Ikhtiar Mencari Pengganti Shell di Blok Masela


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Royal Dutch Shell Plc (Shell) memang belum resmi mundur dari Proyek Gas Abadi Blok Masela, Provinsi Maluku. Namun niat itu sudah tergambar dari permintaan Shell untuk membuka data room blok yang dirancang memiliki kapasitas LNG mencapai 9,5 juta ton itu.

Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno menyampaikan, negosiasi antara Shell dan Inpex Corporation selaku pemegang 65% hak partisipasi di Blok Masela masih berjalan.

Tidak menutup kemungkinan, proses negosiasi akan menimbulkan kalkulasi ulang untuk nilai investasi di blok tersebut. Hal ini didukung pula dengan situasi dan kondisi yang terjadi di mana pengerjaan proyek belum sepenuhnya berjalan.

Ini Artikel Spesial

Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.

ATAU

Baca Juga: Royal Dutch Shell Cabut dari Masela, Mitsui Mau Hengkang dari PLTU Paiton, Ada Apa?

"Sampai hari ini Shell belum hengkang, masih diskusi B to B dengan Inpex. Namun Inpex akan jalan terus, proyek harus berjalan meskipun tertatih apalagi ada pandemi Covid-19," ungkap Julius kepada KONTAN, Senin (6/7).

Rencana Shell untuk mundur terlihat ketika perusahaan itu meminta izin untuk membuka data room. Langkah ini memungkinkan calon investor melihat potensi Blok Masela.

SKK Migas juga telah mengirimkan surat untuk melengkapi permintaan pembukaan data room tersebut. Shell disebut-sebut sedang mencari mitra untuk pengalihan 35% hak partisipasinya.

Jalan Berliku Proyek Blok Masela
Tahun Keterangan
1998 Inpex Corporation memperoleh hak partisipasi untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan kontrak PSC pada 16 November 1998. Sejak itu, Inpex melalui Inpex Masela Ltd melakukan produksi hidrokarbon di blok ini dengan kepemilikan 100% saham.
2009 Inpex Masela melepas 10% kepemilikan sahamnya di Blok Masela kepada PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang merupakan unit usaha Grup Bakrie. Kala itu, Energi Mega Persada membayar 10% saham dengan nilai US$ 77,25 juta.
2011 Tepatnya pada bulan Juli, Inpex Masela menyatakan telah melepas 30% sahamnya kepada Shell Upstream Overseas Servis Limited (Shell), anak perusahaan Royal Dutch Shell Plc yang berbasis di Belanda. Setelah penjualan ini, Inpex menguasai 60% dan tetap menjadi operator.
2013 Pada bulan Mei, manajemen ENRG menjual kepemilikannya di Blok Masela kepada Inpex dan Shell dengan bagian masing-masing sebesar 5%. Setelah penjualan tersebut, komposisi pemegang hak partisipasi di Blok Masela kembali berubah. Inpex menguasai 65% dan Shell menggenggam 35% hak partisipasi.
2015 Dua menteri Kabinet Kerja tak satu suara soal Blok Masela. Menteri ESDM Sudirman Said meminta kilang LNG dibangun di
2016 Presiden Joko Widodo memutuskan kilang LNG dibangun di darat, sebagaimana usulan Rizal Ramli.
2018 Pemerintah mempercepat penyelesaian dokumen rencana pengembangan atau
2019 Setelah negosiasi alot dengan Inpex, pemerintah pada bulan Juli menyepakati PoD Blok Masela dengan nilai investasi berkisar US$ 19,8 miliar.
Namun, Vice President External Relation Shell Indonesia, Rhea Sianipar enggan mengomentari hal ini. "Untuk pertanyaan di atas, saya tak ada komentar," kata dia.

Hingga tadi malam, Specialist Media Relations Inpex Corporation Moch N Kurniawan belum menjawab pertanyaan KONTAN.

Editor: Narita Indrastiti