IMF: Risiko Ketidakpastian Global Membesar di Tahun Ini

Rabu, 23 Januari 2019 | 06:58 WIB
IMF: Risiko Ketidakpastian Global Membesar di Tahun Ini
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Risiko ketidakpastian global yang membesar di tahun ini tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global terbaru yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF). Terbaru, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 3,5% dari 3,7%.

Dalam laporan ekonomi yang dirilis sebelum pertemuan Davos, IMF menyatakan laju pertumbuhan ekonomi menyusut lantaran perang tarif perdagangan antara Amerika Serikat (AS) versus China terus berlanjut.

Penyebab lain adalah kebijakan moneter ketat di beberapa negara serta belum adanya kesepakatan di antara Inggris dan Uni Eropa sehubungan dengan keluarnya negeri itu dari Uni Eropa alias Brexit. Faktor lain adalah pertumbuhan ekonomi China yang belum pulih.

IMF memprediksi Indonesia yang tergabung bersama Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam di kelompok ASEAN-5 akan ikut terkena dampak. Pertumbuhan ekonomi kita di tahun ini diprediksi menjadi 5,1% dari 5,2%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan Pemerintah Indonesia menyadari ekonomi global bakal bergerak perlahan setelah hubungan dagang AS dan China memanas tahun lalu. Perang tarif masuk itu akan membuat ekonomi China melambat, hingga berdampak ke kinerja ekspor Indonesia. Darmin menyebut, ada tren penurunan ekspor ke AS dan China sejak 2018.

Badan Pusat Statistik mencatat, penurunan ekspor nonmigas ke China pada Desember 2018 mencapai 17,95% (month-to-month/mom) atau sekitar US$ 365,3 juta. Sementara, ekspor nonmigas ke AS  secara bulanan hanya terkerek 1,99% atau US$ 29 juta.

Untuk mengantisipasi perlambatan ini, Darmin menyebut, pemerintah sepanjang tahun ini akan berupaya memperluas pasar ekspor dan memaksimalkan potensi komoditas ekspor baru Indonesia. "Kami sedang siapkan langkah-langkah mendorong ekspor, nanti akan saya sampaikan detailnya," tutur Darmin, Selasa (22/1).

Saat kondisi ekspor melambat, pemerintah juga terus berupaya mendorong masuknya investasi langsung atawa foreign direct investment  (FDI). Untuk investasi, pemerintah sudah mengeluarkan beberapa paket kebijakan, mulai dari penyederhanaan perizinan melalui online single submission (OSS), hingga pelonggaran dan pengurangan pajak tax holiday bagi investasi baru baik dari dalam mapun luar negeri.

Sementara untuk mendongkrak daya beli masyarakat, pemerintah memperbesar dana perlindungan sosial. Sebagai gambaran, tahun ini pemerintah pusat telah mengalokasikan dana Rp 200 triliun untuk belanja perlindungan sosial. Dana ini jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 hanya Rp 161,5 triliun.

Darmin juga optimistis tingkat konsumsi dalam negeri akan meningkat, lantaran pemerintah terus menjaga agar harga inflasi rendah. Apalagi jumlah penduduk miskin maupun pengangguran juga terus berkurang.

Hanya saja, Darmin mengakui saat ini masih ada permasalahan pada defisit neraca transaksi berjalan. Ia menyadari hal ini mesti diperbaiki. "Jadi, saya tidak bilang untuk tidak khawatir. Saya bilang, kita perlu kerja lebih keras, itu yang benar," katanya.

Bagikan

Berita Terbaru

Terdepak Dari Indeks LQ45, Berikut Ini Saham Yang Masih Bisa Dilirik
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:23 WIB

Terdepak Dari Indeks LQ45, Berikut Ini Saham Yang Masih Bisa Dilirik

BRIS dan JSMR masih lebih diuntungkan karena memiliki sentimen makro, serta dukungan BUMN, katalis belanja & transportasi di kuartal IV.

Prospek Positif Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Berkat Program Stimulus Pemerintah
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:17 WIB

Prospek Positif Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Berkat Program Stimulus Pemerintah

AMRT menjadi salah satu emiten yang diuntungkan dari kebijakan dana bantuan tunai mengingat profil konsumennya dominan di kelas menengah-bawah.

Masuk ke LQ45 dan Rumor IPO Anak Usaha Bawa Saham EMTK Menguat
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 16:51 WIB

Masuk ke LQ45 dan Rumor IPO Anak Usaha Bawa Saham EMTK Menguat

Ke depannya performa saham EMTK akan sangat bergantung ke arah bisnisnya, terutama di sektor media dan digital.

Bakal Akusisi Mah Sing, Begini Rekomendasi Saham Dharma Polimetal (DRMA)
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 15:55 WIB

Bakal Akusisi Mah Sing, Begini Rekomendasi Saham Dharma Polimetal (DRMA)

DRMA terus mempercepat ekspansinya di sektor kendaraan listrik (EV) melalui platform Dharma Connect.

Banyak yang Janggal di Saham DADA, Berikut ini Catatannya
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 11:00 WIB

Banyak yang Janggal di Saham DADA, Berikut ini Catatannya

Sesuatu yang janggal mulai terendus saat PT Karya Permata Inovasi Indonesia, entitas pengendali, sibuk menjual saham DADA menuju puncak.

Petani Tembakau Terbelit Masalah Kronis
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 07:25 WIB

Petani Tembakau Terbelit Masalah Kronis

Pada musim panen tahun ini, kompetisi pembelian dari industri semakin berkurang, akibatnya harga pun cenderung turun.

Prospek Emiten Barang Konsumen FMCG Masih Menarik
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 06:34 WIB

Prospek Emiten Barang Konsumen FMCG Masih Menarik

Kkinerja keuangan emiten konsumer cukup baik karena penurunan input cost seiring dengan melandainya harga sejumlah bahan baku

Rupiah Terkena Imbas Pemangkasan Bunga The Fed
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Terkena Imbas Pemangkasan Bunga The Fed

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS usai The Federal Rerserve (The Fed) pangkas suku bunga.

Window Dressing Datang Malu-Malu di Tahun Ini
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 06:27 WIB

Window Dressing Datang Malu-Malu di Tahun Ini

 Meskipun ada peluang, nampaknya para fund manager tak akan agresif melakukan window dressing di tahun ini.

Geliat Ekonomi dari Legalnya Sumur Minyak Rakyat
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 06:23 WIB

Geliat Ekonomi dari Legalnya Sumur Minyak Rakyat

Legalisasi berpotensi menciptakan efek berantai bagi ekonomi lokal, mulai dari jasa pengeboran, transportasi hingga tumbuhnya UMKM

INDEKS BERITA

Terpopuler