KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia catur Indonesia sedang bersuka cita. Salah satu pecatur muda, Shafira Devi Herfesa, berhasil lolos ke Piala Dunia Catur 2025 yang akan berlangsung di New Delhi, India, pada Oktober-November tahun ini.
Shafira, remaja berusia 17 tahun asal Sleman, Yogyakarta, ini menuju Piala Dunia Catur berkat menjuarai turnamen bertajuk Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 di Ulan Bator, Mongolia, yang berakhir pada 1 Mei lalu.
Datang dari unggulan ke-20 di Mongolia, Shafira tampil meyakinkan di babak-babak akhir. Dari Sembilan babak, Shafira berhasil mengemas 7 poin, hasil enam kali menang, dua kali remis dan sekali kalah.
Tak tanggung-tanggung, Shafira yang belum punya gelar internasional berhasil menggulung dua Woman Grand Master (WGM), yakni Turmunkh Munkhzul asal Mongolia dan Janelle Mae Frayna asal Filipina.
Selain mendapatkan tiket Piala Dunia Catur 2025, trofi dan uang tunai Rp 25 juta, Shafira juga berhak menyandang gelar Woman International Master (WIM) atas prestasinya di Mongolia.
Setelah Shafira mengamankan tiket Piala Dunia, saat ini 11 pecatur senior Indonesia seperti GM Susanto Megaranto, GM Novendra Priasmoro, IM-WGM Medina Warda Aulia, serta WIM Chelsie Monica, sedang berjuang di kejuaraan Asian Individual Chess Championship 2025 di Al Ain, Uni Emirat Arab.
Meski persaingannya cukup ketat, mereka berikhtiar untuk mendapatkan tiket ke Piala Dunia Catur.
Sesungguhnya Indonesia tidak kekurangan talenta pecatur muda berbakat. Banyak "Shafira-Shafira" lain yang siap bermunculan dan bersaing di panggung dunia. Hanya saja, seperti kebanyakan olahraga di negeri ini, kita selalu terbentur pendanaan.
Ya, pendanaan menjadi problem klasik insan catur Indonesia dalam membesarkan olahraga sejuta umat ini. Tidak banyak kalangan dunia usaha yang terlibat aktif dalam pembinaan dan pengembangan olahraga catur di Indonesia.
Untuk mencetak atlet catur berprestasi, pembinaan adalah kuncinya. Dan pembinaan bukanlah program yang langsung terlihat hasilnya dalam waktu semalam. Pembinaan butuh waktu, tenaga, dedikasi dan investasi yang tak sedikit.
Olahraga catur mesti dibangun di atas ekosistem yang solid. Semua simpul strategis mesti mengambil peran. Hanya dengan dukungan dan komitmen kuat negara, masyarakat hingga dunia usaha, maka catur Indonesia mampu berbicara di panggung dunia.