Berita Bisnis

Harga LNG Membubung, Penjualan Melambung

Kamis, 14 Oktober 2021 | 06:00 WIB
Harga LNG Membubung, Penjualan Melambung

Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Krisis energi di Eropa dan sejumlah negara di Asia berdampak pada kenaikan harga komoditas. Momentum kenaikan harga ini dinilai bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menggenjot penjualan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).

Harga LNG melonjak signifikan. Di awal 2021, harga LNG senilai US$ 8,6 per mmbtu, sementara pada awal Oktober harganya melonjak hingga US$ 56 per mmbtu, dan kini berangsur melandai di level US$ 32 per mmbtu. 
 
Pengamat migas, Widhyawan Prawiraatmadja mengungkapkan, Indonesia termasuk sebagai net exporter untuk komoditas batubara dan LNG. Kondisi ini bisa menguntungkan Indonesia dari sisi neraca perdagangan.
 
Pria yang pernah menjabat sebagai Gubernur Indonesia untuk Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) 2015-2016 ini menambahkan, krisis energi mendorong kenaikan harga komoditas.
 
"(Di Eropa) kalau terjadi shortage tentunya akan ambil dari tempat lain yaitu Asia Pasifik," terang Widhyawan, dalam forum webinar bertajuk "Krisis Energi Mulai Melanda Dunia, Bagaimana Strategi RI?”, akhir pekan lalu.
 
Saat ini harga LNG tergolong cukup stabil setelah naik signifikan di awal Oktober. "Harga 6 Oktober sampai ke US$ 56 per mmbtu dan akhirnya settle di angka US$ 36 per mmbtu. Jadi demikian luar biasanya dinamikanya. Konteksnya memang terjadi kelangkaan," terang mantan Deputi SKK Migas tersebut.
 
Pengamat Migas, Salis S. Aprilian bilang, harga komoditas khususnya minyak dan gas saat ini berbanding terbalik dengan saat awal pandemi tahun 2020. "Sekarang begitu orang yakin dengan vaksin, sudah bisa bergerak, produksi meningkat ditambah cuaca ekstrem di Eropa dan wilayah lain menyebabkan peningkatan konsumsi yang tidak diantisipasi suplai yang cukup," terang Salis.
 
Di sisi lain, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sukses menjual empat uncommited cargo dari Kilang Bontang ke pasar spot dengan harga cukup tinggi.
 
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief S. Handoko mengungkapkan, penjualan empat uncommited cargo ini terjadi September 2021 dan mendorong peningkatan penerimaan. "Dengan rata-rata harga lebih dari US$ 27 per mmbtu, dengan estimasi penerimaan US$ 250 juta," kata dia kepada KONTAN, Selasa (12/10).
 
Hingga kuartal III 2021, total produksi LNG mencapai 149,5 standar kargo. Angka ini turun 3,85% year on year (yoy) dari produksi di periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 155,5 standar kargo.
 
Arief mengungkapkan, dari produksi 149,5 standar kargo selama sembilan bulan di 2021, sebanyak 105,6 standar kargo untuk pasar ekspor. Adapun sisanya 43,9 standar kargo untuk pembeli domestik. "Di pasar domestik, sebanyak 42,3 standar kargo (sekitar 96%) untuk kelistrikan," terang dia. Sisanya sekitar 1,6 standar kargo untuk sektor industri termasuk pabrik pupuk. Hingga akhir tahun nanti diprediksi penjualan mencapai 205,5 kargo LNG.
 
Vice President Pengendalian Kontrak Gas PLN, Edwin Bangun mengungkapkan, ada sejumlah tantangan dalam pemanfaatan LNG oleh PLN yakni keamanan suplai, efisiensi biaya dan fleksibilitas suplai.   

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru