Ini Enam Perusahaan yang Peringkatnya Ikut Naik Menyusul Kenaikan Peringkat Utang RI

Senin, 03 Juni 2019 | 11:40 WIB
Ini Enam Perusahaan yang Peringkatnya Ikut Naik Menyusul Kenaikan Peringkat Utang RI
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir Mei lalu, lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) Global Ratings telah menaikkan peringkat kredit jangka panjang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Prospek peringkat ditetapkan stabil.

S&P menilai, risiko ekonomi Indonesia telah berkurang. Karena itu, S&P juga merevisi penilaian risiko Indonesia dari level lima ke level empat.

Menurut S&P, Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang solid. "Kami mengharapkan pembuatan kebijakan yang stabil di tahun-tahun mendatang," ujar S&P dalam siaran pers akhir Mei lalu.

Seiring kenaikan peringkat utang jangka panjang Indonesia, S&P  mengambil tindakan pemeringkatan pada sembilan perusahaan di Indonesia dan obligasi yang mereka terbitkan atau dijamin oleh mereka.

S&P mengatakan, tindakan pemeringkatan ini menyusul kenaikan peringkat Indonesia dan revisi atas penilaian risiko Indonesia.

Sebanyak enam perusahaan Indonesia memperoleh kenaikan peringkat oleh S&P. Keenam perusahaan tersebut antara lain PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Pertamina, dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. Lalu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR), dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).

Dua perusahaan mendapat perubahan prospek peringkat dari negatif menjadi stabil. Keduanya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) alias PGN dan anak usahanya PT Saka Energi Indonesia. Sementara satu perusahaan, yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR), ditegaskan peringkatnya oleh S&P.

 

Peringkat 9 Perusahaan Menyusul Kenaikan Peringkat Utang Indonesia oleh S&P
Kenaikan Peringkat Sesudah Sebelum
PLN BBB/Stabil BBB-/Stabil
Pertamina BBB/Stabil BBB-/Stabil
Pelindo II BBB/Stabil BBB-/Stabil
Pelindo III BBB-/Stabil BB+/Stabil
Cikarang Listrindo BB+/Stabil BB/Stabil
Astra International
(peringkat mata uang asing)
BBB+/Stabil BBB/Stabil
Perubahan Prospek    
PGN BBB-/Stabil BBB-/Negatif
Saka Energi BB+/Stabil BB+/Negatif
Penegasan Peringkat    
Jasa Marga BB+/Stabil BB+/Stabil
Astra International
(peringkat mata uang lokal)
BBB+/Stabil BBB+/Stabil

Menurut S&P, kenaikan peringkat PLN dan Pertamina karena kedua perusahaan tersebut akan terus memainkan peran penting bagi Pemerintah Indonesia.Peringkat PLN naik dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil. Kenaikan peringkat juga berlaku untuk obligasi tanpa jaminan yang diterbikan Majapahit Holding B.V., anak usaha PLN yang bertugas menerbitkan obligasi global. S&P juga mengerek peringkat Pertamina dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil.

Keduanya akan memperoleh manfaat dan dukungan yang luar biasa dari Pemerintah. Prospek stabil pada PLN dan Pertamina mencerminkan prospek peringkat negara Indonesia.

Untuk perusahaan operator pelabuhan pelat merah, S&P menaikkan peringkat Pelindo II dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil.  Sementara peringkat Pelindo III naik dari BB+ menjadi BBB- dengan prospek stabil.

Kenaikan peringkat Pelindo II dan Pelindo III, menurut S&P, mencerminkan sensitivitas kedua perusahaan tersebut terhadap peringkat kredit negara Indonesia. Hal ini mengingat hubungan dengan keduanya dengan pemerintah dan tingginya dukungan dari pemerintah.

S&P juga telah merevisi penilaian atas profil kredit mandiri Pelindo II dari bb+ menjadi bbb-. Begitu pula, profil kredit mandiri Pelindo III naik dari bb menjadi bb+.

