Global Bergejolak, Harga Emas Semakin Perkasa

Jumat, 01 Maret 2019 | 09:48 WIB
Global Bergejolak, Harga Emas Semakin Perkasa
[]
Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum jelasnya negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat harga emas global kembali melesat. Kemarin, harga emas kontrak pengiriman April 2019 di Commodity Exchange menguat 0,40% menjadi US$ 1.326,50 per ons troi. Namun dalam sepekan, harganya masih terkoreksi 0,10%.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, belum adanya kesepakatan dagang membuat pelaku pasar khawatir. Padahal awalnya pelaku pasar optimistis terhadap kelanjutan pembicaraan ini, lantaran waktunya diperpanjang.

Perang dagang pun diperkirakan bakal kembali memanas, setelah Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer menyatakan rencana China membeli produk asal Negeri Paman Sam kurang signifikan nilainya.

Ketidakpastian global membesar setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un soal denuklirisasi tidak menghasilkan kesepakatan. Padahal investor sudah bersiap pertemuan ini menghasilkan denuklirisasi.

Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas. "Sehingga pelaku pasar memilih untuk mengoleksi emas yang merupakan aset safe haven," ujar Deddy, kemarin.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan, pelaku pasar kini cenderung wait and see menanti pergerakan yang dilakukan pemerintah AS.

Lebih lanjut Faisyal juga menyebut masalah geopolitik yang terjadi di Asia Selatan antara India dan Pakistan juga mulai diperhatikan pasar. Saling balas serangan membuat pelaku pasar semakin khawatir dan hal ini berhasil mengerek harga emas.

Namun Deddy menilai, harga emas masih rawan koreksi. Terutama setelah pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS. Dalam testimoninya tersebut, Powell mengatakan suku bunga acuan kemungkinan naik tak seagresif tahun sebelumnya.

Secara garis besar, pelaku pasar merespons pidato tersebut dengan beragam aksi. "Ada yang menganggap dovish, ada yang menganggap hawkish. Karena pelaku pasar belum menemukan keteguhan hati Powell, penguatan harga emas tidak terlalu lebar," tegas Deddy.

Hal ini membuat harga emas sulit kembali ke level tertingginya. Terlebih jika sentimen perang dagang akhirnya berakhir. Hal ini semakin membuat emas ditinggalkan.

Tapi harga emas bisa terus naik bila permintaan emas di India meningkat. Selain itu, negosiasi perang dagang AS-China tidak membawa hasil serta proses Brexit tidak berjalan mulus.

Karena itu, Deddy memprediksi sepekan ke depan harga si kuning bergerak di rentang US$ 1.311–US$ 1.336 per ons troi. Sedang Faisyal memprediksi hari ini harga emas bergerak di rentang US$ 1.315–US$ 1.338 per ons troi.

Secara teknikal, harga emas spot bergerak di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator stochastic berada di area 25 yang mengindikasikan pelemahan. Kemudian indikator RSI di area 56 berpotensi menguat dan MACD di level positif.

Bagikan

Berita Terbaru

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:35 WIB

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan

PT Timah Tbk (TINS) optimistis dapat memperbaiki kinerja operasional dan keuangannya sampai akhir 2025. 

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa
| Jumat, 21 November 2025 | 08:30 WIB

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa

Langkah Grup Sampoerna melepas PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), meninggalkan catatan sejarah dalam dunia pasar modal di dalam negeri. ​

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI
| Jumat, 21 November 2025 | 08:29 WIB

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI

NPI kuartal III-2025 mengalami defisit US$ 6,4 miliar, sedikit di bawah kuartal sebelumnya yang defisit sebesar US$ 6,7 miliar

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:23 WIB

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan

Kemkeu telah menerima surat dari Menteri PANRB terkait pertimbangan kenaikan gaji ASN di 2026       

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit
| Jumat, 21 November 2025 | 08:09 WIB

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit

Tambahan penempatan dana ini lanjutan dari penempatan dana pemerintah senilai Rp 200 triliun akhir Oktober lalu​

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah
| Jumat, 21 November 2025 | 07:56 WIB

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini rawan koreksi dengan support 8.399 dan resistance 8.442. 

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:54 WIB

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun

Dalam dua bulan, pemerintah harus mengumpulkan penerimaan pajak Rp 730,27 triliun lagi untuk mencapai target dalam APBN

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:47 WIB

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun

Grup Sampoerna melepas seluruh kepemilikannya di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) 1,19 juta saham atau setara 65,72% kepada Posco International.​

Mengelola Bencana
| Jumat, 21 November 2025 | 07:45 WIB

Mengelola Bencana

Bencana alam kerap mengintai. Setidaknya tiga bencana alam terjadi dalam sepekan terakhir, salah satunya erupsi Gunung Semeru..

INDEKS BERITA

Terpopuler