Ini Alasan Mengapa Indonesia Tidak Angkat Ekspor dengan Melemahkan Valuta

Rabu, 07 Agustus 2019 | 08:13 WIB
Ini Alasan Mengapa Indonesia Tidak Angkat Ekspor dengan Melemahkan Valuta
[]
Reporter: Bidara Pink, Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya saing produk ekspor kita kini terancam melemah. Produk buatan Indonesia bisa kalah bersaing oleh produk China yang harganya kian murah, setelah mata uang Negeri Tembok Raksasa itu mengalami depresiasi.

Pada Selasa (6/8) kemarin, kurs titik tengah yuan berada di CNY 6,9683 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun, di pasar spot, kurs yuan masih di kisaran CNY 7 per dollar AS.

Baca Juga: Dituduh sebagai Manipulator Mata Uang, Ini Pernyataan Resmi Bank Sentral China (PBOC)

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan kemarin melemah 0,07% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya ke posisi Rp 14.260 per dollar AS.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pemerintah tetap konsisten menjalankan berbagai kebijakan yang ada.

Di antaranya mendorong ekspor komoditas yang memiliki keunggulan komparatif yang menjadi prioritas. "Seperti barang-barang sektor unggulan industri 4.0, perikanan, dan pertambangan," kata Iskandar, Selasa (6/8).

Baca Juga: Devaluasi Yuan Picu Perang Kurs, Siapa yang Untung dan yang Rugi? premium

Iskandar berharap rupiah mesti tetap dijaga sesuai dengan fundamentalnya. Di tengah potensi perang mata uang (currency war) antara yuan dengan dollar AS, tak berarti membiarkan rupiah melemah. "Jangan dibiarkan melemah karena malah bisa menjadi tidak terkendali," tambah Iskandar.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani sepakat rupiah tidak bisa dibiarkan melemah untuk mendongkrak ekspor. Sebab, pelemahan rupiah justru menekan ekspor manufaktur lantaran bahan bakunya masih impor. "Harga input produksinya bakal naik saat rupiah melemah," kata Shinta.

Bagikan

Berita Terbaru

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

Risiko di Balik Naiknya Bunga Deposito Dollar
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:30 WIB

Risiko di Balik Naiknya Bunga Deposito Dollar

Beragam kritikan yang muncul tetap tak menghentikan keputusan bank Danantara mengerek bunga deposito  dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 4%.​

INDEKS BERITA

Terpopuler