Harga Minyak Bergejolak FPNI Pasang Target Realistis

Sabtu, 25 Mei 2019 | 06:40 WIB
Harga Minyak Bergejolak FPNI Pasang Target Realistis
[]
Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten petrokimia PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) memasang target pertumbuhan yang realistis tahun ini. Manajemen emiten tersebut melihat fluktuasi harga bahan baku etilena yang berasal dari crude oil masih menekan margin keuntungan.

Calvin Wiryapranata, Direktur Keuangan FPNI mengaku agak kesulitan memprediksi pasar saat ini, apalagi margin spread yang di awal tahun tidak seperti tahun lalu. Margin spread adalah selisih harga jual dengan biaya bahan baku utama. 

Tahun 2018, Lotte Chemical tertolong dengan margin spread sebesar US$ 221 per ton, naik 37% year on year (yoy). Alhasil, meski pendapatan bersih 2018 perusahaan ini hanya tumbuh 0,1% yoy menjadi US$ 433,9 juta, perusahaan menggenggam laba bersih senilai US$ 6,1 juta. Angka ini tumbuh 451% ketimbang periode sama tahun lalu, yang merugi US$ 1,7 juta. "Harga jual tahun lalu bisa naik 15% dibandingkan tahun sebelumnya," kata Calvin, (24/5). 

Hanya, manajemen perusahaan ini tidak merinci harga jual saat ini. Yang terang, di tengah gejolak harga bahan baku, FPNI berusaha mengontrol komponen produksi agar biaya pemeliharaan lebih efisien dan operasional semakin efektif. "Untuk itu, target growth kami tak muluk-muluk, dari segi volume penjualan dan produksi naik 10% tahun ini," kata Calvin. 

Pada tahun lalu, volume penjualan FPNI mencapai 306.000 ton. Selama delapan tahun terakhir, perusahaan ini bisa menjaga produksi polietilena di atas 300.000 ton.

Untuk menjaga pertumbuhan kinerja tetap positif, Lotte Chemical menyiapkan belanja modal senilai US$ 5 juta yang berasal dari dana internal. Kebutuhan dana tersebut untuk merevitalisasi beberapa mesin dan upgrading software system manufacturing perusahaan.

Per kuartal I-2019, FPNI belum mencatatkan pertumbuhan yang signifikan akibat tertekan harga minyak dunia yang melambung. Penjualan di kuartal I-2019 tercatat sebanyak US$ 92,69 juta atau turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 101,89 juta. Beban pokok penjualan juga ikut turun 9% menjadi US$ 90,18 juta di triwulan pertama tahun ini.

Adapun laba kotor di tiga bulan pertama tahun ini menyusut 6,7%, dari US$ 2,68 juta di kuartal I-2018 menjadi US$ 2,5 juta di kuartal I-2019. Di sisi lain, beban penjualan bengkak hingga 41% yoy menjadi US$ 1,5 juta di kuartal I-2019. Dengan menyusutnya laba kotor dan laba usaha serta pengurangan beberapa pos lainnya mempengaruhi bottom line perusahaan. 

Alhasil, laba bersih kuartal pertama tahun ini tergerus 74,5% menjadi US$ 65.000. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, pencapaiannya sebesar US$ 255.000. 

Bagikan

Berita Terbaru

Sri Mulyani Rombak Struktur Sekretariat KSSK
| Senin, 08 September 2025 | 09:10 WIB

Sri Mulyani Rombak Struktur Sekretariat KSSK

Hal ini diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 64 Tahun 2025 yang mulai berlaku sejak 4 September 2025

Cadangan Devisa Diramal Menyusut
| Senin, 08 September 2025 | 08:51 WIB

Cadangan Devisa Diramal Menyusut

Cadangan devisa akhir Agustus diperkirakan turun karena untuk kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi rupiah 

Waskita Karya (WSKT) Kebut Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B
| Senin, 08 September 2025 | 08:45 WIB

Waskita Karya (WSKT) Kebut Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B

Saat ini pengerjaan LRT Jakarta Fase 1B dalam tahap pemasangan komponen struktur atas (slab deck) dan jalur rel (trackwork rail).

Target Penerimaan Dikerek Lagi di Anggaran 2026
| Senin, 08 September 2025 | 08:41 WIB

Target Penerimaan Dikerek Lagi di Anggaran 2026

Kementerian Keuangan dan Banggar DPR sepakat untuk menaikkan target penerimaan bea cukai dan PNBP   

Phapros (PEHA) Bidik Pertumbuhan Pasar Ekspor
| Senin, 08 September 2025 | 08:20 WIB

Phapros (PEHA) Bidik Pertumbuhan Pasar Ekspor

Ke depan, Phapros akan terus menjajaki peluang pasar baru, menjalin kemitraan dengan beberapa partner strategis.

Mencoba Menjadi Investor Jangka Panjang
| Senin, 08 September 2025 | 07:39 WIB

Mencoba Menjadi Investor Jangka Panjang

Fakta menarik yang kedua adalah semakin lama jangka waktu investasi, maka semakin menguntungkan dan semakin kecil potensi risiko kerugian. 

Jumlah IPO Masih Seret, Target BEI Terancam Meleset
| Senin, 08 September 2025 | 07:13 WIB

Jumlah IPO Masih Seret, Target BEI Terancam Meleset

Hingga 4 September 2025, jumlah IPO di BEI baru ada 22 emiten baru dengan nilai emisi Rp 10,39 triliun. ​

Diprediksi Menguat, Simak Sejumlah Sentimen yang Akan Mewarnai IHSG Pekan Ini
| Senin, 08 September 2025 | 07:08 WIB

Diprediksi Menguat, Simak Sejumlah Sentimen yang Akan Mewarnai IHSG Pekan Ini

HSG pada minggu ini akan dipayungi oleh sentimen kondisi politik dalam negeri, terutama hasil dari pembatalan tunjangan rumah bagi anggota DPR.

Sertifikasi Koperasi
| Senin, 08 September 2025 | 07:05 WIB

Sertifikasi Koperasi

Sertifikasi diperlukan sebagai standar kompetensi dari koperasi desa/kelurahan Merah Putih agar pembiayaan yang didapat menjadi optimal.

Implikasi Disinsentif Penyimpanan Beras
| Senin, 08 September 2025 | 07:00 WIB

Implikasi Disinsentif Penyimpanan Beras

Pemerintah perlu mendefinisikan arti dari penimbunan beras yang bersifat spekulatif serta yang produktif.​

INDEKS BERITA

Terpopuler