Harga Banyak Terkoreksi, Valuasi Saham Japfa Jadi Makin Seksi

Sabtu, 06 April 2019 | 10:03 WIB
Harga Banyak Terkoreksi, Valuasi Saham Japfa Jadi Makin Seksi
[]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lepas sudah tekanan yang dihadapi saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Dua hari berturut-turut, Kamis-Jumat, 4-5 April 2019 harga saham emiten pakan ternak itu menguat 7,99%.

Kenaikan harga tersebut seolah oase di tengah koreksi harga berkepanjangan. Usai menggapai rekor harga tertinggi di Rp 3.050 per saham pada 30 Januari 2019, saham Japfa berangsur jatuh ke titik nadir di Rp 1.690 per saham pada 2 April 2019. 

Artinya, dalam tempo sekitar dua bulan, saham JPFA terjerembab 80,47%. Sebagai perbandingan, sebelumnya, butuh waktu sekitar enam bulan bagi saham JPFA untuk mendaki dari kisaran harga 1.700-an ke 3.050.

Rebound JPFA terjadi usai keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 2 April 2019 untuk membagikan dividen tunai tahun buku 2018. Bagian laba bersih yang dibagikan Rp 50 per saham, atau senilai total Rp 585,96 miliar.

Pada September 2018 Japfa juga membagikan dividen dengan nilai yang sama. Yakni Rp 50 per saham senilai total Rp 585,96 miliar. 

Dus, secara total dividen pay ratio (DPR) yang dibagikaan JPFA mencapai 54,05%. Sederhananya, 54,05% laba bersih yang diperoleh JPFA pada 2018 yang sebesar Rp 2,25 triliun dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang sahamnya.

Nah, jika Anda baru mengempit saham JPFA setelah September 2018 dan menahan kepemilikan hingga 15 April 2019, maka dividen pay ratio (DPR) yang didapat sebesar 27,03%. 

Namun, aksi bagi-bagi laba bersih belum cukup menahan arus keluar investor asing. Mereka masih rajin melakukan aksi ambil untung atas saham JPFA. Misalnya, berdasar data RTI, pada 5 April net sell asing di seluruh pasar tercatat sebesar Rp 31,84 miliar. Padahal, hari itu saham JPFA menguat 5,49%.

Hari itu UBS Sekuritas Indonesia tercatat sebagai broker asing yang paling banyak menjual saham JPFA. Saham yang dijual sebanyak 213.031 lot senilai Rp 38 miliar.

Dus, William Hartanto, analis Panin Sekuritas menilai kenaikan harga saham JPFA hanya sementara. Technical rebound lantaran saham JPFA memang sudah banyak terkoreksi. Sejauh ini juga belum ada indikasi pembalikan arah tren lantaran kenaikan harga hanya bersifat sementara.

Namun kondisi ini diprediksi tidak akan berlangsung lama. Pertama, karena secara teknikal JPFA sudah oversold (jenuh jual). Kedua, harga saham JPFA saat ini sudah di bawah fundamentalnya. Ketiga, valuasi JPFA relatif lebih murah ketimbang emiten di sektor poultry lainnya. "Setelah mereka (investor asing) selesai jualan, harga akan kembali menyusul fundamental," kata William.

Karena asing dan harga

Hingga 5 April 2019 JPFA sudah terkoreksi 15,12% (year to date). Jika diukur dari level tertinggi di Rp 3.050 per saham, harganya sudah melorot 67,12%.

KKR Jade Investments Pte Ltd memotori penurunan harga pasca aksi ambil untung besar-besaran senilai Rp 1,72 triliun. Pada 20 Februari lalu, KKR Jade Investments Pte Ltd menjual 385 juta saham senilai Rp 847 miliar. Lalu, 18 Maret perusahaan investasi global itu kembali melepas 396 juta saham Japfa senilai Rp 871,2 miliar. Kedua transaksi digelar di harga Rp 2.200 per saham.

Dus, KKR berhasil meraup dana Rp 1,27 triliun. Kompensasinya, kepemilikan di Japfa menyusut dari 11,65% menjadi 4,99%.

