Importir China Antusias Ajukan Permohonan Pembebasan Tarif Impor untuk Produk AS

Rabu, 05 Juni 2019 | 16:39 WIB
Importir China Antusias Ajukan Permohonan Pembebasan Tarif Impor untuk Produk AS
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Para importir di China bersiap mengajukan permohonan pembebasan tarif impor atas ratusan barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat. Pemerintah China pekan lalu menyatakan akan memberi pembebasan bea masuk yang dikenakan untuk membalas aksi Washington memberlakukan tarif masuk atas barang China.

Adapun barang impor dari AS yang berhak atas pembebasan itu termasuk produk daging sapi dan babi, kacang kedelai, batubara serta potongan tembaga. Barang lain yang berhak atas pembebasan tarif impor adalah traktor, sepeda motor, sepeda gunung, serta beberapa peralatan medis.

“Ini merupakan kabar baik, dan kami segera menyiapkan permohonan pembebasan,” tutur Shi Lei, manajer di perusahaan importir daging Beijing Hopewise, seperti dikutip Reuters.

Pemerintahan China memutuskan untuk memberikan pembebasan atas tarif impor untuk menghindar dampak lanjutan dari perang dagang. Beijing menilai, perang dagang sudah memunculkan imbas yang merugikan bagi ekonominya.

“Pembebasan tarif masuk merupakan pertanda pemerintah China tidak ingin konflik perdagangannya dengan AS kian berkobar. Kebijakan itu juga merupakan sinyal bahwa Beijing masih melakukan proses membuka ekonominya,” tutur Nie Wen, ekonom di Hwabao Trust, seperti dikutip Reuters.

Importir di China bisa mengajukan permohonan pembebasan bea masuk antara 3 Juni sampai 5 Juli. Gelombang kedua permohonan pembebasan tarif masuk akan dimulai pada 2 September.

Mereka yang berhak mendapat pembebasan tarif masuk adalah importir, konsumen serta asosiasi industri, demikian pengumuman Kementerian Keuangan China. Pembebasan bisa berlaku surut.

Dalam aplikasinya, pemohon harus menjelaskan dampak buruk dari tarif masuk ke usaha dan industri masing-masing. Pemohon juga harus menjelaskan jika ada negeri pemasok selain AS.  Namun Beijing belum mengumumkan kapan pembebasan tarif masuk akan diberikan.

Seorang sumber Reuters di perusahaan milik negara, kebijakan itu bertujuan untuk meringankan beban perusahaan milik negara yang sudah terlanjur meneken kontrak pembelian kedelai, sebelum pemerintah negerinya menaikkan tarif impor dari AS.

“Mereka yang baru melakukan memesan tidak akan mendapat pembebasan,” ujar seorang sumber Reuters di perusahaan milik negara.  China membeli 14 juta ton kedelai dari AS sejak Desember lalu, saat konflik dagangnya dengan Negeri Paman Sam mereda untuk sementara waktu.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler