Berita *Global

Harga Melandai, AS Bujuk Negara-Negara Asia Lepas Cadangan Minyak Strategis ke Pasar

Kamis, 18 November 2021 | 17:11 WIB
Harga Melandai, AS Bujuk Negara-Negara Asia Lepas Cadangan Minyak Strategis ke Pasar

ILUSTRASI. FILE PHOTO: Ilustrasi pompa minyak di lapangan minyak di Midland, Texas, AS. 22 Agustus 2018. REUTERS/Nick Oxford/File Photo

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Sejumlah negara yang berstatus pembeli minyak mentah terbesar di dunia, Kamis (18/11), mempertimbangkan untuk memanfaatkan cadangan minyak strategis masing-masing. Langkah itu diambil, tutur beberapa sumber, setelah Amerika Serikat (AS) meminta negara-negara tersebut untuk mendinginkan harga energi global.

Harga minyak mentah turun sekitar 4% sejak Rabu karena shock treatment itu sepertinya mulai berlaku.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden meminta negara-negara pembeli minyak besar seperti China, India dan Jepang untuk mempertimbangkan melepaskan stok minyak mentah, menurut beberapa orang yang mengetahui permintaan tersebut.

Baca Juga: Surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober 2021 tertinggi sepanjang sejarah

Biden, yang menghadapi pemilihan paruh waktu tahun depan, bisa jadi mengambil langkah itu untuk menangkis tekanan politik atas kenaikan harga bensin, dan berbagai biaya konsumen lain. Lonjakan harga itu mengancam menghambat pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi virus corona.

“Brent sekarang di bawah 80 dolar,” kata John Driscoll, direktur pelaksana di konsultan JTD Energy di Singapura. “Ini memiliki efek jangka pendek di pasar minyak, mungkin bagus untuk setidaknya koreksi 5%.”

Harga minyak mentah Brent, yang kerap menjadi acuan, diperdagangkan senilai US$ 79,90 pada Kamis sekitar 13.44 WIB.

Langkah Biden juga mencerminkan betapa AS frustrasi dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang berulang kali menolak permintaan dari Washington untuk mempercepat peningkatan produksi.

Baca Juga: AS minta Jepang, China dan India untuk pertimbangkan melepas cadangan minyak mentah

Biden dan para pembantunya telah membahas kemungkinan pelepasan terkoordinasi dari persediaan minyak dengan sekutu dekatnya, termasuk Jepang, Korea Selatan dan India, bahkan China, selama beberapa minggu terakhir, sumber mengatakan kepada Reuters sebelumnya.

Biro cadangan negara China mengatakan sedang mengerjakan pelepasan cadangan minyak mentah meskipun menolak untuk mengomentari permintaan AS.

Seorang pejabat kementerian industri Jepang mengatakan AS telah meminta kerjasama Tokyo untuk menangani harga minyak yang lebih tinggi. Tetapi dia tidak dapat mengkonfirmasi apakah permintaan itu termasuk pelepasan stok yang terkoordinasi. Secara hukum, Jepang tidak dapat menggunakan rilis cadangan untuk menurunkan harga, kata pejabat itu.

Seorang pejabat Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa AS telah meminta Seoul untuk melepaskan beberapa cadangan minyak.

“Kami meninjau permintaan AS secara menyeluruh, namun kami tidak melepaskan cadangan minyak karena kenaikan harga minyak. Kami dapat melepaskan cadangan minyak jika terjadi ketidakseimbangan pasokan, tetapi tidak untuk menanggapi kenaikan harga minyak,” kata pejabat itu.

AS dan sekutunya telah mengoordinasikan pelepasan cadangan minyak strategis sebelumnya, misalnya pada tahun 2011, selama perang melanda Libya, yang merupakan negara anggota OPEC.

Baca Juga: Harga Bensin Lebih Mahal 60% dari Tahun Lalu, AS Minta Sekutu Lepas Cadangan Minyak

Namun proposal saat ini merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi OPEC, kartel yang telah mempengaruhi harga minyak selama lebih dari lima dekade. Alasannya, rencana AS kali ini melibatkan China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.

AS membentuk cadangan minyak strategis di periode 1970-an setelah Arab Saudi melakukan embargo. Pembentukan cadangan itu bertujuan memastikan AS memiliki pasokan yang cukup untuk menghadapi keadaan darurat.

OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, telah menambahkan sekitar 400.000 barel per hari ke pasar setiap bulan. Namun OPEC+ menolak seruan Biden untuk peningkatan yang lebih cepat, dengan alasan rebound permintaan bisa terhenti.

Baca Juga: Harga Gas Eropa Kembali Melonjak, Ada Kekhawatiran Pasca Penundaan Izin Nord Stream 2

Pemerintahan Biden belum membahas "akar penyebab" harga tinggi, yang membatasi pasokan di pasar domestik AS, kata Tilak Doshi, direktur pelaksana di Doshi Consulting di Singapura.

Dia mengutip pembatalan pipa Keystone XL untuk membawa minyak dari pasir tar Barat Kanada ke penyulingan AS, dan larangan pengeboran di tanah milik pemerintah Federal.

Administrasi Biden telah "melakukan segalanya untuk menghalangi produsen minyak dan gas domestik," kata Doshi. Ia menambahkan seruan Washington untuk tanggapan terkoordinasi dari sekutu plus China adalah "yang pertama saya percaya.”

Selanjutnya: Grammarly Raih Valuasi hingga US$ 13 M, Bukti Tingginya Permintaan AI untuk Menulis

 

Terbaru