Harga Jual Mengangkat Bisnis Erajaya Swasembada (ERAA)

Kamis, 06 Januari 2022 | 04:10 WIB
Harga Jual Mengangkat Bisnis Erajaya Swasembada (ERAA)
[]
Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual gawai yang terus meningkat, jadi angin segar bagi PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Pasalnya, volume penjualan emiten anggota indeks Kompas100 ini cenderung bergerak stagnan.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menyebut, secara volume, penjualan ERAA sudah bergerak turun sejak tahun 2018. Gejala ini mulai tampak jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda yang diiringi dengan penerapan aktivitas belajar dan bekerja dari rumah (WFH).

Beruntung, kenaikan harga jual gawai masih menopang kinerja ERAA. Kontribusi terbesar penjualan ERAA disumbang dari penjualan smartphone, menyisihkan ponsel fitur (feature phone). 

Baca Juga: Cermati rekomendasi saham ERAA, DSNG, dan WIIM untuk perdagangan hari ini (7/12)

Feature phone merupakan perangkat yang tidak begitu canggih serta memiliki harga jual lebih rendah ketimbang smartphone yang sudah menjadi tren dan kebutuhan.

Kinerja Erajaya juga ditopang segmen penjualan aksesoris, dengan perolehan margin yang lebih tinggi. "Margin penjualan aksesoris lebih tinggi daripada handphone," terang Steven, Rabu (5/1).

Steven mengatakan, besaran margin segmen aksesoris mencapai 20%, lebih tinggi dari margin produk ponsel dan tablet yang hanya berkisar 10% hingga 11%.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Sebastian dalam riset 18 November 2021 menerangkan, jika volume penjualan dan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) ERAA akan terus meningkat di tahun 2022. Hal ini didukung oleh regulasi IMEI dan penetrasi smartphone. Kata dia, ERAA mengembangkan bisnis lewat penetrasi di segmen ritel fesyen olahraga melalui JD Sports.

Baca Juga: Pecahkan Rekor MURI, Erajaya (ERAA) Resmikan 38 Outlet Secara Serentak

Strategi penjualan 

Analis Valbury Sekuritas Devi Harjoto menilai, strategi ERAA yang mengunakan omni channel semisal online to offline (O2O) dan e-commerce, dapat mendorong penjualan di tengah perubahan perilaku konsumen.

Devi menyebut, ERAA akan fokus pada pembukaan gerai dengan skema franchise cloud retail partner di kota tier kedua dan ketiga. Strategi ini dapat mendorong pertumbuhan kinerja, dengan biaya belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih rendah. Ia berharap ke depan dapat mendatangkan pendapatan berulang (recurring income) dari lisensi.

Portofolio produk ERAA yang bermain di kelas premium dan yang lebih terjangkau melalui merek Xiaomi menjadikan portofolio ERAA cukup berimbang. "Ditambah aturan pemblokiran IMEI untuk ponsel pasar gelap (blackmarket) mengubah lanskap industri ritel secara jangka panjang," imbuh Devi.

Baca Juga: Resmikan 38 Outlet Ritel Secara Serentak, Erajaya (ERAA) Cetak Sejarah Baru

Pada tahun lalu, Devi memproyeksikan, pendapatan ERAA akan tumbuh 25% secara year on year (yoy) yang didorong penjualan produk seluler, terutama produk iPhone Apple yang merilis series 13 seiring membaiknya daya beli. Hal positif lain bagi ERAA adalah kapasitas pusat perbelanjaan yang mulai meningkat.

Pendapatan ERAA diperkirakan bisa mencapai Rp 42,57 triliun di tahun 2021 dan Rp 49,01 triliun di tahun 2022. Steven memperkirakan, pendapatan ERAA juga bakal mengalir dari Erafone Cloud Retail Partner (Erafone CRP) yang dapat mempercepat ekspansi gerai baru milik ERAA. Skema ini memberikan kesempatan kepada pengusaha individu menjadi mitra kerjasama ERAA.

ERAA juga menerapkan strategi bisnis ERAA’s New Way of Shopping, yang mengombinasikan model bisnis secara offline dan online. Model ini memberikan kontribusi yang terus meningkat.

Steven menyematkan rekomendasi beli saham ERAA dengan target harga Rp 800. Kata Steven, kenaikan tingkat kunjungan di pusat perbelanjaan akan menaikkan volume penjualan ERAA. Hal ini didukung adanya peluncuran produk gawai baru semisal Samsung Galaxy Z Flip3, iPhone 13, Xiaomi Redmi 10.

Baca Juga: Erajaya buka pre-order 3 produk Huawei teranyar, salah satunya MateBook 14s

Devi merekomendasikan beli saham ERAA dengan target harga Rp 810 per saham. Demikian juga Robert merekomendasi beli saham ERAA dengan target harga Rp 980. Rabu (5/1) saham ERAA turun 0,84% dari hari sebelumnya menjadi Rp 590.          

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA