Hengkang dari Australia, Raksasa Konstruksi ini Salahkan Kebijakan Pandemi yang Ketat

Kamis, 24 Februari 2022 | 08:41 WIB
Hengkang dari Australia, Raksasa Konstruksi ini Salahkan Kebijakan Pandemi yang Ketat
[ILUSTRASI. Seorang penumpang duduk di halte trem di jalan pusat kota yang hampir kosong pada hari pertama lockdown di Melbourne, Australia, Jumat (16/7/2021). REUTERS/Sandra Sanders.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Wilson Bayly Holmes - Ovcon Ltd (WBHO) pada Kamis mengatakan menarik diri dari Australia. Perusahaan konstruksi terbesar asal Afrika Selatan itu mengatakan kebijakan  "garis keras" Australia dalam menanggapi pandemi Covid-19 telah berdampak ke pasar properti dan menciptakan ketidakpastian bisnis.

WBHO merupakan contoh perusahaan yang menjadi korban kebijakan Australia yang sangat keras dalam mengelola pandemi. Langkah WBHO juga melemahkan klaim pemerintah bahwa stimulus yang disalurkan selama dua tahun masa lockdown telah menyelamatkan bisnis dan lapangan kerja.

Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Johannesburg, WBHO mengatakan menarik dukungan keuangan untuk unitnya di Australia Probuild. WBHO memasukkan Probuild  ke proses administrasi eksternal karena “kemampuan pengiriman proyek telah dipengaruhi secara negatif oleh pembatasan Covid-19 yang tidak terduga dan parah."

Baca Juga: Gagal Lunasi Utang, Konglomerat Fesyen China Terancam Kehilangan Anak Usaha

WBHO mengatakan pihaknya memperkirakan akan membukukan kerugian untuk Juli-Desember karena kerugian perdagangan, biaya penurunan nilai dan "aset pajak" yang tidak dapat dipulihkan di Australia.

Dalam pernyataan tertulis yang terpisah, perusahaan konstruksi itu mengatakan kebijakan Australia yang keras dalam menanggapi pandemi, seperti menutup perbatasan, lockdown, keharusan kerja dari rumah, memiliki "dampak yang cukup besar terhadap pasar properti serta industri lain seperti industri rekreasi".

Pembatasan telah "menciptakan ketidakpastian bisnis tingkat tinggi di Australia dan secara signifikan mengurangi permintaan dan menunda pemberian proyek-proyek baru di sektor-sektor utama industri konstruksi ini," katanya.

Baca Juga: Yakin Inflasi Menurun, Bank Sentral India (RBI) Mempertahankan Dorongan Pertumbuhan

Probuild, yang berdiri pada tahun 1987, telah mengerjakan beberapa proyek komersial terkenal di Australia. Termasuk markas baru untuk raksasa biofarmasi CSL Ltd, atau markas polisi di negara bagian terpadat kedua, Victoria.

Setahun yang lalu, pemerintah memblokir rencana pembelian Probuild senilai A$300 juta ($217 juta) oleh China State Construction Engineering Corp Ltd dengan alasan keamanan nasional.

Josh Frydenberg, juru bicara dari kementerian keuangan Australia yang memblokir penjualan, menolak berkomentar.

Administrator Probuild Sal Algeri, dari Deloitte Turnaround & Restructing, dalam sebuah pernyataan mengatakan dia akan menilai posisi keuangan pembangun dan mulai bekerja untuk menemukan pemilik baru.

Bagikan

Berita Terbaru

Oversubscribe Ratusan Kali Tidak Jadi Jaminan Saham IPO Bertahan Lama di Zona Hijau
| Minggu, 11 Mei 2025 | 14:00 WIB

Oversubscribe Ratusan Kali Tidak Jadi Jaminan Saham IPO Bertahan Lama di Zona Hijau

Pada hari perdagangan perdananya, DKHH menyentuh auto reject atas (ARA) usai melesat 34,85% ke level Rp 178, dari harga IPO di Rp 132 per saham.

Ini Dia Teknologi Pindai Iris Mata yang Bikin Heboh
| Minggu, 11 Mei 2025 | 14:00 WIB

Ini Dia Teknologi Pindai Iris Mata yang Bikin Heboh

Heboh daftar iris bisa mendapatkang uang, ini sebenarnya tujuan kehadiran teknologi proof of human. Yuk simak

Kredit Korporasi Unjuk Gigi, Meski Ekonomi Letoi
| Minggu, 11 Mei 2025 | 13:00 WIB

Kredit Korporasi Unjuk Gigi, Meski Ekonomi Letoi

Sektor manufaktur dan energi menjadi roda penggerak bagi pertumbuhan kredit perbankan di kuartal pertama ini. 

Selamatkan Kekayaan, Orang Super Kaya di Indonesia Sebar Portofolio ke USDT
| Minggu, 11 Mei 2025 | 10:00 WIB

Selamatkan Kekayaan, Orang Super Kaya di Indonesia Sebar Portofolio ke USDT

Per Maret 2025 jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 13,71 juta, bertambah dibandingkan dengan Februari sebanyak 13,31 juta.

Realisasi Jumlah IPO Lebih Rendah, Tantangan Pasar Modal di Tengah Ketidakpastian
| Minggu, 11 Mei 2025 | 09:12 WIB

Realisasi Jumlah IPO Lebih Rendah, Tantangan Pasar Modal di Tengah Ketidakpastian

Besaran dana IPO yang berhasil dihimpun sejak awal tahun sampai dengan 8 Mei 2025 sudah mencapai Rp 7 triliun.

Profit 33,31% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Berubah (11 Mei 2025)
| Minggu, 11 Mei 2025 | 08:53 WIB

Profit 33,31% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Berubah (11 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (11 Mei 2025) 1 gram Rp 1.928.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,31% jika menjual hari ini.

PTPP Bakal Mendivestasi Dua Anak Usaha Bernilai Aset Rp 4 Triliun, Simak Profilnya
| Minggu, 11 Mei 2025 | 08:20 WIB

PTPP Bakal Mendivestasi Dua Anak Usaha Bernilai Aset Rp 4 Triliun, Simak Profilnya

PTPP tidak dalam kondisi likuiditas yang seret. Aset lancarnya masih mencukupi untuk digunakan memenuhi semua liabilitas jangka pendeknya.

Berkomunitas Dulu Jadi Sineas Kemudian
| Minggu, 11 Mei 2025 | 06:00 WIB

Berkomunitas Dulu Jadi Sineas Kemudian

Membuka relasi menjadi salah satu kunci sukses sebagai seorang sineas. Agar relasi terjalin, bergabung di komunitas adal

 
Mengejar Ambisi Biar Bisa Berpaling dari Batubara
| Minggu, 11 Mei 2025 | 05:10 WIB

Mengejar Ambisi Biar Bisa Berpaling dari Batubara

Kondang sebagai penambang batubara tak menyurutkan semangat PT Indika Energy Tbk (INDY) transisi ke bisnis yang rendah karbon. 

 
Adu Kebut Mobil Listrik, Polytron Mulai Masuk Arena
| Minggu, 11 Mei 2025 | 04:50 WIB

Adu Kebut Mobil Listrik, Polytron Mulai Masuk Arena

Kelar garap sepeda motor listrik, Polytron merambah pasar mobil listrik dengan target penjualan yang aduhai.

INDEKS BERITA

Terpopuler