Ikatan Cinta Menopang Prospek Saham Media Nusantara Citra (MNCN)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pangsa pemirsa PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) masih mengungguli emiten media yang lain. Emiten milik Hary Tanoe tersebut mengandalkan lini bisnis televisi free to air (FTA), konten dan digital.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam riset 3 Oktober mengungkapkan, kinerja MNCN didukung penuh tiga saluran TV utama yaitu RCTI, Global TV (GTV) dan MNCTV. Pada September 2022, MNCN membukukan rekor tertinggi sepanjang masa pangsa pemirsa sebesar 36,8%. Christine bilang, pemirsa RCTI sebagai saluran TV andalan MNCN naik 380 basis poin (bps) secara bulanan menjadi 22,8%.
Hal tersebut membuktikan MNCN berhasil memikat pemirsa lewat program Ikatan Cinta. Ini menunjukkan komitmen MNCN mengembalikan audience share RCTI di semester II telah terpenuhi.
Baca Juga: Enam Emiten Bakal Membayar Dividen Interim, Cek Mana Yang Paling Menarik
Saluran TV non-unggulan MNCN yakni Global TV dan MNCTV ikut mendukung naiknya keseluruhan pangsa pemirsa di luar jam tayang utama alias non-prime time MNCN di September. Pangsa pemirsa non-prime time kedua saluran ini naik 140 bps dan 170 bps secara bulanan. Di September 2022, MNCN membukukan peningkatan pangsa pemirsa non-prime time sejumlah 300 bps menjadi 37,6%, dari 34,6% pada Agustus 2022.
"Kami percaya pencapaian tersebut didukung pemirsa MNCN baik prime time dan non-prime time di tengah kehilangan pemirsa prime time dari rival terdekatnya PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)," tulis Christine.
Namun menurut Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy, ada faktor risiko dari potensi penurunan pendapatan. Ini karena penurunan anggaran pengiklan akibat efek inflasi.
Padahal iklan masih menjadi sumber pendapatan utama MNCN. Pada semester I tahun ini, MNCN pendapatan Rp 5,27 triliun. Dari jumlah tersebut, pendapatan iklan menyumbang Rp 4,76 triliun.
Selain itu, Jimmy menilai, ada risiko lain yakni penurunan market share MNCN di semester kedua tahun ini. Penyebabnya, ajang piala dunia yang bisa menyedot perhatian pemirsa televisi. Maklum, hak siar piala dunia dipegang kompetitornya yakni SCMA.
Baca Juga: Cadangan Batubara MNC Energy Investments (IATA) Bertambah
Layanan digital
Jimmy berharap, dampak penurunan iklan di televisi bisa diatasi setelah terjadi peralihan ke iklan berbasis digital pada layanan over the top (OTT).
Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan juga memperkirakan bisnis layanan digital akan menjadi katalis pertumbuhan bagi MNCN. Seperti diketahui MNCN telah mengonsolidasikan salah satu platform OTT yaitu Vision+ ke dalam struktur bisnisnya.
"Ke depan, kami meyakini, inisiatif digital seperti Vision+ dan RCTI+ akan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan perusahaan dengan adanya peningkatan popularitas dari platform OTT," ujar Farras.
Jimmy menilai, kinerja MNCN ke depan akan membaik. Apalagi, MNCN telah mengurangi porsi utang dollar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir. Sehingga, pelemahan rupiah tidak akan mempengaruhi kinerja MNCN.
Jimmy memproyeksikan pendapatan MNCN di akhir 2022 sebesar Rp 11,4 trilliun. Dia merekomendasikan beli saham MNCN dengan target h Rp 1.450. Christine dan Farras juga menyarankan beli saham MNCN dengan target harga masing-masing di Rp 1.350 dan Rp 1.400 per saham.
Baca Juga: OJK dan BI Berikan Izin Motion Digital Milik Bank MNC Kapital (BCAP)