Berita Market

Indo Tambangraya Megah (ITMG) Kian Diuntungkan Berkat Harga Jual

Selasa, 25 Januari 2022 | 04:40 WIB
Indo Tambangraya Megah (ITMG) Kian Diuntungkan Berkat Harga Jual

Reporter: Kenia Intan | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gonjang-ganjing larangan ekspor batubara mulai menunjukkan kejelasan. Per 20 Januari 2022, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mencabut larangan ekspor batubara bagi 139 perusahaan yang memenuhi 100% domestic market obligation (DMO). 

Sebelumnya pemerintah mengeluarkan larangan ekspor batubara 1 Januari 2022 hingga 31 Januari 2022. Larangan itu untuk mengamankan pasokan batubara dan mengamankan kapal serta tongkang untuk domestik.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mencermati, larangan yang diberlakukan selama satu bulan itu tidak akan berdampak signifikan terhadap fundamental PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Terlebih, ITMG masuk dalam daftar perusahaan yang dapat izin ekspor. 

Baca Juga: Tersandung Larangan Ekspor, Saham Emiten Batubara Masih Bertenaga

Dessy menyebut, anak usaha ITMG yang mendapatkan izin di antaranya Trubaindo, Bharinto, dan Jorong. ITMG juga memiliki posisi kas kuat memberi keuntungan untuk dapat memenuhi DMO melalui skema transfer kuota. 

Sepanjang tahun ini, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan volume penjualan ITMG bisa naik 11,3% secara tahunan menjadi 22,2 juta ton. Di tahun 2023, volume penjualan ITMG diprediksi naik menjadi 23,8 juta ton. 

Sementara asumsi rata-rata harga batubara global pada 2022-2023 diperkirakan di level US$ 130-US$ 115 per ton. "Meski volume naik, namun harga jual rata-rata kami perkirakan melandai sehingga potensi pertumbuhan pendapatan akan tipis," jelas Dessy, Senin (24/1). 

Dia memperkirakan, harga batubara akan melandai di bawah level US$ 200 per ton pada semester II-2022. Saat ini, harga batubara masih di kisaran US$ 214,5 per ton. 

Harga melandai karena pasokan sudah mulai pulih. Walau turun, Dessy meyakini harga batubara masih di atas US$ 100 per ton tahun ini. 

Baca Juga: Analis Sebut Emiten Ini Paling Terdampak Kebijakan Larangan Ekspor Batubara

Selain harga yang masih baik, kinerja ITMG tahun ini juga akan ditopang aset tambang yang baru diakuisisi, yakni Graha Panca Karsa. Perusahaan yang baru diakusisi ini akan mulai berkontribusi tahun ini. Kontribusi produksi mencapai 1 juta ton. 

Proyeksi kinerja

Riset JP Morgan yang ditulis Sumedh Samant, Henry Wibowo, dan Ajay Michandani dijelaskan, kinerja ITMG hingga kuartal III-2021 memang terlihat solid. JP Morgan menyebut ini didukung average selling price (ASP) batubara yang merangkak mencapai level tertinggi US$ 111 per ton di tahun lalu. 

Walau begitu, pelaku pasar perlu mencermati biaya produksi ITMG yang agak ketat, mengingat nisbah kupas lebih dari 10 kali. Di sisi lain, beban semakin berat seiring kenaikan harga minyak sebagai bahan bakar. 

Beban bahan bakar ini mencapai 20% unit biaya produksi ITMG. Di sisi lain, nisbah kupas ITMG diperkirakan masih meningkat selama satu-dua tahun ke depan, mengingat umur tambang rendah serta harga batubara tinggi. 

Di akhir 2021 lalu, JP Morgan memperkirakan ITMG membukukan pendapatan US$ 1,84 miliar dengan core net profit US$ 346 juta. Ini dengan asumsi volume penjualan 21 juta ton dan harga rata-rata US$ 84 per ton.

Dilihat dari pergerakan sahamnya, harga ITMG sudah mencerminkan kekuatan kenaikan harga batubara. JP Morgan memberi pandangan netral dengan target Rp 24.000 per saham. Dessy merekomendasikan buy dengan target Rp 28.600 per saham. 

Baca Juga: Emiten Ketiban Berkah Saat PLN Beli Batubara di Harga Pasar, Cek Valuasi Sahamnya

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas juga menyarankan netral dengan target Rp 21.850. Ini karena harga batubara melandai. 

Di 2021, dia memperkirakan pendapatan ITMG US$ 1,96 miliar dengan laba bersih US$ 400 juta. Akan tetapi, di tahun 2022, pendapatannya akan menjadi US$ 1,56 miliar dengan laba US$ 269 juta.  

Terbaru