IDX80 Jadi Favorit Lantaran Lebih Likuid

Senin, 25 Februari 2019 | 05:59 WIB
IDX80 Jadi Favorit Lantaran Lebih Likuid
[]
Reporter: Aldo Fernando | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks IDX80 sepertinya menjadi indeks anyar yang disukai pasar. Hal ini tercermin dari performa indeks saham yang baru diluncurkan awal Februari tersebut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun, indeks IDX80 mengakumulasi kenaikan 4,13%. Kenaikan ini melampaui indeks LQ45 yang sama-sama memiliki gelar indeks saham paling likuid.

Kenaikan LQ45 di periode yang sama cuma 3,33%. "Ini mengindikasikan animo pelaku pasar besar untuk memburu saham dengan free float besar," ujar analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji, akhir pekan lalu, Jumat (24/2).

BEI memang menggunakan sejumlah perhitungan dalam menentukan anggota IDX80. Salah satunya, besaran saham yang beredar di publik atau free float. Umumnya, free float yang besar lebih likuid, sehingga lebih mencerminkan kondisi pasar. Ini yang disukai investor.

Sebab, investor memiliki dua pertimbangan utama saat membeli saham. Pertama, kondisi fundamental. Kedua, masalah likuiditas. "Investor sangat suka dengan saham yang memiliki fundamental menarik sekaligus likuid," jelas Mino, analis IndoPremier Sekuritas.

Investor jangka pendek atau trader biasanya suka dengan saham yang likuid. Sementara, investor jangka panjang suka dengan prospek fundamental.

Indeks IDX80 punya keduanya. "Saham di indeks ini layak untuk dikoleksi baik untuk trading atau investasi jangka panjang," imbuh Mino.

UNTR misalnya. Sebanyak 1,51 miliar atau setara 40,5% saham UNTR merupakan milik publik. Fundamentalnya juga cukup solid.

Faktor inilah yang membuat saham PT United Tractors Tbk (UNTR) menjadi penggerak utama IDX80 dengan menyumbang bobot sebesar 0,25 poin.

Saham PT Timah Tbk (TINS) juga memiliki free float yang cukup besar, mencapai 35% atau setara sekitar 2,61 miliar saham. Secara fundamental, emiten pelat merah ini juga cukup solid.

Tahun ini, TINS menargetkan produksi bijih timah sebesar 2.600 ton per bulan. Sepanjang Januari lalu, realisasinya mencapai 6.600 ton, lebih dari dua kali lipat dari target yang ditetapkan.

Produksi tersebut berasal dari sejumlah tambang perusahaan. Salah satunya, tambang darat Bangka yang produksinya mencapai 4.800 ton.

TINS juga menargetkan penjualan ekspor logam bisa mencapai 2.550 metrik ton (mt) per bulan. Tapi, realisasinya sepanjang Januari justru mencapai 5.210 mt.

Pencapaian tersebut tak lepas dari upaya penertiban tambang timah ilegal. Ini menjadi sentimen tambahan yang memoles prospek TINS. "Pemerintah berkomitmen untuk memberantas praktek-praktek illegal mining," jelas Nafan.

Bagikan

Berita Terbaru

Atasi Darurat Sampah dengan Penghasil Setrum
| Minggu, 29 Juni 2025 | 07:10 WIB

Atasi Darurat Sampah dengan Penghasil Setrum

Pemerintah kembali mengupayakan percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa yang sempat mandek. 

Transformasi Bisnis Kopi, Bukan Sekadar Teman Begadang
| Minggu, 29 Juni 2025 | 05:15 WIB

Transformasi Bisnis Kopi, Bukan Sekadar Teman Begadang

Kedai kopi kini bukan sekadar tempat minum. Ia menjelma jadi ruang sosial, kantor sementara, tempat pelarian, hingga lad

 
Meracik Bisnis Minuman biar Tetap Manis
| Minggu, 29 Juni 2025 | 05:10 WIB

Meracik Bisnis Minuman biar Tetap Manis

Minuman boba dan es teh masih jadi favorit konsumen di Indonesia. Munculnya pemain baru di sektor ini mendorong pelaku u

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?

Tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, bisa berimbas pada meningkatkan risk appetite investor atas aset berisiko di emerging markets

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:13 WIB

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025

Volume penjualan semen domestik pada lima bulan pertama tahun 2025 turun 2,1% year on year (YoY) menjadi 22,27 ton.

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:26 WIB

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat

Indonesia akan memiliki pabrik baterai EV pertama pada akhir Juni 2026 ini. Selain China, sejumlah perusahaan lokal terlibat. Ini detailnya.

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 08:22 WIB

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina

PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dalam situs webnya mengaku sebagai partner BRI sejak tahun 2020 dalam pengadaan mesin EDC agen BRILink.

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:21 WIB

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak

Penerimaan pajak semester I-2025 berisiko terkontraksi 35%-40% dibanding periode yang sama tahun lalu.

INDEKS BERITA

Terpopuler