Indonesia Larang Ekspor, Kontrak Berjangka Batubara Termal di China Meningkat

Selasa, 04 Januari 2022 | 11:21 WIB
Indonesia Larang Ekspor, Kontrak Berjangka Batubara Termal di China Meningkat
[ILUSTRASI. Bayangan cerobong asap sebuah pembangkit listrik batubara di Shanghai, China, 14 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kontrak berjangka batubara termal di China melonjak hingga 7,8% di awal tahun ini, terpicu kecemasan akan gangguan pasokan. Kekhawatiran semacam itu muncul setelah Pemerintah Indonesia, yang merupakan pemasok luar negeri terbesar untuk China, melarang ekspor batubara.

Kontrak berjangka batubara termal paling aktif yaitu kontrak pengiriman untuk Mei di Zhengzhou Commodity Exchange pada pembukaan Senin menguat 7,3% menjadi 708 yuan per ton. Kenaikan harga menyusut menjadi 5,5% pada 10.25 WIB, atau jalur untuk kenaikan harian terbesarnya sejak 25 November

Kenaikan harga itu menyusul pengumuman Pemerintah Indonesia pada Sabtu (1/1) yang melarang ekspor batu bara pada bulan Januari. Pelarangan dilakukan Indonesia untuk memastikan pembangkit listrik di wilayahnya mendapat pasokan batubara yang memadai, hingga pemadaman listrik yang luas dapat dicegah.

Baca Juga: Kekurangan Pasokan Batubara PLN Selalu Terualang Tiap Tahun, Siapa yang Bandel?

China memperoleh 178 juta ton batubara dari Indonesia. Selama 11 bulan pertama tahun 2021. Angka itu setara dengan 60% dari total impor batubara China. Sebagian besar batubara yang diimpor China dari Indonesia merupakan batubara jenis termal.

Larangan itu muncul di tengah masa yang penuh gejolak untuk pasar batu bara setelah harga melonjak ke rekor tahun lalu karena penurunan pasokan China yang menyebabkan beberapa pemadaman regional. Zhengzhou berjangka naik ke rekor 1.848 yuan pada 19 Oktober.

"Batubara Indonesia sebagian besar dikirim ke wilayah pesisir di Cina timur dan selatan dan menyumbang sekitar 20% dari total pasokan di wilayah tersebut," kata Zhai Kun, seorang analis di Guotai Junan Futures dalam sebuah catatan.

 Baca Juga: Ekspor Batubara Dilarang, Emiten Batubara Siap Penuhi DMO Batubara

Larangan ekspor Indonesia diperkirakan akan memperketat pasokan batubara di pasar China karena produksi batubara domestik China sudah mencapai rekor tertinggi, kata Zhai.

China menghasilkan rekor 370,84 juta ton batu bara pada November untuk memastikan pasokan energi yang cukup untuk musim pemanasan musim dingin. Tetapi output diperkirakan akan turun dengan pembangkit listrik memperlambat pengisian persediaan mereka sementara pemerintah melakukan tindakan keras terhadap penambangan ilegal.

“Pasokan pasti akan berkurang karena banyak penambang Indonesia telah menyatakan force majeure, tetapi sementara pasokan domestik China cukup,” kata seorang pedagang batubara yang berbasis di Singapura.

Dalam perdagangan batubara, force majeure merupakan istilah hukum yang berarti pemasok tidak dapat memenuhi kontrak karena kekuatan di luar kendali mereka.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham IPAC Melaju Sampai Digembok Bursa Meski Kondisi Bisnisnya Sedang Tidak Bagus
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:37 WIB

Saham IPAC Melaju Sampai Digembok Bursa Meski Kondisi Bisnisnya Sedang Tidak Bagus

Perusahaan agen properti ini justru membukukan rugi bersih semakin besar menjadi Rp 2,38 miliar dari sebelumnya Rp 464,17 juta di semester I-2024.

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 12:28 WIB

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis

Emiten produsen es krim Campina, PT Campina Es Krim TBk (CAMP) diduga batal diakuisisi oleh manajer investasi asal Bahrain, Investcorp.

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:34 WIB

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati

Bila penurunan dominasi terus berlanjut, likuiditas dari bitcoin bisa mengalir ke aset lain dan membuka ruang bagi reli altcoin.

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:42 WIB

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun

Efek penurunan suku bunga BI belum terasa ke kredit KPR karena laju pemangkasan bunga kredit bank yang lebih lambat.​

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:40 WIB

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah

Potensi perang harga sangat terbuka. Spektrum baru ini bakal menambah kompetisi di fixed broadband, terutama dengan TLKM yang masih dominan.

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:27 WIB

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?

Jika level psikologis di 7.000 jebol, maka ada risiko harga saham BBCA bakal turun ke Rp 6.000 per saham.

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI

Pengusaha mendapatkan kepastian penerbitan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) lebih cepat dan harga listrik yang dipatok di US$ 20 cent per KWh.

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali

Sebanyak 44 perusahaan pertambangan yang mengajukan pengembalian izin telah membayar jaminan reklamasi tambang.

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda

Perbedaan bisa muncul karena data di level pimpinan SKK Migas memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke setara minyak.

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok

Kementerian ESDM menjanjikan skema baru pembelian BBM swasta bisa disepakati pekan ini, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pasokan

INDEKS BERITA

Terpopuler