Kenaikan profil kredit mandiri Pelindi II dan Pelindo III didasarkan pandangan S&P bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang lebih stabil akan mendukung kualitas pendapatan perusahaan yang lebih baik dan volatilitas arus kas yang lebih rendah.

S&P juga menaikkan peringkat Cikarang Listrindo dari BB menjadi BB+. Kenaikan peringkat juga berlaku bagi obligasi yang diterbitkan Listrindo Capital B.V., anak usaha Cikarang Listrindo yang bertugas menerbitkan obligasi global.

Peringkat Cikarang Listrindo naik karena, menurut S&P, perusahaan memiliki posisi yang baik untuk memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan yang solid di Indonesia. Hal ini juga ditopang ole posisi pasar Cikarang Listrindo dan kualitas kredit yang meningkat dari rekanannya seperti PLN.

Prospek stabil Cikarang Listrindo mencerminkan ekspektasi S&P bahwa perusahaan akan mempertahankan arus kas yang stabil, rasio utang yang moderat dan memiliki operasi yang efisien selama 12 bulan hingga 18 bulan ke depan.

Sementara peringkat mata uang asing Astra Internasional naik dari BBB menjadi BBB+ dengan prospek stabil. Kenaikan peringkat Astra disebabkan karena S&P merevisi penilaian transfer dan konversi untuk Indonesia. Sebelumnya, penilaian ini membatasi peringkat mata uang asing Astra. Sementara prospek yang stabil pada Astra mencerminkan prospek pada peringkat Indonesia.

Pada saat bersamaan, S&P merevisi profil kredit mandiri Astra dari bbb+ menjadi a-. S&P meyakini, Astra akan terus memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih cepat dan dari kebijakan pemerintah yang stabil. Posisi keuangan Astra yang konservatif dan berkurangnya risiko dalam portofolio aset pembiayaan juga mendukung profil kredit mandiri Astra.

Selain menaikkan peringkat enam perusahaan, S&P juga merevisi prospek peringkat dua perusahaan Indonesia, yakni PGN dan Saka Energi.

Peringkat PGN yang semula BBB- dengan prospek negatif berubah menjadi BBB- dengan prospek stabil. Sementara peringkat Saka Energi yang semula BB+ dengan prospek negatif berubah menjadi BB+ dengan prospek stabil.

Revisi prospek peringkat PGN dan Saka Energi mencerminkan peningkatan kemampuan Pemerintah Indonesia dan Pertamina sebagai induk PGN dalam mendukung perusahaan. Hal ini mengimbangi tekanan pada profil kredit mandiri PGN di posisi bbb- yang dipicu oleh pembayaran akuisisi 51% PT Pertamina Gas (Pertagas) pada 2018.

Sementara, S&P menegaskan peringkat PT Jasa Marga Tbk (JSMR) di posisi BB+ dengan prospek stabil. S&P beralasan, Jasa Marga akan terus memperoleh manfaat dari kemungkinan dukungan pemerintah yang sangat tinggi.

Meski begitu, S&P menurunkan penilaian atas profil kredit mandiri Jasa Marga dari bb- menjadi b+. Penurunan ini mencerminkan ekspektasi S&P bahwa profil keuangan Jasa Marga akan melemah selama 12 bulan hingga 24 bulan ke depan. Pelemahan ini didorong oleh tingginya modal pengeluaran dan peningkatan pembayaran kepada kontraktor untuk penyelesaian jalan tol.

Prospek stabil pada Jasa Marga, menurut S&P, mencerminkan prospek pada peringkat Indonesia dan harapan S&P bahwa Jasa Marga akan mengelola risiko eksekusi dari pengeluaran modal yang besar, meningkatnya proyek baru, dan manfaat dari penyesuaian tarif yang tepat waktu selama 12 bulan hingga 24 bulan ke depan.

