Industri Sawit Masih dalam Masa Sulit

Selasa, 02 April 2019 | 06:46 WIB
Industri Sawit Masih dalam Masa Sulit
[]
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada kabar positif bagi industri sawit dari negeri matahari terbit. Jepang memutuskan menunda kewajiban sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bagi crude palm oil (CPO) yang diimpor ke negara tersebut selama dua tahun. Sebelumnya Jepang mewajibkan perusahaan eksportir yang mengekspor CPO ke sana mengantongi sertifikat RSPO per 31 Maret 2019.

Meski begitu, analis menilai sentimen tersebut tidak lantas mengerek kinerja industri CPO. "Sentimen itu hanya bersifat sementara," ujar analis Artha Sekuritas Juan Harahap, Senin (1/4).

Terlebih, relaksasi tersebut memiliki batas waktu. Sehingga, sifatnya hanya berupa persiapan. Pada akhirnya, semua perusahaan CPO wajib mengantongi sertifikat RSPO. "Butuh kenaikan permintaan yang signifikan untuk mendorong harga CPO kembali naik," tambah Juan.

Usli Sarsy, Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk (MGRO), mengamini sentimen dari Jepang tidak cukup kuat untuk memperbaiki prospek industri sawit. Karena itu, MGRO juga masih konservatif. "Kami belum memasuki pasar ekspor," kata Usli. Namun setidaknya, sentimen tersebut diharapkan bisa mengerek permintaan dari eksportir CPO yang selama ini membeli produk dari MGRO.

Usli menyebut, saat ini MGRO tengah mengkaji rencana memasuki pasar ekspor. MGRO akan mempelajari berbagai aspek sebelum merealisasikan rencana tersebut. "Targetnya kapan, kami belum bisa berikan kepastian," tandas dia.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan, isu utama industri sawit saat ini masih soal harga. Ambil contoh, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).

Rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) CPO perusahaan ini di kuartal keempat tahun lalu Rp 6.411 per kilogram (kg), turun 8% dibanding kuartal sebelumnya. Padahal, produksi di periode tersebut turun 18% menjadi 109.927 ton karena curah hujan tinggi.

Selain itu, SGRO juga mencatat kenaikan beban produksi. "Ini yang membuat laba kotor SGRO turun," tulis Andy dalam riset 29 Maret.

Laba kotor SGRO di kuartal keempat Rp 89 miliar, turun 68% dibanding kuartal sebelumnya. Sementara, secara tahunan, laba kotor tersebut turun 63%.

Andy memprediksi, pendapatan SGRO tahun ini Rp 2,96 triliun, turun 7% dibanding realisasi tahun lalu. Sementara, laba bersih diperkirakan menyentuh Rp 227 miliar.

SGRO juga masih harus menghadapi risiko penurunan ASP tahun ini. "Meski secara lahan SGRO unggul," imbuh Andy.

Bagikan

Berita Terbaru

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar
| Senin, 23 Desember 2024 | 19:48 WIB

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar

Lexmark perusahaan yang berbasis di Lexington, Kentucky dibentuk sebagai bentuk spin off dari IBM pada bulan Maret 1991.

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler