Gelar Restrukturisasi Hingga 2022, Ini Rencana Aksi Korporasi Krakatau Steel (KRAS)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mulai merealisasikan rencana restrukturisasi bisnis.
Krakatau Stell (KRAS) sudah menyiapkan sejumlah rencana aksi korporasi agar bisa keluar dari kerugian menahun.
Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel, mengatakan, transformasi untuk menyelamatkan Krakatau Steel segera dimulai tahun ini.
"Periodenya mulai 2019 hingga 2022," terang dia kepada KONTAN, kemarin.
Transformasi tersebut berupa sejumlah aksi korporasi yang sudah disiapkan. Salah satunya, penataan kembali utang perusahaan.
Krakatau Steel juga memiliki rencana untuk melakukan divestasi kepemilikan saham pada anak usaha melalui penjualan saham secara langsung, penerbitan Dana Infrastruktur (DINFRA) serta reksadana penyertaan terbatas (RDPT) dengan opsi buyback.
Belum berhenti sampai di situ, Krakatau Steel juga berencana menerbitkan convertible bonds yang memiliki hak opsi konversi dengan saham perusahaan melalui mekanisme HMETD.
Terakhir, Krakatau Steel berencana melakukan penerbitan saham baru (rights issue), yang hasilnya digunakan untuk pelaksanaan opsi buyback divestasi kepemilikan saham pada anak perusahaan.
Seluruh rencana tersebut telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada akhir bulan April lalu.
Seperti ditulis KONTAN sebelum ini, sebagai tahap awal transformasi, Krakatau Steel belum lama ini mulai mencairkan kredit modal kerja. Nilainya mencapai US$ 200 juta.
Nilai yang telah ditarik sekitar separuhnya. Pinjaman ini berasal dari tiga bank pelat merah, yakni Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
Pinjaman tersebut merupakan salah satu skema yang akan dilakukan Krakatau Steel dalam merestrukturisasi utangnya yang terdiri dari beberapa tranche.
Untuk tranche pertama, Krakatau Steel akan membayar utangnya dari pendapatan.
Lalu, tranche kedua akan dibayar dari penjualan entitas anak.
"Pencairan dana secara garis besar kami dalam tahap akhir kesepakatan restrukturisasi utang," jelas Silmy.