S&P juga berharap, Jasa Marga bisa mempertahankan peran strategisnya dalam mengembangkan infrastruktur jalan di Indonesia dan hubungan erat dengan pemerintah.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Ricky Gantikan Doni Primanto di BI
| Kamis, 03 Juli 2025 | 08:57 WIB

Ricky Gantikan Doni Primanto di BI

Terpilihnya Ricky untuk mengisi jabatan Deputi Gubernur BI pasca dilakukannya musyawarah bersama seluruh anggota Komisi XI DPR

Dua Anak Usaha Medco Energi (MEDC) Raih Pinjaman Rp 8,1 Triliun
| Kamis, 03 Juli 2025 | 08:44 WIB

Dua Anak Usaha Medco Energi (MEDC) Raih Pinjaman Rp 8,1 Triliun

Nilai pinjaman yang akan diterima dua anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) maksimal US$ 500 juta atau setara Rp 8,1 triliun. ​

Duh, Shortfall Penerimaan Terjadi di Semua Jenis Pajak
| Kamis, 03 Juli 2025 | 08:34 WIB

Duh, Shortfall Penerimaan Terjadi di Semua Jenis Pajak

Kementerian Keuangan (Kemkeu) memperkirakan shortfall penerimaan pajak pada tahun ini Rp 112,4 triliun

Menadah Dividen Saham-Saham Lapis Dua
| Kamis, 03 Juli 2025 | 08:27 WIB

Menadah Dividen Saham-Saham Lapis Dua

Beberapa emiten ini menawarkan dividen dengan imbal hasil atau yield di atas 5%. Namun, investor sebaiknya tetap memperhitungkan likuiditasnya.

Ramai Hajatan IPO Pekan Depan, Ada Afiliasi Prajogo, Hermanto Tanoko Hingga Kripto
| Kamis, 03 Juli 2025 | 08:08 WIB

Ramai Hajatan IPO Pekan Depan, Ada Afiliasi Prajogo, Hermanto Tanoko Hingga Kripto

Investor berhati-hati terhadap saham-saham IPO. Sudah menjadi fenomena tersendiri, saham IPO rawan spekulasi.

Investor Asing Terus Net Sell Jumbo, IHSG Berpotensi Melemah Hari Ini, Kamis (3/7)
| Kamis, 03 Juli 2025 | 07:59 WIB

Investor Asing Terus Net Sell Jumbo, IHSG Berpotensi Melemah Hari Ini, Kamis (3/7)

Ketidakpastian pasar yang masih tinggi bagi investor asing. Terlihat dari adanya capital outflow yang terjadi di seluruh perdagangan.

Menadah Dividen Saham Lapis Dua, Perhatikan Juga Faktor Likuiditas
| Kamis, 03 Juli 2025 | 07:49 WIB

Menadah Dividen Saham Lapis Dua, Perhatikan Juga Faktor Likuiditas

Fundamental perusahaan juga sangat layak untuk diperhatikan, agar ketika harganya mengalami penurunan ketika ex-date.

Deretan Saham Top Laggard di Semester I dan Prospeknya di Semester II
| Kamis, 03 Juli 2025 | 07:47 WIB

Deretan Saham Top Laggard di Semester I dan Prospeknya di Semester II

Saham-saham blue chip dan grup konglomerasi besar, terkoreksi cukup dalam dan bahkan menjadi top laggard pada semester I-2025 silam.

Industri Unggas Diproyeksi Membaik di Paruh Kedua 2025, CPIN Bakal Ikut Tersulut
| Kamis, 03 Juli 2025 | 07:42 WIB

Industri Unggas Diproyeksi Membaik di Paruh Kedua 2025, CPIN Bakal Ikut Tersulut

Berdasar data historis, harga ayam hidup cenderung menurun selama periode Bulan Suro, yang pada tahun ini dimulai pada 27 Juli 2025.

Menakar Jalan Panjang PTPP Memulihkan Kinerja
| Kamis, 03 Juli 2025 | 07:35 WIB

Menakar Jalan Panjang PTPP Memulihkan Kinerja

Risiko tingkat utang masih jadi pemberat langkah PTPP. Tapi PTPP bersiap menambal penurunan kinerja ini dengan cara melepas sejumlah asetnya.

INDEKS BERITA

Terpopuler