Ini Dampak Penyesuaian Bobot Indeks LQ45 ke Harga Saham Emiten
KONTAN.CO.ID - JaKARTA. Efek penghitungan bobot saham dengan mempertimbangkan free float emiten di indeks LQ45 mulai terasa. Saham yang selama ini jadi jawara karena memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar besar bobotnya merosot lantaran tidak didukung jumlah saham beredar.
Saham HMSP yang selama ini selalu berada di urutan 10 terbesar kini harus terdepak ke posisi terakhir, karena free float saham ini hanya 7,5%. Kecilnya free float membuat bobot saham ini terhadap LQ45 hanya 7,44%.
Posisi saham HMSP digantikan oleh LPPF, yang bobotnya kini mencapai 75,84%. Pada posisi kedua, ada saham pendatang baru di LQ45, yakni CTRA (lihat tabel).
Baca Juga: Proyeksi IHSG: Masih Menanti Arah Suku Bunga The Fed
Perubahan bobot ini membuat sejumlah saham mengalami tekanan jual. Contoh, saham UNVR yang sekarang menempati posisi kedua dari bawah, karena hanya berbobot 14,24%. Dalam sepekan, harga saham emiten dengan jumlah saham beredar 15,01% ini telah turun 4,58%.
Sebaliknya, harga saham LPPF di periode yang sama naik 15,64%. Sementara, saham CTRA naik 8,75%.
Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony menilai, ini terjadi karena sistem pembobotan baru mendorong fund manager meracik ulang portofolio. "Secara jangka pendek, tentu beberapa perusahaan yang bobotnya lebih besar akan lebih menarik," jelas dia, Senin (29/7).
Tabel 10 Saham LQ45 Dengan Free Float Terbesar & Pembobotan Baru (Berlaku Agustus 2019-Agustus 2020)
Saham | Free Float | Bobot Baru | PER (x) |
---|---|---|---|
LPPF | 71,69% | 75,84% | 18,57 |
CTRA | 53,04% | 52,66% | 21,39 |
ADRO | 49,90% | 49,91% | 6,02 |
INDF | 49,93% | 49,48% | 11,22 |
PTPP | 49,00% | 49,00% | 18,58 |
SMGR | 48,99% | 48,97% | 69,34 |
INTP | 49,00% | 48,77% | 51,62 |
TLKM | 47,91% | 47,85% | 16,73 |
KLBF | 42,51% | 47,74% | 28,63 |
MNCN | 43,61% | 47,47% | 9,15 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, RTI
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut...
Bukan jaminan
Setali tiga uang, Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut, manajer investasi akan melakukan penyesuaian dengan menjual saham yang bobotnya berkurang, begitu pula sebaliknya. Jadi, tekanan jual yang terjadi bukan karena faktor fundamental.
Analis menyarankan investor tetap melihat fundamental dan jangan buru-buru ikut melepas saham. ""Tidak serta merta saham dengan bobot paling banyak wajib jadi instrumen investasi, investor harus lebih jeli melihat kinerja perusahaan," jelas Chris.
Baca Juga: Simak rekomendasi para analis untuk saham Telkom (TLKM) berikut ini
Wawan juga mengingatkan investor tetap memperhatikan fundamental dan valuasi. Meski LPPF menjadi saham dengan bobot terbesar, namun kinerja keuangan sedang turun. Sebaliknya, kinerja keuangan HMSP, terutama di sisi laba, moncer.
Dengan demikian, Wawan menilai, penyesuaian LQ45 kali ini bukan penilaian layak atau tidaknya suatu saham. "Penggunaan 100% free float untuk pembobotan hanya sebagai gambaran bagi investor dan jadi indikator keamananan saham miliknya," terang Wawan.