Instrumen Ritel Pembiayaan Hijau

Jumat, 15 November 2024 | 04:06 WIB
Instrumen Ritel Pembiayaan Hijau
[ILUSTRASI. Penanaman mangrove.]
Wawan Sugiyarto | Analis DJPPR Kementerian Keuangan; Alumnus Program PhD QUT Brisbane Australia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan dan keberlanjutan semakin mengemuka sebagai salah satu tantangan terbesar bagi negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan semakin mendesaknya ancaman perubahan iklim, kerusakan lingkungan, serta ketimpangan sosial dan ekonomi yang diakibatkan model pembangunan yang tidak berkelanjutan, pembiayaan hijau hadir sebagai salah satu solusi untuk mendanai proyek-proyek yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif.

Pembiayaan hijau bukan sekadar pilihan, tetapi merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia. Dukungan terhadap proyek ramah lingkungan, energi terbarukan dan inovasi berkelanjutan semakin diperlukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan memitigasi dampak perubahan iklim. Salah satu cara untuk mendukung pembiayaan hijau adalah melalui instrumen investasi ritel yang dapat menjangkau masyarakat luas. 

Baca Juga: Bobot Indonesia di Indeks MSCI Turun, Itu yang Bikin Asing Masif Jual Saham Bank

Dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, instrumen ini memungkinkan publik untuk berkontribusi dalam mendanai proyek ramah lingkungan yang bermanfaat bagi generasi mendatang. Proyek ini mencakup antara lain pengembangan energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, konservasi hutan dan infrastruktur air bersih. Tujuan utama dari instrumen ini adalah mengarahkan aliran pembiayaan ke proyek yang berdampak positif pada lingkungan sekaligus menghasilkan keuntungan bagi investor.

Dengan demikian, instrumen investasi ritel berbasis pembiayaan hijau memungkinkan investor berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan sambil mendapatkan imbal hasil yang kompetitif.

Keuntungan investasi hijau

Bank Dunia dan PBB telah menekankan bahwa pembiayaan hijau merupakan komponen penting dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Sementara itu, keterlibatan investor ritel melalui instrumen hijau dapat mempercepat pencapaian target-target ini, karena dengan semakin banyaknya partisipasi publik, alokasi pendanaan untuk proyek hijau akan semakin besar. Dengan ketersediaan instrumen yang memadai, setiap individu dapat mengambil peran dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim. 

Baca Juga: Akhirnya Naik Usai Turun dalam Sepekan, Ini Rekomendasi Saham BBRI, BBNI, BMRI & BBCA

Instrumen investasi ritel pembiayaan hijau menawarkan beberapa keuntungan bagi investor. Pertama, imbal hasil yang kompetitif dibandingkan produk investasi lainnya. Kedua, dengan berinvestasi di instrumen hijau, investor dapat memiliki kontribusi sosial yang nyata. Bagi banyak investor ritel, faktor ini menjadi daya tarik utama, terutama bagi generasi muda yang lebih peduli terhadap isu lingkungan.

Studi menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z lebih tertarik pada produk investasi yang memiliki aspek sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, instrumen investasi ritel hijau tidak hanya mendukung pembiayaan proyek hijau, tetapi juga merespons permintaan pasar akan produk investasi berkelanjutan. Keterlibatan mereka juga bisa mendorong sektor perbankan dan perusahaan keuangan lain untuk meningkatkan produk hijau yang mendukung pembiayaan proyek berkelanjutan.

Baca Juga: Penerimaan PNBP Minerba Lampaui Target, Batubara Menjadi Tumpuan

Instrumen investasi ritel hijau juga memiliki nilai edukatif yang tinggi. Dengan menyediakan opsi investasi hijau kepada masyarakat, pemerintah dan institusi keuangan dapat mendorong literasi keuangan terkait keberlanjutan dan dampak lingkungan dari setiap keputusan finansial. Partisipasi publik dalam instrumen hijau akan meningkatkan kesadaran akan dampak iklim dan memperkuat pemahaman tentang pentingnya investasi yang bertanggung jawab. Sebagaimana diketahui, hasil survei OJK dan BPS tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 65,43% sehingga perlu upaya intensif untuk meningkatkannya.

Seiring dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada instrumen pembiayaan hijau, pemerintah melalui kementerian keuangan sejak 2019 telah menerbitkan instrumen investasi ritel pembiayaan hijau yaitu Sukuk Tabungan seri ST006. Komitmen pemerintah mendorong investasi pembiayaan berkelanjutan bagi investor ritel terus berlanjut dan meningkat melalui penerbitan SDGs Bond Ritel pertama yaitu ORI026T6 pada 30 Oktober 2024 sebesar Rp 3,04 triliun dengan 7.829 investor ritel.

Baca Juga: Target Ambisius Energi Bersih Era Prabowo

Green Sukuk Ritel dan SDGs Bond Ritel menunjukkan komitmen dan kontribusi pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim, yang diwujudkan melalui penerbitan instrumen pembiayaan yang inovatif dan berkelanjutan bagi investor ritel. Langkah ini perlu di ikuti oleh korporasi untuk memperluas jangkauan pembiayaan berkelanjutan.

Ketersediaan instrumen ritel pembiayaan hijau yang aman, beragam dan menguntungkan akan memberikan pilihan instrumen investasi yang menarik bagi masyarakat agar terhindar dari investasi bodong yang menyesatkan.