Secara keseluruhan, net sell investor asing di seluruh pasar sebesar Rp 1,41 triliun (ytd). Sementara volume jual bersih dalam periode yang sama sekitar 600 juta saham.

Betul, bukan hanya JPFA yang harga sahamnya terkoreksi. Sejak awal tahun harga saham semua emiten poultry tertekan. Salah satu penyebabnya, harga jagung yang menjadi salah satu bahan baku utama pakan ternak terus melonjak lantaran musim kering. 

 

Performa Saham Emiten Poultry
Emiten Harga (Rp/saham)* Year to date (%) Setahun (%) Tiga Tahun (%) Lima Tahun (%)
CPIN 6.325 -12,46 85,48 119,24 68,67
JPFA 1.825 -15,12 15,87 214,66 37,22
MAIN 1.265 -9,32 61,15 0 -61,08
SIPD 810 -20,98 -22,12 -4,71 62
*Harga penutupan Jumat, 5 April 2019
sumber: RTI

Harga di tingkat petani sendiri berangsur turun seiring panen raya jagung pada Februari-Maret 2019 di sejumlah daerah. Perum Bulog sendiri, mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, menyerap jagung petani seharga Rp 3.150 per kg.Tahun lalu harga jagung naik sekitar Rp 2.500 per kilogram (kg). Permulaan 2019, harga jagung sempat melonjak dari Rp 3.500 per kg menjadi Rp 6.000 per kg.

Jagung menjadi salah satu penentu maju mundurnya bisnis emiten seperti Japfa. Pasalnya, penjualan pakan ternak berkontribusi besar terhadap pendapatan mereka. Tahun lalu, 43% dari total penjualan bersih Japfa yang sebesar Rp 34 triliun disumbang oleh pakan ternak.

Memang, data yang dipublikasikan Japfa menunjukkan, operating profit margin untuk segmen pakan ternak stabil di kisaran 10%-11%. Ini lantaran fluktuasi harga bahan baku juga kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diteruskan ke harga jual pakan ternak.

Namun, paling tidak secara sentimen, kenaikan harga bahan baku bisa memengaruhi persepsi pelaku pasar terhadap harga saham.

JPFA sendiri sudah mengambil langkah antisipasi dengan menambah kapasitas penyimpanan jagung. Tahun ini 10 silo akan dibangun di sejumlah daerah. Total kapasitasnya sekitar 30.000 ton. Plus, tiga corn dryer di Gorontalo, Sumbawa dan Jawa Timur. 

Keberadaan fasilitas dengan total nilai investasi sekitar Rp 210 miliar itu akan menambah daya tahan Japfa terhadap fluktuasi harga jagung. Anggarannya dicomot dari belanja modal 2019 yang sebesar Rp 3 triliun.

Fundamental bagus

Faktor berikutnya yang bisa membalikkan tren harga Japfa terkait kondisi fundamentalnnya yang bagus. Manajemen Japfa saat paparan publik (2/4) berharap penjualan tahun ini bisa tumbuh di atas 10%. Target tersebut bisa dicapai mengingat peluang yang masih cukup besar.

Tahun ini faktor daya beli dan pertumbuhan konsumsi masyarakat akan menopang kinerja emiten poultry seperti Japfa. Salah satunya saat bulan puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

Sebagai pembanding, Fahressi Fahalmesta, analis Ciptadana Sekuritas Asia memproyeksikan Japfa bisa mencapai penjualan sebesar Rp 39,96 triliun tahun ini. Artinya, ada pertumbuhan 17,49%.

Sementara pertumbuhan laba bersih tidak setinggi 2018 lantaran basisnya yang memang sudah besar. Pada 2019 ia memprediksi laba bersih Rp 2,29 triliun, atau naik 5,67%.

