KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks IDX80 sepertinya menjadi indeks anyar yang disukai pasar. Hal ini tercermin dari performa indeks saham yang baru diluncurkan awal Februari tersebut.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun, indeks IDX80 mengakumulasi kenaikan 4,13%. Kenaikan ini melampaui indeks LQ45 yang sama-sama memiliki gelar indeks saham paling likuid.
Kenaikan LQ45 di periode yang sama cuma 3,33%. "Ini mengindikasikan animo pelaku pasar besar untuk memburu saham dengan free float besar," ujar analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji, akhir pekan lalu, Jumat (24/2).
BEI memang menggunakan sejumlah perhitungan dalam menentukan anggota IDX80. Salah satunya, besaran saham yang beredar di publik atau free float. Umumnya, free float yang besar lebih likuid, sehingga lebih mencerminkan kondisi pasar. Ini yang disukai investor.
Sebab, investor memiliki dua pertimbangan utama saat membeli saham. Pertama, kondisi fundamental. Kedua, masalah likuiditas. "Investor sangat suka dengan saham yang memiliki fundamental menarik sekaligus likuid," jelas Mino, analis IndoPremier Sekuritas.
Investor jangka pendek atau trader biasanya suka dengan saham yang likuid. Sementara, investor jangka panjang suka dengan prospek fundamental.
Indeks IDX80 punya keduanya. "Saham di indeks ini layak untuk dikoleksi baik untuk trading atau investasi jangka panjang," imbuh Mino.
UNTR misalnya. Sebanyak 1,51 miliar atau setara 40,5% saham UNTR merupakan milik publik. Fundamentalnya juga cukup solid.
Faktor inilah yang membuat saham PT United Tractors Tbk (UNTR) menjadi penggerak utama IDX80 dengan menyumbang bobot sebesar 0,25 poin.
Saham PT Timah Tbk (TINS) juga memiliki free float yang cukup besar, mencapai 35% atau setara sekitar 2,61 miliar saham. Secara fundamental, emiten pelat merah ini juga cukup solid.
Tahun ini, TINS menargetkan produksi bijih timah sebesar 2.600 ton per bulan. Sepanjang Januari lalu, realisasinya mencapai 6.600 ton, lebih dari dua kali lipat dari target yang ditetapkan.
Produksi tersebut berasal dari sejumlah tambang perusahaan. Salah satunya, tambang darat Bangka yang produksinya mencapai 4.800 ton.
TINS juga menargetkan penjualan ekspor logam bisa mencapai 2.550 metrik ton (mt) per bulan. Tapi, realisasinya sepanjang Januari justru mencapai 5.210 mt.
Pencapaian tersebut tak lepas dari upaya penertiban tambang timah ilegal. Ini menjadi sentimen tambahan yang memoles prospek TINS. "Pemerintah berkomitmen untuk memberantas praktek-praktek illegal mining," jelas Nafan.