Gagal Lunasi Utang, Konglomerat Fesyen China Terancam Kehilangan Anak Usaha

Rabu, 23 Februari 2022 | 20:38 WIB
Gagal Lunasi Utang, Konglomerat Fesyen China Terancam Kehilangan Anak Usaha
[ILUSTRASI. Ilustrasi tentang kepailitan. ]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONGKONG. Para kreditur Shandong Ruyi Technology Group bermaksud mengambilalih kendali atas Lycra, salah satu unit usaha konglomerasi yang sarat utang. Rencana itu bergulir setelah Ruyi gagal melunasi pinjaman senilai US$ 400 juta.

Pinjaman itu awalnya diperoleh Ruyi untuk mengakuisisi Lycra. Para kreditur Ruyi pada Senin (21/2) menyatakan bahwa Ruyi belum melunasi pinjaman untuk mengakuisisi Lycra, sejak Mei 2019.

Kreditur Ruyi itu seperti China Everbright Limited dan Tor Investment Management yang berbasis di Hong Kong. Pemberi pinjaman lainnya seperti perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di Seoul, Lindeman Partners, dan afiliasinya Lindeman Asia.

 Baca Juga: Persidangan Mulai Bergulir di London, Nigeria Gugat JP Morgan Senilai US$ 1,7 Miliar

Langkah yang sudah diambil para kreditur untuk mengambil kendali atas seluruh ekuitas Lycra seperti menunjuk penerima aset induk Lycra.

Ruyi dan Lycra tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Selasa.

Ruyi membeli kendali Lycra dari konglomerat AS Koch Industries seharga US$ 2,6 miliar pada 2019. Perusahaan yang berambisi menjadi LVMH di China itu meminjam sekitar US$ 1 miliar untuk menutup akuisisi tersebut.

Reuters melaporkan pada tahun 2020 bahwa beberapa kreditur Ruyi telah menyewa spesialis restrukturisasi untuk mencari pembeli potensial bagi Lycra. Para pemberi pinjaman mencemaskan Lycra tersandung default seiring dengan melemahnya kinerja keuangan produsen bahan eponymous itu.

Baca Juga: Yakin Inflasi Menurun, Bank Sentral India (RBI) Mempertahankan Dorongan Pertumbuhan

Namun, tidak ada kesepakatan yang terwujud dan Ruyi memutuskan untuk mencari cara penyelamatan alternatif. 

Ruyi, yang berakar dari industri tekstil, memulai aksi pembelian besar-besaran pada tahun 2015. Untuk mencapai ambisinya menjadi rumah mode papan atas, Ruyi mengakuisisi perusahaan fesyen top seperti SMCP, Aquascutum, dan Gieves & Hawkes yang terkenal sebagai salah satu penjahit pemasok Savile Row.

Namun tumpukan utang serta pandemi Covid-19 membebani langkah konglomerasi tersebut.

SMCP, yang merupakan perusahaan mode asal Prancis, bulan lalu memberhentikan lima anggota dewan yang mewakili Ruyi. Perusahaan mode Prancis itu melakukan aksi itu  setelah Ruyi gagal melunasi obligasi yang diterbitkan untuk mengakuisisi saham SMCP.

Bagikan

Berita Terbaru

Outstanding SRBI Turun 5 Bulan Beruntun Hingga April 2025
| Jumat, 09 Mei 2025 | 19:02 WIB

Outstanding SRBI Turun 5 Bulan Beruntun Hingga April 2025

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang dirilis Jumat (9/5), total SRBI mencapai Rp 881,81 triliun per April 2025.

IHSG Bergerak Tipis, Saham-Saham Ini Paling Banyak Net Buy Asing, Jumat (9/5)
| Jumat, 09 Mei 2025 | 18:18 WIB

IHSG Bergerak Tipis, Saham-Saham Ini Paling Banyak Net Buy Asing, Jumat (9/5)

Investor asing mencatat net sell atau jual bersih Rp 562,68 miliar di seluruh pasar saat IHSG naik tipis 0,07% ke 6.832,80, Jumat (9/5).

Penjualan PTSN ke AS Tersendat, namun Ekspansi Tambah Kapasitas Tetap Berjalan
| Jumat, 09 Mei 2025 | 17:00 WIB

Penjualan PTSN ke AS Tersendat, namun Ekspansi Tambah Kapasitas Tetap Berjalan

PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) membidik kenaikan penjualan lebih dari 30% tahun ini karena adanya penambahan pelanggan baru di berbagai segmen.

Penurunan Cadangan Devisa Paling Tajam Kedua Dalam 5 Tahun Terakhir
| Jumat, 09 Mei 2025 | 14:40 WIB

Penurunan Cadangan Devisa Paling Tajam Kedua Dalam 5 Tahun Terakhir

Cadangan devisa ambles US$ 4,6 miliar dibanding posisi pada akhir bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 157,1 miliar.

Profit 35,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Dalam (9 Mei 2025)
| Jumat, 09 Mei 2025 | 09:20 WIB

Profit 35,91% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles Dalam (9 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (9 Mei 2025) 1 gram Rp 1.926.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 35,91% jika menjual hari ini.

Permintaan Semen Lebih Sepi, Penjualan INTP Tertekan
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:35 WIB

Permintaan Semen Lebih Sepi, Penjualan INTP Tertekan

Penjualan semen INTP di pasar domestik turun 4,2% year on year (yoy) menjadi 4,29 juta ton pada kuartal I-2025

Bursa Hadirkan Penyedia Likuiditas
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:32 WIB

Bursa Hadirkan Penyedia Likuiditas

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi membuka pendaftaran bagi anggota bursa (AB) yang berminat menjadi Liquidity Provider Saham. 

Pleidoi Kedaulatan Keuangan Kita
| Jumat, 09 Mei 2025 | 07:11 WIB

Pleidoi Kedaulatan Keuangan Kita

Dalam dunia yang saling terhubung saat ini, menegaskan kedaulatan tidak berarti mundur dari kerja sama global.

Sederet Investor Asing yang Borong Saham GOTO di Tengah Rumor Akuisisi oleh Grab
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:59 WIB

Sederet Investor Asing yang Borong Saham GOTO di Tengah Rumor Akuisisi oleh Grab

Rumor merger dan akuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) oleh Grab telah berembus, setidaknya sejak Februari 2020.

Inklusi dan Literasi
| Jumat, 09 Mei 2025 | 06:55 WIB

Inklusi dan Literasi

Gap antara literasi dan inklusi harus terus diperkecil agar tercipta pasar keuangan yang benar-benar berkualitas.

INDEKS BERITA

Terpopuler