Ini Dampak Penyesuaian Bobot Indeks LQ45 ke Harga Saham Emiten

Selasa, 30 Juli 2019 | 05:09 WIB
Ini Dampak Penyesuaian Bobot Indeks LQ45 ke Harga Saham Emiten
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JaKARTA. Efek penghitungan bobot saham dengan mempertimbangkan free float emiten di indeks LQ45 mulai terasa. Saham yang selama ini jadi jawara karena memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar besar bobotnya merosot lantaran tidak didukung jumlah saham beredar.

Saham HMSP yang selama ini selalu berada di urutan 10 terbesar kini harus terdepak ke posisi terakhir, karena free float saham ini hanya 7,5%. Kecilnya free float membuat bobot saham ini terhadap LQ45 hanya 7,44%.

Posisi saham HMSP digantikan oleh LPPF, yang bobotnya kini mencapai 75,84%. Pada posisi kedua, ada saham pendatang baru di LQ45, yakni CTRA (lihat tabel).

Baca Juga: Proyeksi IHSG: Masih Menanti Arah Suku Bunga The Fed

Perubahan bobot ini membuat sejumlah saham mengalami tekanan jual. Contoh, saham UNVR yang sekarang menempati posisi kedua dari bawah, karena hanya berbobot 14,24%. Dalam sepekan, harga saham emiten dengan jumlah saham beredar 15,01% ini telah turun 4,58%.

Sebaliknya, harga saham LPPF di periode yang sama naik 15,64%. Sementara, saham CTRA naik 8,75%.

Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony menilai, ini terjadi karena sistem pembobotan baru mendorong fund manager meracik ulang portofolio. "Secara jangka pendek, tentu beberapa perusahaan yang bobotnya lebih besar akan lebih menarik," jelas dia, Senin (29/7).

Tabel 10 Saham LQ45 Dengan Free Float Terbesar & Pembobotan Baru (Berlaku Agustus 2019-Agustus 2020)

Saham Free Float Bobot Baru PER (x)
LPPF 71,69% 75,84% 18,57
CTRA 53,04% 52,66% 21,39
ADRO 49,90% 49,91% 6,02
INDF 49,93% 49,48% 11,22
PTPP 49,00% 49,00% 18,58
SMGR 48,99% 48,97% 69,34
INTP 49,00% 48,77% 51,62
TLKM 47,91% 47,85% 16,73
KLBF 42,51% 47,74% 28,63
MNCN 43,61% 47,47% 9,15

Sumber: Bursa Efek Indonesia, RTI

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut...

Bukan jaminan

Setali tiga uang, Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut, manajer investasi akan melakukan penyesuaian dengan menjual saham yang bobotnya berkurang, begitu pula sebaliknya. Jadi, tekanan jual yang terjadi bukan karena faktor fundamental.

Analis menyarankan investor tetap melihat fundamental dan jangan buru-buru ikut melepas saham. ""Tidak serta merta saham dengan bobot paling banyak wajib jadi instrumen investasi, investor harus lebih jeli melihat kinerja perusahaan," jelas Chris.

Baca Juga: Simak rekomendasi para analis untuk saham Telkom (TLKM) berikut ini

Wawan juga mengingatkan investor tetap memperhatikan fundamental dan valuasi. Meski LPPF menjadi saham dengan bobot terbesar, namun kinerja keuangan sedang turun. Sebaliknya, kinerja keuangan HMSP, terutama di sisi laba, moncer.

Dengan demikian, Wawan menilai, penyesuaian LQ45 kali ini bukan penilaian layak atau tidaknya suatu saham. "Penggunaan 100% free float untuk pembobotan hanya sebagai gambaran bagi investor dan jadi indikator keamananan saham miliknya," terang Wawan.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:30 WIB

Merdeka Battery Material (MBMA) Suntik Modal Anak Usaha US$ 51 juta

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan transaksi pemberian pinjaman ke anak usaha terkendali yakni PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).​

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:14 WIB

Pengendali Tambah Porsi Kepemilikan 66,5 Juta Saham di SILO

Pengendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), Sight Investment Company Pte Ltd selaku menambah porsi kepemilikan sahamnya di SILO. 

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:10 WIB

Sucor Sekuritas Siap Bawa Tiga Perusahaan Melantai di BEI

Sucor Sekuritas akan membawa tiga perusahaan jumbo untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2026.

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu
| Kamis, 18 Desember 2025 | 10:04 WIB

Ada Libur Natal dan Tahun Baru, Penjualan AMRT Bisa Menderu

Salah satu emiten ritel yang diproyeksi bakal kecipratan rezeki dari momen Natal dan tahun baru 2025 adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:58 WIB

Emiten MIND ID Siap Genjot Kinerja Pada 2026

Emiten pertambangan anggota holding MIND ID membidik pertumbuhan kinerja keuangan dan produksi pada 2026​.

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

INDEKS BERITA

Terpopuler