)
| Selasa, 22 April 2025 | 12:10 WIB

BEI Suspensi Perdagangan Saham dan Waran Sarana Mitra Luas (SMIL)

Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi saham PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) lantaran peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

PTPP Melunasi Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 200 Miliar
| Selasa, 22 April 2025 | 12:01 WIB

PTPP Melunasi Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 200 Miliar

Pembayaran surat utang dengan tenor 3 tahun dan kupon sebesar 6,5% per tahun.itu dilakukan PT PP Tbk (PTPP) pada 18 April 2025. ​

Menengok Lagi Buyback serta Aksi Borong Saham oleh Direksi dan Pengendali Emiten
| Selasa, 22 April 2025 | 09:10 WIB

Menengok Lagi Buyback serta Aksi Borong Saham oleh Direksi dan Pengendali Emiten

Buyback saham serta pembelian oleh direksi dan pengendali diharapkan dapat memulihkan psikologis pasar di tengah aksi jual investor asing. 

Harga Emas Antam Hari Ini Menembus Rp 2 Juta per Gram (22 April 2025)
| Selasa, 22 April 2025 | 08:43 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini Menembus Rp 2 Juta per Gram (22 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (22 April 2025) 1 gram Rp 2.016.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 38,87% jika menjual hari ini.

Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu
| Selasa, 22 April 2025 | 08:23 WIB

Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) hanya mencatatkan penjualan semen sebanyak 3,9 juta ton hingga akhir kuartal I-2025

Di Tengah Penantian Arah Bunga Acuan, Saham Defensif Bisa Jadi Pilihan Aman
| Selasa, 22 April 2025 | 08:21 WIB

Di Tengah Penantian Arah Bunga Acuan, Saham Defensif Bisa Jadi Pilihan Aman

Keputusan Bank Indonesia (BI) atas suku bunga acuan akan menyetir pergerakan pasar saham dalam negeri sepekan ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler