KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atawa minyak sawit mentah terus menanjak. Pasokan masih seret, sementara permintaan yang tinggi, kian melambungkan harga CPO.
Mengutip Bloomberg, Jumat (28/1), harga CPO kontrak April 2022 di Malaysia Derivative Exchange menyentuh level tertinggi di RM 5.628 per ton. Dalam sepekan, harga CPO naik sebanyak 5,75%.
Research and Development ICDX, Girta Yoga mengatakan harga CPO melambung tinggi karena tren tahunan lonjakan permintaan jelang Tahun Baru Imlek. Sementara, pasokan CPO terbatas akibat efek pembatasan ekspor Indonesia dan ketatnya pasokan dari Malaysia. Alhasil, harga CPO makin terkerek naik.
Baca Juga: Kebijakan DMO Minyak Goreng Dinilai Perlu Payung Hukum
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan kenaikan harga CPO dibarengi dengan kenaikan harga komoditas lain yang tersulut memanasnya konflik Ukraina dan Rusia.
Jika konflik kedua negara tersebut terus berlanjut, ada potensi terjadi hambatan ekspor ke Eropa Timur. Sentimen itu yang akhirnya menimbulkan spekulasi di tengah pasokan CPO yang masih ketat.
Selain itu, uji coba biodiesel 40(B40) di Februari juga menggerus pasokan global. Lalu, Indonesia juga harus memenuhi permintaan di dalam negeri terlebih dahulu.
Ibrahim mencatat produksi CPO Indonesia di tahun 2021 sebanyak 46,9 juta. Sedangkan, target produksi di 2022 naik menjadi ke 49 juta ton. "Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mempersiapkan kalau seandainya B40 dilaksanakan. Tetapi permintaan dari China, India dan Eropa terlanjur meningkat pasca pemulihan ekonomi," kata Ibrahim.
Ibrahim masih memproyeksikan harga CPO berpotensi bertahan di harga RM 5.500 per ton pada kuartal I-2021. Namun, di kuartal selanjutnya, harga CPO berpotensi melandai jika terjadi pemulihan produksi di Malaysia. Saat ini, Ibrahim mengamati ekspor CPO dari Malaysia sejak 1 hingga 15 Januari, menurun sebanyak 32%-45%. Penyebabnya, di Malaysia terjadi kekurangan tenaga kerja yang berkepanjangan sejak pandemi Covid-19 muncul.
Secara rata-rata hingga akhir tahun, Ibrahim memproyeksikan harga CPO berada di RM 4.000 per ton.
"Saat harga sudah melonjak, secara teknikal harga akan melandai, dan kenaikan harga saat ini tidak menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk investasi jangka panjang," kata Ibrahim.
Kompak, Yoga juga memproyeksikan tren kenaikan harga CPO di awal tahun 2022 ini berpotensi tidak bertahan hingga akhir tahun. Penyebabnya, efek badai La Nina berpotensi mulai mereda di bulan Februari mendatang.
Baca Juga: Produksi CPO Capai 46,88 Juta Ton, Simak Kinerja Industri Sawit Indonesia di 2021
Dengan demikian, produksi CPO di negara produsen utama juga diharapkan kembali akan pulih.
Namun, tidak dipungkiri, ancaman penyebaran virus omicron dan naiknya kasus Covid-19 hingga saat ini masih menekan produksi CPO. Terutama di Malaysia yang mendatangkan tenaga kerja asing di perkebunan sawit mereka.