Ini Agenda Bisnis GMF AeroAsia (GMFI) Sepanjang 2019

Rabu, 20 Februari 2019 | 08:36 WIB
Ini Agenda Bisnis GMF AeroAsia (GMFI) Sepanjang 2019
[]
Reporter: Harry Muthahhari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) atau GMF AeroAsia telah memiliki sejumlah agenda bisnis di tahun 2019. Untuk mendukung agenda bisnis tahun ini, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) itu telah menyiapkan belanja modal sebesar US$ 86 juta, lebih kecil ketimbang anggaran tahun lalu sebesar US$ 127 juta.

Sumber dana belanja modal alias capital expenditure (capex) berasal dari keuntungan tahun lalu. "Kami juga akan mencari KMK (kredit modal kerja) serta partnership dan financing," kata Fidiarta Andika, Corporate Communications GMF AeroAsia kepada KONTAN, Selasa (19/2).

GMF AeroAsia akan menggunakan capex untuk mendukung pengembangan bisnis organik. Sebut saja, peningkatan infrastruktur information and communication technology (ICT). Mereka juga akan menggunakan capex untuk mengerek kemampuan bengkel maintenance, repair and overhaul (MRO) dalam merawat Airbus A320 Neo dan Boeing B737 Max.

Tahun ini, GMF AeroAsia memang berniat memacu bisnis organik. Makanya, perusahaan berkode saham GMFI di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut berniat meningkatkan kemampuan dan melebarkan target pasar. Selain pasar perawatan pesawat komersial, mereka mulai membidik pasar perawatan pesawat militer.

Sambil jalan, GMF AeroAsia mendorong percepatan bisnis dua anak usaha baru, yakni PT Garuda Daya Pratama Sejahtera dan PT Garuda Energi Logistik dan Komersial. Garuda Daya Pratama yang resmi berdiri pada 25 Januari 2019 lalu merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan sumber daya manusia (SDM) untuk industri penerbangan. Cakupannya adalah SDM jasa perawatan pesawat, layanan darat, dan keamanan penerbangan.

Sementara Garuda Energi Logistik yang berdiri per 6 Februari 2019 menggeluti bisnis perdagangan suku cadang dan mesin pesawat udara. Perusahaan tersebut juga bakal menyediakan sewa guna usaha suku cadang dan mesin pesawat udara, perdagangan umum, penyediaan energi listrik, distribusi bahan bakar minyak dan pengelolaan limbah.

GMF AeroAsia berharap, diversifikasi bisnis dari dua anak usaha baru itu bisa mendukung kegiatan usaha utama GMF AeroAsia. "Tak hanya kami tapi juga untuk induk usaha yakni Garuda Indonesia Group," harap Andika.

Selain pengembangan organik, GMF AeroAsia juga mencari potensi pengembangan bisnis anorganik. Dalam catatan KONTAN, awal tahun ini mereka telah menjalin kerjasama dengan PT Indopelita Aircraft Services untuk periode 10 tahun. Lingkup kerjasama pada tahap pertama meliputi pemanfaatan fasilitas hangar serta peningkatan kompetensi karyawan serta peningkatan kapabilitas lewat penambahan alat.

Agenda bisnis anorganik lain dalam bentuk pembangunan pabrik ban dengan mitra perusahaan asing. Sejauh ini GMF AeroAsia masih menjajaki beberapa calon mitra bisnis asal Amerika Serikat dan Eropa. Sumber pendanaan kerjasama kemungkinan besar dari China. Target memulai konstruksi pabrik ban pada akhir kuartal I 2019.

Sembari mengawal sejumlah agenda bisnis, GMF AeroAsia berharap bisa mengantongi pendapatan di atas US$ 500 juta. "Anorganik diharapkan berkontribusi sampai dengan 10% terhadap pendapatan," kata Andika.

