Harga Obligasi Global Anjlok, Pasar Domestik Dibantu Lokal

Selasa, 18 Oktober 2022 | 04:50 WIB
Harga Obligasi Global Anjlok, Pasar Domestik Dibantu Lokal
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga obligasi dunia kompak melemah. Ini terlihat dari Bloomberg Global Aggregate Total Return Index yang berada di level terendah sejak kuartal II-2011. 

Per Jumat (14/10), Bloomberg Global Aggregate Total Return Index berada di level 418. Sepanjang tahun ini, indeks tersebut menurun 21,43%. Meski begitu, harga obligasi dalam negeri yang tercermin dalam Indobex Composite Bond Index pada Senin (17/10) masih naik tipis 0,03% sepanjang 2022. 

Jadi, meski stagnan, kinerja obligasi dalam negeri masih lebih baik. Presiden dan CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, pasr obligasi turun akibat tren kenaikan suku bunga acuan di dunia. "Penurunan kinerja harga obligasi karena tren dari kebijakan kenaikan tingkat suku bunga yang diterapkan bank sentral berbagai negara," jelas dia, Senin (17/10). 

Baca Juga: Wall Street: Dow Naik 500 Poin, Musim Rilis Kinerja Perusahaan Dimulai

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan, koreksi pasar obligasi negara maju lebih besar karena jumlah aset floating juga besar. Pasar obligasi Indonesia memang sedikit terkoreksi, terutama pada obligasi pemerintah. Tapi nilainya minim dibanding banyak negara lain.

Ini karena kendati inflasi tinggi, SBN masih memiliki level real yield yang positif. Indonesia juga menikmati tingginya harga komoditas dengan trade balance yang lebih terjaga.

Kombinasi dua hal ini menghasilkan outlook SBN yang positif. Ini nampak dari data Indobex Goverment Total Return yang ada di level 325,39, hanya turun 0,24% sepanjang 2022. 

Dimas menambahkan, peran investor asing di pasar obligasi Indonesia yang sangat minim membuat obligasi Indonesia bergerak relatif jauh lebih baik dari banyak negara lain. "Untuk long-term, investor asing sangat mungkin untuk terus menambahkan kepemilikannya pada SBN meskipun diharapkan secara persentase tidak mendominasi. Tawaran kupon masih sangat kompetitif dibandingkan market yield," tuturnya.

Tak hanya pasar obligasi negara, obligasi korporasi juga dianggap lebih menarik. Guntur menjelaskan, dampak terhadap obligasi korporasi tidak terlalu signifikan karena tingkat likuiditas dan volume transaksi di pasar sekunder obligasi korporasi tidak sebesar obligasi negara. 

Namun di tengah tren suku bunga naik, maka cost of borrowing akan lebih tinggi. "Sebagai patokan obligasi korporasi rating AAA dengan tenor tiga tahun pada kondisi sekarang masih di kisaran 6,75-7%," jelas Guntur.

Baca Juga: Indeks Obligasi Global Merosot, Bagaimana Efeknya ke Pasar Obligasi Domestik?  

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan berpendapat, perusahaan yang menerbitkan high-yield akan menunda penerbitan obligasi korporasi. Tapi dari faktor risiko, tingkat gagal bayar obligasi pun rendah. 

Bagikan

Berita Terbaru

Lepas 541 Juta Saham Sentul City (BKSL), Kepemilikan Samuel Sekuritas Tersisa 4,94%
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:53 WIB

Lepas 541 Juta Saham Sentul City (BKSL), Kepemilikan Samuel Sekuritas Tersisa 4,94%

Samuel Sekuritas Indonesia melaporkan pengurangan kepemilikan sahamnya di PT Sentul City Tbk (BKSL).

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Akan Transformasi Jadi Holding Investasi Energi
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Akan Transformasi Jadi Holding Investasi Energi

PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) segera melakukan transformasi bisnis seiring masuknya PT Morris Capital Indonesia sebagai pengendali baru. ​

Laju Saham Barang Konsumsi Masih Mini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:43 WIB

Laju Saham Barang Konsumsi Masih Mini

Laju indeks saham barang konsumsi tertinggal dari 10 indeks sektoral lain di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampoerna Agro (SGRO) Siap Merambah ke Bisnis Hilir Sawit dan Energi Terbarukan
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:34 WIB

Sampoerna Agro (SGRO) Siap Merambah ke Bisnis Hilir Sawit dan Energi Terbarukan

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) akan menjalin sinergi dengan pemegang saham baru, Posco International, yang akan masuk ke sektor hilir kelapa sawit.

Strategi Mengail Cuan Saham Menjelang Tutup Tahun
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:24 WIB

Strategi Mengail Cuan Saham Menjelang Tutup Tahun

Memilih strategi yang bisa dimanfaatkan investor untuk mendulang cuan investasi saham di momen libur akhir tahun​.

Kenaikan Harga Dongkrak Nilai Ekspor CPO Indonesia
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:50 WIB

Kenaikan Harga Dongkrak Nilai Ekspor CPO Indonesia

Hingga Oktober 2025, nilai ekspor sawit mencapai US$ 30,605 miliar, lebih tinggi 36,19% dibanding periode yang sama tahun 2024 US$ 22,472 miliar.

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:40 WIB

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri

Regulasi ini memberikan kerangka kebijakan yang lebih adaptif dalam pelaksanaan subsidi pupuk, sekaligus membuka ruang bagi peningkatan efisiensi.

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:25 WIB

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food

Industri pet food Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya jumlah pemilik hewan.

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:15 WIB

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood

Sebagai pijakan awal transformasi, RAFI mengusung tema “More Impactful and More Valuable” yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:11 WIB

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Jika perkiraan ini terjadi, ada potensi akan meningkatnya volatilitas saham dan mata uang di pasar global.

INDEKS BERITA

Terpopuler