KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun atau year to date, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 4,95% ke 6.501,38. Meski begitu, angka ini lebih rendah dibanding performa bursa Asia yang lain.
IHSG berada di urutan 10 dari 12 indeks yang ada di Asia. IHSG hanya lebih baik dari indeks SENSEX di India yang melemah 0,56% dan indeks FTSE BM di Malaysia yang hanya naik 1,82%.
Padahal, akhir tahun lalu, kinerja IHSG berada di posisi teratas Asia Tenggara dan kedua di Asia. IHSG tahun lalu cuma melemah 2,54%.
Kalau menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto, performa IHSG saat ini yang kurang oke ketimbang indeks bursa saham lain di Asia merupakan imbas rekomendasi negatif oleh Credit Suisse. Bank sekaligus manajer investasi ini menyarankan investor mengurangi 10% asetnya di bursa saham Tanah Air. Sebelumnya, Credit Suisse menyarankan overweight 20%.
Meski begitu, investor asing masih mencatat beli bersih alias net buy di sepanjang tahun ini sebesar Rp 10,88 triliun. "Sejak downgrade saya melihat broker asing memang masih aktif beli saham, padahal kalau memang benar tidak menarik harusnya tercatat net sell," ujar William.
Kalau menurut Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe, kondisi IHSG saat ini merupakan kondisi yang lazim terjadi jelang Pemilu. Investor sebelum pemilu memang cenderung wait and see. "IHSG cenderung bergerak mendatar dulu, setelah Pemilu di April 2019 mendatang baru naik lagi menuju 7.000," prediksi dia.
Apalagi, jika berdasarkan data historis, IHSG naik dua digit sepanjang tahun ini. Pada 2014 misalnya, secara ytd IHSG kala itu naik sekitar 22,29%. Bahkan di Pemilu sebelumnya, pada tahun 2009, IHSG naik lebih kencang lagi, yakni 86,98% secara ytd. "Kemungkinan IHSG akan naik lebih kencang usai Pemilu," kata William.
Selain karena faktor Pemilu, William menilai, investor juga tengah masih menunggu rilis laporan keuangan emiten periode 2018. Ini dimaksudkan untuk mengatur kembali bagaimana strategi investasi di Indonesia.
Sementara itu, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, menurut William, tidak akan mempengaruhi pergerakan IHSG secara langsung. Tapi yang jelas, berakhirnya perang dagang bisa menjadi angin segar bagi perekonomian global, khususnya terkait dengan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah.