Harga CPO Naik, Kinerja AALI Bakal Membaik

Kamis, 22 Juli 2021 | 05:35 WIB
Harga CPO Naik, Kinerja AALI Bakal Membaik
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga crude palm oil (CPO) menopang kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Analis memprediksi kinerja AALI akan lanjut menguat terdorong harga CPO yang juga diprediksi akan stabil di level tinggi hingga akhir tahun.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2021, AALI berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% secara tahunan jadi Rp 5,03 triliun. Namun, laba periode berjalan emiten ini turun 52% secara tahunan menjadi Rp 182 miliar.

Michael Filbery, Analis Phillip Sekuritas Indonesia, mengatakan, pendapatan AALI tumbuh karena tertopang tren kenaikan harga CPO sebesar 8% secara tahunan. Kenaikan harga tersebut berhasil menutup volume penjualan CPO yang turun sebesar 14,4% secara tahunan.

Sedangkan, laba periode berjalan AALI turun signifikan karena kontrak berjangka AALI mengalami kerugian. Penyebabnya, harga kontrak tersebut lebih rendah dibandingkan harga CPO di sepanjang kuartal I-2021.

Michael memperkirakan kinerja AALI hingga akhir tahun berpotensi lanjut menguat karena tren kenaikan harga CPO juga berpotensi berlanjut. Harga CPO global diyakini bisa tetap tinggi antara lain karena pemerintah menaikkan batas pengenaan tarif progresif ekspor produk kelapa sawit, termasuk CPO, dari semula US$ 670 per ton menjadi US$ 750 per ton.

Dampak dari revisi aturan tersebut akan membuat tarif pungutan ekspor CPO turun. "Penurunan tarif pungutan ekspor produk CPO menjadi katalis positif bagi penyerapan produk sawit dalam negeri, terutama CPO," kata Michael, Rabu (21/7).

Selain itu, revisi tarif tersebut bisa menjaga kestabilan harga CPO, di tengah produksi CPO nasional yang berpotensi meningkat di semester II-2021. Michael melihat efek La Nina juga mulai berakhir, sehingga produktivitas perkebunan akan kembali normal di periode tersebut.

Michael memproyeksikan rata-rata harga CPO berada di kisaran Rp 9.000-Rp 9.780 per kilogram.

Volume penjualan

Edward Lowis, Analis Sucor Sekuritas, juga berpendapat sama. Pendapatan AALI naik karena tersokong kenaikan harga CPO. Edward menulis dalam risetnya, pendapatan AALI tahun ini berpotensi naik 88% secara tahunan.

Edward memperkirakan rata-rata harga CPO di tahun ini berada di Rp 10,2 juta per ton dan jadi level harga tertinggi, dibanding Rp 8,4 juta per ton di 2020.

Edward memperkirakan volume penjualan AALI akan kembali naik 5,5% secara tahunan ke 2,1 juta ton. Faktor yang mendukung penjualan adalah yield produksi yang membaik dan kontribusi tandan buah segar (TBS) dari pihak ketiga.

Michael mencatat, di sepanjang kuartal I-2021, produksi TBS AALI menurun 13,5% karena terhantam sentimen negatif La Nina di sepanjang tahun lalu. Penurunan produksi TBS juga disebabkan oleh penurunan produksi CPO sebesar 8% secara tahunan ke 351.000 ton.

Dampaknya yield produksi TBS menurun ke 6,1% secara tahunan menjadi 4,2% ton per hektare. Ini membuat AALI harus membeli TBS dari pihak eksternal.

Michael menganalisa produksi AALI akan mulai pulih di kuartal III-2021, seiring badai La Nina yang mereda. Seiring produksi TBS yang diproyeksikan membaik, Michael memperkirakan margin AALI di kuartal I-2021 akan berangsur membaik dan tak lagi melemah.

Selain itu, menurut analisa Edward, kinerja AALI juga akan terdorong pengadaan kilang minyak dengan kapasitas 3.000 ton CPO per hari.

Michael juga mengatakan pendapatan AALI selama ini banyak tersokong dari segmen kilang minyak dan produk derivatif. Michael memprediksi penjualan dari dua segmen tersebut akan meningkat di kuartal II-2021, seiring dibukanya kilang minyak di China.

Michael dan Edward kompak merekomendasikan beli AALI. Michael memasang target harga Rp 11.200 per saham, sedangkan Edward memasang target harga Rp. 10.650. 

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA

Terpopuler