Ini Alasan Ekonom Memprediksikan Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II Melambat

Senin, 05 Agustus 2019 | 08:04 WIB
Ini Alasan Ekonom Memprediksikan Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II Melambat
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia untuk kuartal II-2019 sulit untuk tumbuh tinggi seperti yang diharapkan pemerintah. Bahkan, pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat akibat banyaknya tekanan, baik dari dalam dan luar negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pencapaian produk domestik bruto (PDB) kuartal II2019, Senin (5/8) ini.

Berdasarkan survei KONTAN terhadap sembilan ekonom, proyeksi pertumbuhan PDB pada April-Juni 2019 hanya di rentang 5,04%–5,14% secara year on year (yoy). Padahal, realisasi pertumbuhan ekonomi Januari-Maret 2019 sebesar 5,07%.

Hambatan dari internal adalah perayaan Idul Fitri yang kurang berdampak terhadap roda ekonomi. Salah satu buktinya adalah berdasarkan data Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2019 M/1440 H, total penumpang yang melakukan perjalanan mudik angkutan Lebaran tahun 2019 sebesar 18.343.021 orang, turun 2,42% dibandingkan dengan tahun 2018.

Baca Juga: PDB di kuartal II 2019 diramal melambat karena Ramadan-Lebaran kurang bergairah

"Faktor musiman ini tidak mampu mengerek pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," jelas ekonom UOB Enrico Tanuwijaja, Jumat (4/8). Ia memperkirakan pertumbuhan PDB kuartal II-2019 flat di level 5%–5.1% yoy.

Penurunan jumlah pemudik juga mengurangi tingkat konsumsi. Ini tercermin dari hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) periode Mei 2019 yang menunjukkan indeks penjualan riil (IPR) hanya naik 7,7% yoy, lebih rendah dari periode sama tahun lalu di level 8,3%.

Apalagi, usai pemilu kondisi politik sempat memanas. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi investor. "Banyak investasi mabur dari pasar domestik," ucap Enrico.

Baca Juga: Dua hari terakhir, hot money keluar dari bursa saham 0,5 triliun

Ekonom BCA David Sumual memandang daya beli masyarakat terganggu lantaran harga bahan pokok tidak sepenuhnya terjaga di mana inflasi bulan Juni tercatat cukup tinggi di level 0,6%. Apalagi faktor musiman tersebut bertabrakan dengan sederet peristiwa mulai dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dan Pemilu.

Tensi perang dagang AS-China kembali memanas sehingga pelemahan daya beli sejumlah negara melambat, yang berdampak pada penurunan ekspor Indonesia. Pukulan semakin berat ketika ekonomi Negeri Tirai Bambu sebagai importir terbesar Indonesia melempem.

David menilai ekspor yang melemah di kuartal II-2019 membuat defisit perdagangan makin melebar. Pelemahan ekonomi global pun membawa arus investasi di Indonesia jadi fluktuatif.

"Naik-turun, peningkatan investasi belum kelihatan naik drastis," ujar David. Ia memprediksi PDB kuartal II-2019 berada di level yang sama seperti kuartal sebelumnya, yakni 5,07%.

Baca Juga: Sepekan ke depan, berikut 5 data perekonomian domestik yang penting disimak

Ekonom MayBank Kim Eng Sekuritas Luthfi Ridho menambahkan defisit perdagangan masih menjadi momok pertumbuhan ekonomi. Alasannya impor masih kencang, sementara ekspor melempem. "Impor migas masih lebar, ekspor minyak sawit dan batubara makin sempit, tutur Luhfi.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan rendahnya harga komoditas seperti kelapa sawit dan batubara menurunkan kinerja ekspor dan daya beli. Ini terindikasi dari pertumbuhan penjualan mobil yang terkontraksi -11,3% yoy dari kuartal sebelumnya -10,8% yoy. Penjualan motor juga turun 0,01% yoy.

Bagikan

Berita Terbaru

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56 WIB

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar

PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) menutup tahun buku 2025 dengan recognized revenue konsolidasi sekitar Rp 105 miliar.

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:47 WIB

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan

Ada banyak pilihan dalam memberikan uang saku buat anak. Simak cara mengatur uang saku anak sembari mengajarkan soal pengelolaan uang.

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:45 WIB

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah

Altcoin 2025 tak lagi reli massal, pelajari faktor pergeseran pasar dan rekomendasi investasi altcoin untuk tahun 2026.

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:58 WIB

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memperoleh pinjaman dari pemegang sahamnya, yakni Danantara Asset Management. 

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:38 WIB

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik

Salah satu sentimen pendukung kinerja emiten perunggasan tersebut di tahun depan adalah membaiknya harga ayam hidup (livebird). ​

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:19 WIB

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas

Risiko pelemahan harga minyak mentah dunia masih berpotensi membayangi kinerja emiten minyak dan gas (migas) pada 2026.​

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:15 WIB

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?

Dalam beberapa proyeksi, bitcoin diperkirakan tetap berada di atas kisaran US$ 70.000–US$ 100.000 sebagai floor pasar.

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:02 WIB

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan

Pemerintah bakal agresif menerapkan denda administrasi atas aktivitas usaha di kawasan hutan pada tahun 2026.

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:42 WIB

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu

Dengan pasokan saham yang terbatas, sedikit saja permintaan dapat memicu kenaikan harga berlipat-lipat.

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:35 WIB

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat

Negara berpotensi meraup minimal Rp 37,7 triliun per tahun dari cukai emisi, dengan asumsi tarif 10% hingga 30% dari harga jual kendaraan.

INDEKS BERITA

Terpopuler