 

Kinerja Emiten Sektor Poultry 2018
Emiten Penjualan Laba Bersih Margin Laba Bersih
Nilai Pertumbuhan Nilai Pertumbuhan
CPIN Rp 53,96 triliun 9,30% Rp 4,55 triliun 82,34% 8,44%
JPFA Rp 34,01 triliun 14,90% Rp 2,17 triliun 117,37% 6,37%
MAIN Rp 6,71 triliun 23,24% Rp 284,80 miliar 482,60% 4,24%
SIPD Rp 3,12 triliun 27,37% Rp 25,93 miliar 107,31% 0,83%
sumber: RTI

 

Secara valuasi, saham Japfa juga menarik untuk dilirik. Ditinjau dari price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV), JPFA bersaing ketat dengan Malindo Feedmill Tbk (MAIN). 

Dus, optimisme terhadap prospek saham Japfa menghinggapi banyak analis saham. Ini tercermin dari rekomendasi beli yang jauh lebih ramai ketimbang emiten sejenis. Meski demikian, William memberi aba-aba bagi investor yang berminat memungut saham Japfa. Yakni ketika penjualan oleh broker-broker asing mulai mereda.

 

Perbandingan Valuasi Emiten Sektor Properti
Emiten Harga (Rp/saham)* PER (kali) PBV ((kali)
CPIN 6.325 22,75 5,35
JPFA 1.825 9,86 2,1
MAIN 1.265 9,96 1,49
SIPD 810 42,63 1,29
*Harga penutupan Jumat, 5 April 2019
sumber: RTI

 

Konsensus Analis yang dihimpun Bloomberg
Emiten Jumlah Rekomendasi Rata-rata Target Harga 12 bulan Harga (5/4)
Buy Hold Sell
CPIN 4 4 7 6.459,09 6.325
JPFA 19 1 0 2.761,07 1.825
MAIN 5 4 0 1.711,88 1.265
SIPD - - - - 810
sumber: Bloomberg

 

Bagikan

Berita Terbaru

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?
| Selasa, 25 November 2025 | 11:25 WIB

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?

Investor mesti fokus pada emiten dengan narasi kuat lantaran saat berhasil keluar dari PPK peluang rebound muncul tetapi dibarengi risiko tinggi.

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan
| Selasa, 25 November 2025 | 09:10 WIB

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan

Prospek bisnis logistik darat didukung perkembangan ritel, e-commerce, dan infrastruktur. Namun, ada tantangan dari sisi pengelolaan biaya.

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental
| Selasa, 25 November 2025 | 08:41 WIB

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental

Kinerja keuangan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) diperkirakan akan tetap tumbuh positif sepanjang tahun 2025.

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?
| Selasa, 25 November 2025 | 08:13 WIB

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?

Tekanan yang dialami saham BBCA mereda setelah pada Selasa (24/11) bank swasta tersebut mengumumkan pembagian dividen interim.

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun
| Selasa, 25 November 2025 | 08:09 WIB

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun

Para bankir optimistis akan terjadi perbaikan pertumbuhan  kredit konsumer menjelang akhir tahun, ditopang momentum natal dan tahun baru 

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham
| Selasa, 25 November 2025 | 07:49 WIB

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) berencana untuk IPO dengan menawarkan maksimal 625 juta saham kepada publik. 

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat
| Selasa, 25 November 2025 | 07:41 WIB

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat

Prospek kinerja PT Elnusa Tbk (ELSA) masih menjanjikan. Segmen penjualan barang dan jasa distribusi serta logistik energi bakal jadi motor utama.

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca
| Selasa, 25 November 2025 | 07:40 WIB

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca

Seiring dengan pelemahan pasar, terjadi kenaikan biaya produksi AMFG yang dipicu oleh fluktuasi harga gas alam.

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka
| Selasa, 25 November 2025 | 07:33 WIB

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka

Suksesi kepemimpinan menambah kental aroma rencana merger GOTO dan Grab pasca Patrick Sugito Walujo resmi mengundurkan diri dari jabatan CEO GOTO.

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut
| Selasa, 25 November 2025 | 07:25 WIB

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut

TCPI akan mengoptimalkan utilisasi armada yang ada serta melakukan peremajaan kapal secara bertahap.

INDEKS BERITA