KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum jelasnya negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat harga emas global kembali melesat. Kemarin, harga emas kontrak pengiriman April 2019 di Commodity Exchange menguat 0,40% menjadi US$ 1.326,50 per ons troi. Namun dalam sepekan, harganya masih terkoreksi 0,10%.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, belum adanya kesepakatan dagang membuat pelaku pasar khawatir. Padahal awalnya pelaku pasar optimistis terhadap kelanjutan pembicaraan ini, lantaran waktunya diperpanjang.
Perang dagang pun diperkirakan bakal kembali memanas, setelah Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer menyatakan rencana China membeli produk asal Negeri Paman Sam kurang signifikan nilainya.
Ketidakpastian global membesar setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un soal denuklirisasi tidak menghasilkan kesepakatan. Padahal investor sudah bersiap pertemuan ini menghasilkan denuklirisasi.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas. "Sehingga pelaku pasar memilih untuk mengoleksi emas yang merupakan aset safe haven," ujar Deddy, kemarin.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan, pelaku pasar kini cenderung wait and see menanti pergerakan yang dilakukan pemerintah AS.
Lebih lanjut Faisyal juga menyebut masalah geopolitik yang terjadi di Asia Selatan antara India dan Pakistan juga mulai diperhatikan pasar. Saling balas serangan membuat pelaku pasar semakin khawatir dan hal ini berhasil mengerek harga emas.
Namun Deddy menilai, harga emas masih rawan koreksi. Terutama setelah pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS. Dalam testimoninya tersebut, Powell mengatakan suku bunga acuan kemungkinan naik tak seagresif tahun sebelumnya.
Secara garis besar, pelaku pasar merespons pidato tersebut dengan beragam aksi. "Ada yang menganggap dovish, ada yang menganggap hawkish. Karena pelaku pasar belum menemukan keteguhan hati Powell, penguatan harga emas tidak terlalu lebar," tegas Deddy.
Hal ini membuat harga emas sulit kembali ke level tertingginya. Terlebih jika sentimen perang dagang akhirnya berakhir. Hal ini semakin membuat emas ditinggalkan.
Tapi harga emas bisa terus naik bila permintaan emas di India meningkat. Selain itu, negosiasi perang dagang AS-China tidak membawa hasil serta proses Brexit tidak berjalan mulus.
Karena itu, Deddy memprediksi sepekan ke depan harga si kuning bergerak di rentang US$ 1.311–US$ 1.336 per ons troi. Sedang Faisyal memprediksi hari ini harga emas bergerak di rentang US$ 1.315–US$ 1.338 per ons troi.
Secara teknikal, harga emas spot bergerak di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator stochastic berada di area 25 yang mengindikasikan pelemahan. Kemudian indikator RSI di area 56 berpotensi menguat dan MACD di level positif.