Hasil Pemilu Tidak Menjamin Tren Penguatan IHSG

Senin, 22 April 2019 | 17:01 WIB
Hasil Pemilu Tidak Menjamin Tren Penguatan IHSG
[]
Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Wuwun Nafsiah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar gembira dengan hasil pemilihan Presiden 2019. Berdasar hitung cepat alias quick count (QC) oleh sebagian besar lembaga survei, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1, yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin unggul atas calon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Maka, begitu perdagangan di bursa buka pada Kamis (18/4),  sehari setelah Pilpres, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terbang tinggi menembus 6.636,33. Namun sore harinya, indeks ditutup di posisi 6.507,22, naik 25,679 poin dibanding penutupan sebelum libur Pilpres. Hari itu, net buy investor asing mencapai Rp 1,43 triliun.

“Ada efek politik pada pergerakan IHSG, tetapi ini hanya jangka pendek,” tutur David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas.

Penguatan IHSG didorong kenaikan saham sektor infrastruktur dan perbankan. Hal ini tidak mengherankan, karena kedua sektor ini memang sejalan dengan prioritas kebijakan pemerintah saat ini. 

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, Jokowi tentu akan kembali melanjutkan program infrastruktur jika kembali terpilih menjadi presiden. Bedanya, anggaran infrastruktur kali ini akan difokuskan pada program prioritas. Berbeda dengan lima tahun lalu di mana infrastruktur digenjot secara besar-besaran.

Meski Prabowo juga mengklaim kemenangan dalam Pilpres, tapi pelaku pasar yakin dengan hasil hitung cepat yang memenangkan Jokowi-Ma’ruf. “Kemungkinan hasil Komisi Pemilihan Umum dengan QC berbeda sangat kecil. Pasangan nomor 2 tentu akan mempersoalkan hasil pemilu, tetapi kemungkinan menang juga hampir mustahil,” ujar Suria.

Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menilai, sektor konstruksi dan perbankan berpotensi naik setelah Jokowi kembali terpilih jadi presiden. “Program perbankan seperti kredit usaha rakyat seharusnya bisa berlanjut,” ujarnya.

Tantangan eksternal

Apabila presiden berganti, pelaku pasar memang perlu mencari keseimbangan baru. Tapi jika QC akurat dan Jokowi terpilih kembali jadi presiden, maka tak ada hal baru yang perlu disesuaikan. “Prospek IHSG ke depan tinggal tergantung kondisi ekonomi di luar dan dalam negeri,” ujar David.

Ya, meski kemenangan petahana versi QC membawa angin segar bagi bursa, toh itu tidak lantas bisa membuat IHSG otomatis bergerak dalam tren bullish. Pergerakan IHSG akan seturut dengan pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi dalam negeri tidak bisa tiba-tiba tumbuh pesat meski Jokowi kembali terpilih sebagai Presiden,” ujar Sebastian.

Ke depan, ujar David, pelaku pasar akan melihat apakah pemerintah bisa menjaga kemudahan usaha dan iklim investasi. Apalagi, tantangan global juga masih besar.
Siapa pun presidennya, pemerintah Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan dari faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sebut saja faktor suku bunga  acuan Amerika Serikat (AS). Jika bunga acuan AS tidak naik lagi atau bahkan turun, maka Bank Indonesia bisa menggiring suku bunga acuan dalam negeri untuk turun. Ini tentu akan positif bagi ekonomi kita. Namun hal sebaliknya akan terjadi jika bunga acuan AS ternyata naik.

Faktor kedua, harga minyak dunia. Jika harga minyak terus naik, ada kemungkinan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Ini bisa memukul daya beli masyarakat, dan pada gilirannya akan melemahkan sektor konsumsi, ritel dan banyak sektor lainnya. Sementara, “Efek membaiknya infrastruktur dan perbankan juga tidak langsung mempengaruhi sektor konsumer,” kata Sebastian.

Ketiga, perkembangan perang dagang AS dan China.  “Soal Perang dagang, rencananya akan ada kesepakatan di bulan Mei 2019. Mudah-mudahan terjadi perdamaian antara AS dan China,” ujar Suria. Jika negosiasi kedua pihak berjalan baik, akan positif bagi perekonomian dunia dan Indonesia. Begitu pula sebaliknya.
Keempat, pasar juga terus memantau rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Berbagai isu global itu akan menjadi penggerak IHSG dari sisi eksternal. “Memang IHSG kemungkinan bullish tahun ini, tapi kita belum tahu seperti apa ombak di depan,” ujar David.

Dari dalam negeri, ada sinyal positif. Neraca perdagangan kita mulai membaik. Maret 2019 neraca perdagangan surplus US$ 540 juta, meningkat dibanding surplus pada Februari yang sebesar US$ 330 juta. Namun secara akumulasi, sejak Januari hingga Maret 2019 neraca perdagangan kita masih defisit US$ 190 juta. Sementara suku bunga acuan dan kurs rupiah juga cenderung stabil belakangan ini.

Menanti kabinet

Setelah Pilpres dan pemilihan anggota legislatif, selanjutnya pasar menanti susunan kabinet baru untuk periode 2019-2024. “Dulu, kursi kabinet banyak diisi oleh orang partai politik, sekarang belum tahu. “Jika Sri Mulyani tidak diganti, pasar bisa tenang,” ujar Suria.

Sebastian sepakat, susunan kabinet baru akan menarik untuk dicermati. Susunan kabinet baru ini tentu akan diumumkan setelah KPU resmi merilis hasil Pemilu 2019. Posisi menteri yang akan menjadi perhatian pasar antara lain Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Perdagangan, serta Menteri Perindustrian.

Untuk sepekan ke depan, Suria memprediksi IHSG masih punya peluang menguat. Apalagi, kenaikan IHSG pasca pemilu masih tipis. “Masih bisa tembus 6.600,” ujarnya.  
Sementara David memperkirakan IHSG bisa menembus level 6.700 sepekan ke depan. Posisi tersebut cukup krusial mengingat IHSG sempat menyentuh 6.600 setelah Pemilu. Jika level 6.700 ditembus, maka IHSG bisa menanjak lebih tinggi lagi.

Hingga akhir 2019, Suria memperkirakan IHSG berpotensi menuju level 6.800. Sementara Sebastian memprediksikan hingga akhir tahun ini, IHSG berpeluang menembus level 6.900. Adapun David lebih optimistis. Dia memperkirakan, IHSG bisa menembus level 7.000 sebelum 2019 berakhir.

Bagikan

Berita Terbaru

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

Asing Mulai Kembali, IHSG Menguat di Hari Keenam, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:44 WIB

Asing Mulai Kembali, IHSG Menguat di Hari Keenam, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Indeks menguat di hari keenam. Investor asing mulai kembali melakukan aksi beli alias net buy sebesar Rp 293,03 miliar. 

Makan Bergizi Gratis Baru Menjangkau 650.000 Anak
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:30 WIB

Makan Bergizi Gratis Baru Menjangkau 650.000 Anak

Prabowo bilang, untuk Januari hingga April 2025, pemerintah akan menyalurkan sebanyak 3 juta paket makan bergizi gratis

INDEKS BERITA

Terpopuler