Harga Komoditas Energi Masih Dalam Tren Naik

Kamis, 24 November 2022 | 04:35 WIB
Harga Komoditas Energi Masih Dalam Tren Naik
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi, Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi diproyeksikan masih  dalam jalur kenaikan. Kendati dihantui resesi, kebutuhan energi dunia tetap tumbuh. 

Memang, harga komoditas energi kompak melemah dalam tiga bulan terakhir. Harga minyak jenis WTI kontrak pengiriman Januari 2023, misalnya, turun 15,53% dalam tiga bulan terakhir ke level US$ 79,18 per barel. 

Namun, Research & Development ICDX Girta Yoga menilai, penurunan harga komoditas energi hanya berlangsung sesaat. "Harga sempat terkoreksi karena peningkatan kasus Covid 19 di China," kata dia, kemarin (23/11).  

Baca Juga: Musim Dingin, Harga Komoditas Energi Siap Kembali Memanas

Girta melihat harga energi akan naik lagi akibat embargo sejumlah negara Eropa terhadap ekspor minyak Rusia pada 5 Desember 2022. Sebab, embargo ini berlangsung di tengah musim dingin di kawasan Eropa. Di periode ini,  permintaan akan bahan bakar untuk alat pemanas cenderung meningkat. 

Sementara usai musim dingin, sejumlah negara juga agresif mengisi stok energi yang berkurang karena kenaikan pemakaian energi di musim dingin. Ditambah lagi, OPEC berniat membatasi produksi.  

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo melihat, resesi   tak membuat suatu negara menurunkan pembelian energi. Dia mencontohkan  Inggris yang sudah mengumumkan dalam kondisi resesi namun  tidak akan mengurangi pasokan energi. Oleh karena itu, dia melihat harga energi masih naik di masa mendatang.

Analis DCFX Lukman Leong melihat, harga batubara dan gas alam cenderung melemah akibat turunnya permintaan dari China seirama pelemahan ekonomi dan  kenaikan kasus Covid-19 di negara tersebut. Padahal China merupakan pasar terbesar batubara.

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Masih Tangguh di Tengah Resesi

Sementara dari sisi pasokan, suplai batubara relatif stabil. Sutopo mengatakan,  memang, La Nina melanda Australia dan memukul produksi batubara para penambang Glencore, BHP, dan Anglo American. Tapi di sisi lain, pasokan batubara dari Indonesia masih meningkat. 

Bahkan suplai gas alam relatif melimpah. Sebelumnya, eksportir gas Rusia, Gazprom PJSC, mengancam akan mengurangi pengiriman gas alam melalui Ukraina mulai pekan depan. Saat ini, pipa di Ukraina adalah rute terakhir yang  tersisa untuk memasok gas Rusia ke Eropa Barat. Tapi, selain Rusia, banyak negara juga memproduksi gas alam.  

Nah, berbeda dengan pasokan minyak yang dikontrol oleh OPEC. Oleh karena itu, proyeksi Lukman,  harga batubara hingga akhir tahun ini berada di kisaran US$ 330-US$ 350 per ton, dan di kisaran US$ 280-US$ 300 per ton untuk tahun depan. Adapun harga gas alam di tahun 2023 diperkirakan bergerak di US$ 6 per mmbtu, dari proyeksi tahun ini yang berada di kisaran  US$ 7-US$ 8 per mmbtu. 

Proyeksi Girta, harga gas alam di rentang US$ 6-US$ 8 per mmbtu hingga akhir tahun ini. Untuk harga minyak WTI bisa bergerak di US$ 70-US$ 90 per barel, sementara harga batubara diproyeksikan di kisaran US$ 275-US$ 475. 

Di kuartal I-2023, Girta memperkirakan, harga minyak WTI berada US$ 70-US$ 100 per barel, di saat harga gas alam di level US$ 5-US$ 9 per mmbtu. Harga batubara, kata Girta, bergerak di level US$ 250-US$ 425 per ton.

Baca Juga: OECD Kembali Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia Menjadi 4,7% Pada tahun 2023

Sutopo menilai, permintaan energi tetap naik kendati harganya meningkat hingga kuartal I-2023. Prediksi dia, harga gas di level US$ 8,5 per mmbtu, harga minyak kembali ke angka US$ 100 per barel, dan harga batubara di kisaran US$ 360-US$ 370 per ton. 

Bagikan

Berita Terbaru

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:56 WIB

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) telah merealisasikan pembukaan 27 toko baru di sepanjang tahun 2025.

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:45 WIB

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang

AS bakal mendapatkan keuntungan strategis sementara RI hanya mendapat pembebasan tarif              

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:48 WIB

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan dua transaksi afiliasi dengan nilai total Rp 2,79 triliun.

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:45 WIB

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar

Pergerakan pasar dipengaruhi kombinasi profit taking akhir tahun.Kewaspadaan jelang rilis PMI China, serta risiko geopolitik.

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:44 WIB

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun. 

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:39 WIB

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis

Transformasi mencakup penguatan bisnis energi dan logistik, khususnya yang berkaitan dengan elektrifikasi alat angkut di sektor pertambangan. ​

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:32 WIB

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini

Emiten konsumer dan ritel tak bisa berharap banyak pada dampak bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 900.000 yang dikucurkan pemerintah. 

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:15 WIB

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi

Ekonom memprediksi penyaluran kredit di tahun 2026 berpotensi tumbuh 9%, di atas proyeksi target tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler