Gara-Gara Perang Dagang, Harga Gas Alam Anjlok ke Level Terendah Sejak 2008
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang yang kembali membara membuat harga gas alam terdesak.
Kemarin, harga gas alam kontrak pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange melemah 1,32% menjadi US$ 2,093 per mmbtu.
Dalam sepekan, harga gas alam sudah terkoreksi 1,09%.
Posisi gas alam saat ini pun menjadi yang terburuk sejak 2008.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, gas alam terguncang perang dagang yang kembali bergejolak setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengenakan tarif masuk 10% ke produk asal China US$ 300 miliar.
Sebagai balasannya, pemerintah China melemahkan mata uangnya.
Kemarin, pasangan USD/CNY menguat 1,41% menjadi 7,0385. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2008.
Jika perang dagang kembali pecah, pelaku pasar mengkhawatirkan permintaan gas alam berkurang. Mengingat, selama ini Negeri Panda merupakan importir terbesar gas alam.
"Padahal sekarang sedang musim panas, seharusnya permintaan gas alam meningkat. Tetapi sekarang malah tertekan akibat perang dagang," jelas Ibrahim.
Penguatan dollar AS juga menambah beban gas alam. Sebagai komoditas yang diperdagangkan dengan the greenback, penguatan dollar AS otomatis membuatnya semakin mahal dan akhirnya harga cenderung melemah.
Namun, ia melihat ada beberapa sentimen yang dapat menahan penurunan harga lebih dalam. Yakni, memasuki musim dingin, permintaan gas alam berpotensi melonjak dan membuat harga gas alam dapat bangkit.
Untuk hari ini, Ibrahim masih melihat potensi gas alam melemah dan bergerak dalam rentang US$ 2,05–US$ 2,14 per mmbtu.
Sedangkan dalam sepekan ke depan, harganya berpotensi berada di kisaran US$ 2,00–US$ 2,16 per mmbtu.
Secara teknikal, harga gas alam masih dalam tren bearish, karena bollinger band dan moving average (MA) berada 20% di bollinger bawah. Sedangkan indikator stochastic 70% negatif dengan posisi moving average convergence divergence (MACD) lebih ke area wait and see.
Indikator relative strength index (RSI) juga ada di 60% negatif yang menunjukan penurunan masih akan terjadi pada minggu ini.