Harga Acuan Melandai, Emiten Tambang Batubara Tak Revisi Target

Kamis, 11 April 2019 | 08:50 WIB
Harga Acuan Melandai, Emiten Tambang Batubara Tak Revisi Target
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen batubara di dalam negeri belum mengubah target produksi dan penjualan menyusul tren penurunan harga dalam beberapa bulan terakhir. Hingga April tahun ini, harga batubara acuan (HBA) masih di bawah level US$ 90 per ton.

Per April ini, harga acuan batubara bertengger di level US$ 88,85 per ton. Angka ini menyusut 1,89% dibandingkan HBA Maret 2019 yang senilai US$ 90,57 per ton. Meski harga batubara menurun, sejumlah produsen batubara belum mengubah target bisnis pada tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suherman mengatakan, sepanjang kuartal pertama, volume produksi dan penjualan batubara masih sesuai target. Meski target produksi masih terjaga, tidak menampik tren penurunan harga batubara global berpotensi berdampak terhadap proyeksi pendapatan, terutama yang diperoleh dari penjualan ekspor.

Namun saat ini koreksi harga batubara tidak berpengaruh signifikan karena penurunan di pasar global masih di rentang perkiraan. "Penurunan harga tersebut juga tidak berdampak pada pendapatan dari penjualan domestik, terutama ke PLN. Sebab, HBA masih di atas US$ 70 per ton," ujar Suherman, Rabu (10/4).

Harga batubara acuan pada tahun inil memang terus melanjutkan tren penurunan dan tidak pernah mencatatkan kenaikan, terhitung sejak September tahun lalu.

Head of Corporate Communications PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Febriati Nadira mengungkapkan, pihaknya masih belum terpengaruh oleh tren penurunan harga batubara. Adaro masih menjalankan produksi dan penjualan batubara sesuai proyeksi sepanjang tahun ini.

"Harga batubara memang enggak bisa diprediksi. Jadi kami fokus efisiensi dan operational excellence. Jadi kami belum terpengaruh," tutur dia saat dihubungi KONTAN, Selasa (9/4) lalu.

Meski belum menyebutkan detailnya, Nadira meyakinkan dalam tiga bulan di awal tahun 2019, volume produksi batubara Adaro sesuai target. Adapun sepanjang tahun ini, anggota indeks Kompas100 tersebut membidik produksi antara 54 juta hingga 56 juta ton.

Nadira mengaku, tren penurunan harga batubara juga tidak mengganggu penjualan. "Pasar kami saat ini sudah cukup terdiversifikasi. Jadi enggak akan menambah market baru juga," ungkap dia.

Sebagai informasi, Adaro Energy memasarkan 40% dari produksi batubara mereka ke pasar Asia Tenggara, termasuk 25% untuk pasokan dalam negeri. Sedangkan pasar China memiliki porsi 11%, India sebesar 14% dan negara di Asia Timur sebesar 30%.

Tak jauh berbeda, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai induk usaha PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, juga masih belum merasa terkendala oleh tren penurunan harga batubara.

Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava menyebutkan, tren penurunan harga batubara tidak membuat perubahan pada target produksi yang dipatok manajemen, yakni di kisaran 88 juta hingga 90 juta ton. "Tidak ada perubahan sampai saat ini, KPC sebesar 60 juta ton, sementara Arutmin 28 juta ton-30 juta ton," ungkap direktur emiten anggota indeks Kompas100 ini, .

Sementara Direktur Keuangan PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga menganggap fluktuasi harga tetap akan berdampak terhadap kinerja keuangan Hanya saja, hal tersebut sudah diperhitungkan oleh perusahaan batubara.

Pasalnya, harga komoditas ini sangat sulit diprediksi. Alhasil, perusahaan hanya bisa mengontrol biaya (cost) dengan melakukan efisiensi operasional. "Pengaruh sih pasti, kan harga naik, margin tinggi. Harga rendah margin ikut rendah. Yang bisa dikontrol itu cost, dengan efisiensi," kata dia.

Bergantung China dan India

Di sisi lain, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum, Singgih Widagdo menilai, dengan porsi ekspor batubara sekitar 50% ke China dan India, maka sangat rasional jika kebijakan dari kedua negara itu sangat sensitif terhadap pembentukan harga dan perkembangan bisnis batubara Indonesia.

Oleh sebab itu, Singgih bilang, perlu ada diversifikasi pasar ekspor batubara Indonesia yang selama ini mayoritas ke China dan India. "Pasokan terhadap pasar batubara di Asia Tenggara perlu diperkuat, mengingat potensinya yang terus bertumbuh hingga tahun 2030," kat dia. Selain itu, Singgih menekankan pentingnya mencermati dinamika pasokan batubara karena tren harga yang terus menurun juga didorong kondisi oversupply yang ada di pasar.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengamini harga batubara acuan (HBA) yang terus menurun merupakan alarm untuk mengendalikan pasokan sekaligus produksi batubara di Indonesia. "Ini memang alarm bagi kita bahwa pengendalian produksi sudah sangat penting," ungkap dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Bisnis Mal Masih Moncer Didorong Serbuan Aksi Ekspansi Peritel Asing
| Selasa, 05 November 2024 | 19:01 WIB

Bisnis Mal Masih Moncer Didorong Serbuan Aksi Ekspansi Peritel Asing

Sejumlah peritel merek merek tertentu terpantau melakukan ekspansi yang mendorong permintaan ruang bisnis.

ADRO Bagi Dividen Jumbo, Boy Thohir Kebagian Rp 2,67 T dari Kepemilikan Langsung
| Selasa, 05 November 2024 | 15:41 WIB

ADRO Bagi Dividen Jumbo, Boy Thohir Kebagian Rp 2,67 T dari Kepemilikan Langsung

Dana dari pembagian dividen ADRO untuk mengeksekusi PUPS atas saham PT Adari Andalan Indonesia (PT AAI).

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti
| Selasa, 05 November 2024 | 11:30 WIB

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti

Data inflasi AS pada September 2024, inflasi AS tercatat di kisaran 2,1% yoy, sedikit di atas target The Fed di 2,0%. 

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan
| Selasa, 05 November 2024 | 10:50 WIB

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada November 2024 karena rupiah sedang melemah.

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG
| Selasa, 05 November 2024 | 09:07 WIB

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG

Sejak Agustus 2024 sudah beredar kabar mengenai rencana Pemerintah Singapura untuk melepas kepemilikannya di TAPG.

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit
| Selasa, 05 November 2024 | 08:15 WIB

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit

Sepanjang periode Januari-September 2024, HAIS berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,40%, yakni menjadi Rp 765,37 miliar

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak
| Selasa, 05 November 2024 | 08:01 WIB

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak

PMMP masih terikat sejumlah kontrak kerja sama, salah satunya memasok udang ke Marubeni Corporation 

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah

Untuk penyluran subsidi elpiji dan BBM akan diubah menjadi skema bantuan langsung tunai ke masyarakat penerima.

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Untuk memperluas pasar ekspor, Mustika Ratu turut serta dalam Indonesia Europe Business Forum (IEBF) 2024.

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek

Jika Kemala Harris terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan lebih menguntungkan Indonesia.

INDEKS BERITA

Terpopuler