KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi jiwa masih mengalami tantangan dari menurunnya minat masyarakat membeli produk asuransi. Ini terlihat dari turunnya premi bisnis baru yang dikantongi pelaku industri.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, hingga kuartal I-2024, pendapatan premi bisnis baru turun 0,8% secara tahunan menjadi Rp 26,65 triliun. Ini membuat total pendapatan premi asuransi jiwa selama periode tersebut hanya tumbuh 0,9% menjadi Rp 46 triliun.
Meluncurkan produk baru menjadi strategi perusahaan asuransi jiwa untuk kembali menggenjot bisnis. Salah satunya dilakukan PT Zurich Topas Life, yang meluncurkan produk unitlink terbaru bernama Zurich Family Gen Assurance.
Chief Agency Officer Zurich Topas Life Beanie Zulvanshah berharap, produk baru ini bisa membantu mendorong kinerja. Maklum, kehadiran produk anyar biasanya ikut mendongkrak perolehan premi yang dikantongi perusahaannya. "Dari pengalaman kami, pertumbuhannya bisa sampai kisaran 20%-30%," kata Beanie, Kamis (20/6).
Baca Juga: Suku Bunga Tinggi, Unitlink Pasar Uang Makin Cuan
Produk ini diharapkan bisa memberi variasi kepada nasabah, karena selama ini Zuricch Topas lebih banyak merilis produk asuransi tradisional. Segmen pasar unitlink dianggap juga masih potensial. Cuma memang, Beanie menilai segmen ini tengah redup karena minimnya produk baru di pasaran.
Direktur Kepatuhan dan LegaI PT Asuransi BRI Life I Dewa Gede Agung juga mengaku akan meluncurkan produk baru tahun ini, untuk membantu penjualan di segmen yang belum optimal dilayani perusahaan.
Tapi Agung menyebut, produk baru masih butuh waktu untuk bisa memberi kontribusi maksimal pada premi.
Perkuat literasi
Tak mau ketinggalan,PT BNI Life Insurance juga menyiapkan sederet produk baru untuk menggenjot kinerja. Mulai dari asuransi digital, mikro, whole life hingga endowment. "Peluncuran produk baru diharapkan membantu mencapai target bisnis yang ditetapkan," kata Plt. Direktur Utama BNI Life Eben Eser Nainggolan.
BNI Life sendiri menargetkan premi Rp 6,4 triliun pada tahun ini. Sementara hingga Mei, realisasinya sudah mencapai Rp 2,1 triliun, alias naik 4,7% dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Baca Juga: OJK Dorong Industri Benahi Bisnis Asuransi Kesehatan
Ketua AAJI Budi Tampubolon menilai, potensi pasar yang bisa dimaksimalkan industri masih terbuka. Pasalnya produk-produk yang ada di pasaran saat ini belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat. "Dari waktu ke waktu, pemain memang harus merilis produk baru," katanya.
Selain meluncurkan produk baru, Budi menuturkan upaya menggenjot premi juga harus dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat atas proteksi asuransi. Dus, minat beli asuransi pun bisa ikut terkerek.