Ini Rekomendasi Analis Usai Gudang Garam (GGRM) Mengerek Harga Jual Produk

Jumat, 05 Juli 2019 | 06:59 WIB
Ini Rekomendasi Analis Usai Gudang Garam (GGRM) Mengerek Harga Jual Produk
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Gudang Garam Tbk tergolong solid. Seiring dengan kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) produknya, potensi peningkatan kinerja keuangan emiten berkode GGRM ini terbuka lebar.

Pada kuartal I-2019, Gudang Garam sukses membukukan pendapatan sebesar Rp 26,19 triliun, atau naik 19,15% dibanding periode yang sama tahun lalu. Di waktu yang sama, laba bersih anggota indeks Kompas100 tersebut naik 24,34% menjadi Rp 2,35 triliun.

Analis Indo Premier Sekuritas Raditya Immanzah mengatakan, kinerja positif Gudang Garam lebih disebabkan oleh peningkatan volume penjualan, khususnya produk sigaret kretek mesin (SKM).

Tak ayal, kontribusi pendapatan SKM mencapai Rp 23,9 triliun atau 91,3% dari total pendapatan GGRM. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Ditambah lagi, demi memperkuat pangsa pasar, Gudang Garam juga belum meningkatkan ASP produknya di triwulan pertama lalu. Hasilnya, emiten ini bisa memperoleh kenaikan pendapatan secara signifikan, meskipun harus mengorbankan margin kotor yang turun 130 basis poin jadi 18,8%.

Usai mencatat volume penjualan yang tinggi, Gudang Garam akhirnya menaikkan ASP pada April lalu, berkisar antara 1,5%-3,6%. Ini merupakan kenaikan harga pertama sejak September 2018 silam.

Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Raja Abdallah menambahkan, melalui peningkatan ASP, Gudang Garam mulai memonetisasi produk-produk bernilai rendah yang dimilikinya. Contohnya, Surya Pro 16 dan GG FIM 12. Harga rokok tersebut naik sebesar 3,4%–3,6%.

Angka ini lebih tinggi ketimbang harga produk-produk premium perusahaan seperti Surya 12, Surya 16, dan GG FIM 12 yang naik 1,5%–1,7%. Sebagai catatan, Surya Pro 16 dan Surya 12 merupakan produk yang paling berperan dalam pertumbuhan volume penjualan perusahaan ini.

"Baik Surya Pro 16 dan Surya 12 akan melewati batas kritis harga jual rata-rata eceran sebesar Rp 16.000 per bungkus," ungkap Raja melalui risetnya.

Raja masih memperhatikan apakah kedua produk itu bisa mempertahankan volume penjualannya usai kenaikan ASP. Hal tersebut patut dinanti mengingat Gudang Garam dikenal sebagai produsen rokok yang memiliki harga paling terjangkau di tiap segmennya.

Menurut Raditya, kenaikan harga jual tentu akan membuat ekspektasi peningkatan kinerja keuangan Gudang Garam makin besar di masa mendatang. Namun, ia menekankan, efek maksimal dari kenaikan ASP kemungkinan baru akan benar-benar terasa di semester kedua tahun ini.

Sebab, tak lama setelah Gudang Garam menaikkan ASP produknya, terdapat momen Ramadan yang membuat volume penjualan produk turun. Setelah ini, tidak ada lagi momen musiman yang mengganggu siklus penjualan rokok tahun ini.

 "Sekarang penentu volume penjualan produk GGRM lebih banyak dari pengaruh daya beli masyarakat dan risiko regulasi saja," papar Raditya, Kamis (4/7).

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny menilai, Gudang Garam masih berpeluang meraup kinerja dan marjin yang lebih baik di semester dua. Sebab, pemerintah tidak menaikkan bea cukai rokok.

Tantangan terbesar Gudang Garam kemungkinan berasal dari persaingan ketat di industri rokok. Namun, Gudang Garam dipercaya dapat mempertahankan pangsa pasarnya, khususnya di bisnis penjualan produk SKM. "Potensi ini sejalan dengan peningkatan preferensi konsumen pada Sigaret Kretek Mesin (SKM)," terang Venny, kemarin.

Raditya juga menyatakan bahwa tingkat persaingan bisnis rokok semakin ketat seiring masuknya produk rokok elektronik ke Indonesia. Walau volume penjualannya belum besar, harus diakui konsumen rokok elektronik lambat laun meningkat.

