Harga Membumbung Tinggi, Produsen Gas Alam Terancam Rugi Hedging Miliaran Dolar
KONTAN.CO.ID - BENGALUR. Produsen gas alam Amerika Serikat (AS) terancam menanggung kerugian dalam transaksi lindung nilai (hedging) hingga miliaran dolar di tahun 2022, demikian hasil penelitian konsultan Rystad Energy, Jumat (19/11). Pemicunya, harga gas yang melonjak ke kisaran tertingginya selama beberapa tahun terakhir, akibat krisis pasokan energi global,.
Ekspektasi akan menguatnya permintaan gas alam cair (LNG) selama berbulan-bulan mendorong kontrak berjangka AS hingga level tertingginya selama 12 tahun terakhir pada awal Oktober. Harga pada Jumat melonjak hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya dengan menyentuh kisaran US$ 4,94 per juta British thermal unit (mmbtu).
Sebelas operator yang dianalisis Rystad akan kehilangan lebih dari US$ 5,2 miliar pada tahun 2022 jika harga rata-rata di Henry Hub, yang merupakan acuan untuk mengharga, tetap sebesar US$ 4 per mmbtu. Nilai kerugian akan naik hingga menjadi sekitar US$ 9,8 miliar jika harga rata-rata sebesar US$ 5 per mmbtu.
Baca Juga: PGN alirkan gas perdana ke 23.570 SR di Pasuruan dan Probolinggo
“Mengingat seluruh pengiriman untuk 2022 saat ini tetap di atas US$ 4 per MMBtu. Situasi saat ini kemungkinan akan memberikan tekanan material ke bawah terhadap arus kas produsen gas di tahun depan," kata Artem Abramov, head of shale research di Rystad Energy.
Rystad mengatakan, operator telah melakukan lindung nilai atas separuh lebih produksi di tahun 2022. Padahal, pada saat itu gas diperdagangkan di harga yang jauh lebih rendah daripada level saat ini.
Pada akhir September, sebanyak 64% dari proyeksi produksi mereka dilindung nilai, kata laporan itu.
Kenaikan signifikan dalam volume lindung nilai sejak kuartal kedua tahun 2021 terutama didorong oleh operator termasuk Southwestern, Chesapeake, Range Resources dan Comstock Resources.
Pangsa produksi lindung nilai untuk sebagian besar dari 11 perusahaan tersebut berada di kisaran 45% hingga 75%. Sedangkan harga dasar rata-rata tertimbang bervariasi di kisaran US$2,5 mmbtu hingga US$ 3,1 per mmbtu.
Selanjutnya: Permintaan LNG Asia Meningkat, Tarif Kapal Tanker di Pasifik Tembus Rekor Tertinggi