Gelombang Karbon

Kamis, 19 Desember 2024 | 08:16 WIB
Gelombang Karbon
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Asnil Bambani Amri. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
|

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jauh panggang dari api. Itulah gambaran melihat implementasi dari komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi karbon menuju net zero karbon tahun 2060. Hutan yang menjadi salah satu unit penyimpan karbon paling efektif, kini terancam oleh pembukaan lahan untuk proyek food estate.

Di sisi lain, Indonesia sudah sesumbar untuk menurunkan emisi pada tahun 2060. Tidak hanya di forum global, tapi juga di forum regional dan nasional, komitmen tersebut terus digemborkan. Namun di sisi lain, pemerintah membuat program food estate dengan mengubah lahan yang sebelumnya hutan tempat menyimpan karbon berjuta-juta ton banyaknya. 

Dari data yang dipublikasikan lembaga riset Celios, mega proyek food estate yang diusung pemerintah itu akan membuka hutan seluas 2 juta hektar (Ha). Imbas pembukaan hutan itu, emisi karbon yang tersimpan dalam hutan, yang tertanam dalam pohon yang berusia puluhan atau ratusan tahun akan terlepas ke atmosfer.

Dalam hitungan Celios, gelombang karbon yang akan terlepas mencapai 782,45 juta ton CO2. Jumlah karbon yang terlepas itu jauh di atas produksi karbon yang disebabkan oleh pembangkit listrik untuk energi di Indonesia tahun 2019 dengan jumlah 638 juta ton CO2 (data BPS). Padahal, sumber emisi tersebut berasal dari aktivitas pembangkit listrik batubara dan pembangkit listrik berbahan bakar fosil lainnya.

Lantas untuk apa berambisi menurunkan emisi karbon dari sektor energi? toh pada akhirnya emisi karbon yang lebih banyak justru dihasilkan dari pembukaan lahan. Usaha menurunkan emisi dari sektor lainnya menjadi sia-sia karena membuka lahan hutan menjadi areal pangan baru.

Dari hitungan Celios, kerugian ekonomi akibat terlepasnya emisi karbon dari sektor kehutanan dari pembukaan 2 juta Ha lahan itu mencapai Rp 47,73 triliun. Oleh karena itu, dari sisi dampak iklim dan ekonomi, pembukaan lahan dengan mengalihfungsikan hutan menjadi lahan pertanian justru memberi dampak negatif. 

Artinya, proyek food estate dengan cara mengubah alih fungsi hutan bukanlah jalan keluar terbaik untuk program kedaulatan pangan bangsa ini. Sebaiknya, fokus menata lahan pertanian yang ada, termasuk meningkatkan produksi pertanian di lahan terlantar, meningkatkan aktivitas pertanian urban serta meningkatkan produksi pertanian melalui pengembangan dan implementasi teknologi pertanian.

Bagikan

Berita Terbaru

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:30 WIB

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan transaksi pemberian pinjaman ke anak usaha terkendali yakni PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).​

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:14 WIB

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO

Pengendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sight Investment Company Pte Ltd selaku menambah porsi kepemilikan sahamnya di SILO. 

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:10 WIB

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI

Sucor Sekuritas akan membawa tiga perusahaan jumbo untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2026.

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:04 WIB

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu

Salah satu emiten ritel yang diproyeksi bakal kecipratan rezeki dari momen Natal dan tahun baru 2025 adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:58 WIB

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026

Emiten pertambangan anggota holding MIND ID membidik pertumbuhan kinerja keuangan dan produksi pada 2026​.

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

INDEKS BERITA