Sepanjang tahun lalu, GMF AeroAsia membukukan pendapatan usaha senilai US$ 470,02 juta atau tumbuh 6,99% year on year (yoy). Namun laba tahun berjalannya turun sebesar 40,06% yoy menjadi US$ 30,54 juta.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Intip Profil Calon Menteri Trump yang Dikenal Pro Energi Fosil
| Selasa, 26 November 2024 | 18:49 WIB

Intip Profil Calon Menteri Trump yang Dikenal Pro Energi Fosil

Beberapa nama calon menteri yang diumumkan Donlad Trump masuk kabinetnya, tidak pro terhadap energi hijau.

Menakar Kelebihan & Kekurangan Ikut PUPS dan IPO Adaro Andalan (AADI)
| Selasa, 26 November 2024 | 18:26 WIB

Menakar Kelebihan & Kekurangan Ikut PUPS dan IPO Adaro Andalan (AADI)

Harga penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS) kadang dinilai tidak menarik, karena lebih mahal dari harga IPO. 

Tren IPO Perusahaan Nikel Akan Berlanjut di 2025, Ada yang Bakal Melantai Semester I
| Selasa, 26 November 2024 | 17:58 WIB

Tren IPO Perusahaan Nikel Akan Berlanjut di 2025, Ada yang Bakal Melantai Semester I

Belum ada isu spesifik yang dianggap bisa menyurutkan minat perusahaan mineral dan batubara masuk ke pasar modal tahun depan.

Rajin Diborong Pengendalinya, Prospek Kinerja dan Saham HEAL Dinilai Masih Positif
| Selasa, 26 November 2024 | 17:25 WIB

Rajin Diborong Pengendalinya, Prospek Kinerja dan Saham HEAL Dinilai Masih Positif

Ekspansi organik yang dilakukan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dinilai menjadi amunisi bagi pertumbuhan kinerja di masa depan.

Setoran Pajak Rokok 2025 Mencapai Rp 22,98 Triliun
| Selasa, 26 November 2024 | 09:01 WIB

Setoran Pajak Rokok 2025 Mencapai Rp 22,98 Triliun

Estimasi setoran pajak rokok pada tahun depan, naik tipis dibandingkan dengan estimasi setoran pajak rokok 2024

Kenaikan Tarif PPN Hambat Proyek Infrastruktur
| Selasa, 26 November 2024 | 08:51 WIB

Kenaikan Tarif PPN Hambat Proyek Infrastruktur

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) juga ikut menolak kebijakan kenaikan tarif PPN menjadi 12%

Target Laju Ekonomi Tahun Ini Bisa Meleset
| Selasa, 26 November 2024 | 08:42 WIB

Target Laju Ekonomi Tahun Ini Bisa Meleset

Ekonom memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak mungkin mencapai target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024

Credit Agricole Hingga FMR Rajin Borong, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham BBCA
| Selasa, 26 November 2024 | 08:05 WIB

Credit Agricole Hingga FMR Rajin Borong, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham BBCA

Perdagangan saham BBCA oleh investor asing institusi sepanjang pekan lalu didominasi oleh transaksi beli.

ABM Investama (ABMM) Akuisisi Entitas Anak Usaha Citra Tubindo (CTBN)
| Selasa, 26 November 2024 | 08:00 WIB

ABM Investama (ABMM) Akuisisi Entitas Anak Usaha Citra Tubindo (CTBN)

Pada 21 November 2024, PT Cipta Krida Bahari (CKB) telah melakukan penandatanganan perjanjian pengikatan jual beli saham (PPJB) dengan CTBN.

Delta Dunia Makmur (DOID) Akuisisi Tambang Batubara di Australia
| Selasa, 26 November 2024 | 07:55 WIB

Delta Dunia Makmur (DOID) Akuisisi Tambang Batubara di Australia

Aksi ini memberikan BUMA International kepemilikan pengendali atas salah satu tambang batubara metalurgi terbesar di Australia.​

INDEKS BERITA

Terpopuler