Ia menambahkan, strategi berupa peluncuran produk rokok baru dapat menjadi opsi bagi Gudang Garam agar tetap kompetitif. Terlebih lagi, beberapa produsen rokok lain sudah ada yang mengeluarkan produk baru di semester II.

Produk baru memang tidak serta merta menambah jumlah penjualan. "Tapi ada pasar yang kebutuhannya terpenuhi dengan adanya produk baru," kata dia.

Raditya merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga Rp 92.000 per saham. Dalam risetnya, ia memprediksi, pendapatan GGRM akan mencapai Rp 101,02 triliun pada akhir tahun ini. Laba bersih perusahaan ini diperkirakan mencapai Rp 8,73 triliun.

Venny dan Raja juga menyarankan beli saham GGRM dengan target harga masing-masing Rp 90.000 per saham dan Rp 85.500 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Bagikan

Berita Terbaru

Berkomunitas Dulu Jadi Sineas Kemudian
| Minggu, 11 Mei 2025 | 06:00 WIB

Berkomunitas Dulu Jadi Sineas Kemudian

Membuka relasi menjadi salah satu kunci sukses sebagai seorang sineas. Agar relasi terjalin, bergabung di komunitas adal

 
Mengejar Ambisi Biar Bisa Berpaling dari Batubara
| Minggu, 11 Mei 2025 | 05:10 WIB

Mengejar Ambisi Biar Bisa Berpaling dari Batubara

Kondang sebagai penambang batubara tak menyurutkan semangat PT Indika Energy Tbk (INDY) transisi ke bisnis yang rendah karbon. 

 
Adu Kebut Mobil Listrik, Polytron Mulai Masuk Arena
| Minggu, 11 Mei 2025 | 04:50 WIB

Adu Kebut Mobil Listrik, Polytron Mulai Masuk Arena

Kelar garap sepeda motor listrik, Polytron merambah pasar mobil listrik dengan target penjualan yang aduhai.

Berkilau di Masa Suram
| Minggu, 11 Mei 2025 | 04:35 WIB

Berkilau di Masa Suram

​Jika emas batangan laris manis, tidak demikian halnya dengan emas dalam bentuk perhiasan. Penjualannya tak terlihat melonjak.

Profit 34,01% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (10 Mei 2025)
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 10:14 WIB

Profit 34,01% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (10 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (10 Mei 2025) 1 gram Rp 1.928.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 34,01% jika menjual hari ini.

Merdeka Copper Gold (MDKA) Kebut Target Operasi Dua Smelter
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 09:40 WIB

Merdeka Copper Gold (MDKA) Kebut Target Operasi Dua Smelter

MDKA membangun tiga smelter nikel. MDKA baru mengoperasikan smelter HPAL pertama mereka lewat PT ESG New Energy Material  (ESG).

Denny Asalim Sukses Meniti Jalan Menjadi Bos Properti
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:50 WIB

Denny Asalim Sukses Meniti Jalan Menjadi Bos Properti

Dunia Propertti tak pernah berhenti mengajarkan hal-hal baru bagi Denny Asalim untuk terus selalu berkembang.

Tekanan Likuiditas Masih Hantui Kinerja Anak Usaha BUMN Karya
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:12 WIB

Tekanan Likuiditas Masih Hantui Kinerja Anak Usaha BUMN Karya

Proyek mangkrak hingga tingginya utang masih akan membayangi kinerja emiten anak usaha BUMN Karya ke depan

Beban Tinggi Membayangi Kinerja Krakatau Steel (KRAS)
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:09 WIB

Beban Tinggi Membayangi Kinerja Krakatau Steel (KRAS)

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masih merugi. Emiten pelat merah ini juga dihadapkan dengan kondisi industri baja yang cukup menantang.​

Instruksi Danantara Tunda RUPS Bisa Mempengaruhi Kinerja Emiten BUMN
| Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:07 WIB

Instruksi Danantara Tunda RUPS Bisa Mempengaruhi Kinerja Emiten BUMN

Sejumlah aksi korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada di tengah ketidakpastian setelah BPI Danantara meminta penundaan RUPS BUMN 

INDEKS BERITA

Terpopuler