Per 30 Oktober 2024, total penerbitan green sukuk ritel sebanyak Rp 35,76 triliun dengan menjangkau 100.602 investor ritel dan membiayai berbagai proyek ramah lingkungan di Indonesia. Pada 8 November sampai 4 Desember 2024, Pemerintah kembali menawarkan green sukuk ritel yaitu Sukuk Tabungan seri ST013T4 yang dapat dibeli melalui 29 mitra distribusi.

Baca Juga: Tahun Paling Sepi dari Hajatan IPO Bernilai Jumbo

Indonesia dengan populasi besar dan potensi pasar yang luas masih memerlukan ketersediaan instrumen investasi ritel hijau yang memadai untuk meningkatkan pemahaman publik atas pembangunan berkelanjutan. Literasi keuangan terkait investasi hijau pada akhirnya akan mendorong lebih banyak masyarakat untuk berinvestasi secara bertanggung jawab, yang akan memperkuat ekosistem pembiayaan hijau di dalam negeri.

Meski memiliki banyak keunggulan, pengembangan instrumen investasi ritel hijau masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya, keterbatasan masyarakat dalam literasi keuangan. Selain itu, masih ada persepsi bahwa instrumen investasi hijau berisiko lebih tinggi dibandingkan instrumen konvensional.

Baca Juga: Dari Investasi, Tax Holiday Apple 7 Tahun

Untuk mengatasi tantangan ini, perlu ada edukasi publik yang lebih luas tentang manfaat dan keamanan instrumen hijau. Para pemangku kepentingan dapat bekerja sama meningkatkan akses informasi melalui kampanye literasi yang menjangkau masyarakat di semua lapisan. Program literasi keuangan terkait investasi hijau melalui platform digital maupun media tradisional perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan agar masyarakat dapat memahami manfaat serta risiko dari instrumen tersebut. 

Terakhir, peningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Pelaporan penggunaan dana serta dampak lingkungan dari proyek yang didanai perlu dilakukan secara transparan dan berkala. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap instrumen investasi ritel hijau dan mendorong lebih banyak partisipasi. Instrumen investasi ritel hijau menjadi salah satu kunci dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Hadapi Potensi Defisit Rp 20 Triliun

Melalui partisipasi masyarakat yang lebih luas, pembiayaan hijau dapat mempercepat transisi ke arah ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, dengan memperkuat edukasi dan literasi keuangan hijau, masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya investasi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memiliki dampak positif bagi lingkungan. 

Selanjutnya: Konversi Utang, Waskita Beton Precast (WSBP) Gelar Private Placement

Bagikan

Berita Terbaru

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok
| Jumat, 15 November 2024 | 07:55 WIB

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok

Pelemahan industri ritel disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, termasuk tren deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024
| Jumat, 15 November 2024 | 07:29 WIB

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024

Pemerintahan Prabowo Subianto membentuk Desk Pencegahan dan Pemberantasan Penyelundupan di bawah koordinasi Kemenko Bidang Politik dan Keamanan.

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao
| Jumat, 15 November 2024 | 07:20 WIB

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao

Produsen makanan dan minuman fokus melakukan efisiensi dan pengetatan biaya operasional untuk mengantisipasi efek kenaikan harga kakao.

TOBA Divestasi Dua PLTU Senilai US$ 144 Juta
| Jumat, 15 November 2024 | 07:15 WIB

TOBA Divestasi Dua PLTU Senilai US$ 144 Juta

TOBA akan menjual seluruh saham  di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Golden Flower (POLU) Ekspansi ke Bisnis Kecantikan dan Kesehatan
| Jumat, 15 November 2024 | 07:10 WIB

Golden Flower (POLU) Ekspansi ke Bisnis Kecantikan dan Kesehatan

POLU menggandeng Oracle Dermatology dari Korea Selatan.dan berupaya menghadirkan layanan dermatologi internasional di Indonesia.

Smelter Berhenti Produksi, Freeport Minta Relaksasi
| Jumat, 15 November 2024 | 07:00 WIB

Smelter Berhenti Produksi, Freeport Minta Relaksasi

PT Freeport Indonesia menghentikan aktivitas produksi smelter usai insiden kebakaran yang terjadi pada bulan Oktober 2024 silam.

Nataru Dongkrak Transaksi Uang Elektronik Kartu
| Jumat, 15 November 2024 | 06:45 WIB

Nataru Dongkrak Transaksi Uang Elektronik Kartu

Transaksi uang elektronik barbasis kartu diperkirakan akan semakin semarak akhir tahun ini, ditopang momentum libur Nataru

Badai PHK Katrol Klaim BP Jamsostek
| Jumat, 15 November 2024 | 06:40 WIB

Badai PHK Katrol Klaim BP Jamsostek

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih marak terjadi tak hanya menghantui para pekerja.

Chandra Asri (TPIA) Akuisisi Empat Kapal Migas
| Jumat, 15 November 2024 | 06:30 WIB

Chandra Asri (TPIA) Akuisisi Empat Kapal Migas

Pengoperasian armada kapal ini menunjukkan komitmen TPIA dalam mendukung kebutuhan industri, serta mendorong pertumbuhan

Berdikari
| Jumat, 15 November 2024 | 06:15 WIB

Berdikari

Berbicara masalah ekonomi saja, saat ini ada begitu banyak "belitan" masalah yang kita hadapi untuk mandiri.

INDEKS BERITA

Terpopuler