Investor Institusi VS Investor Individu

Senin, 16 Agustus 2021 | 07:25 WIB
Investor Institusi VS Investor Individu
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Di bursa saham Indonesia, investor saham dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan pertama dilakukan berdasarkan asal investor, menjadi investor asing dan domestik. Per akhir Juli 2021 lalu, investor asing yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hanya 16.316 pihak, atau sekitar 0,63% dari total investor saham langsung di BEI, yang jumlahnya 2.589.880 pihak.

Total jumlah investor tersebut meningkat 52,8% dari jumlah investor di akhir tahun lalu dan melesat 1.150% dibandingkan posisi di akhir tahun 2011, yang masih 207.136 pihak.

Dari sisi nilai, total portofolio investor domestik juga lebih besar, yaitu Rp 3.027 triliun, atau sekitar 60,41% dari total portofolio di pasar. Bandingkan total portofolio milik investor asing, yang sebanyak Rp 1.984 triliun, atau sekitar 39,59% dari total portofolio investor.

Dengan kekuatan investor domestik sebesar ini, peranan penting investor asing dalam menggerakkan harga saham dan IHSG tidak lagi dominan seperti kondisi belasan tahun lalu, saat mereka menguasai hingga 75% saham yang tercatat di KSEI. Praktik yang lazim saat itu bagi investor saham domestik agar dapat mencuil keuntungan adalah dengan mengekor investor asing, yang dikenal punya kekuatan dana dan analisis yang lebih baik.

Kini yang banyak didengar investor ritel kita, terutama investor yang muda dan pemula, adalah para influencer. Harga saham-saham bank kecil dengan stempel digital dan saham-saham teknologi pun melesat naik bak meteor. Sementara harga saham-saham blue chip, termasuk bank-bank buku 4, seperti kehilangan momentumnya. Namun, saya tetap percaya dalam jangka panjang harga saham akan konvergen ke nilainya.

Pengelompokan kedua, investor saham dibagi menjadi investor institusi dan investor individu atau ritel. Jumlah investor institusi hanya sebanyak 17.352 badan, atau sekitar 0,67% dari jumlah investor ritel. Namun, nilai portofolio investor institusi mencapai rerata Rp 239,1 miliar, sementara investor saham ritel hanya Rp 334,8 juta.

Total dana investor institusi tercatat mencapai Rp 4.149,3 triliun, atau sekitar 82,8% dari total dana investor. Jumlah tersebut juga setara 4,8 kali lipat dari nilai portofolio investor individu yang sebesar Rp 861,2 triliun, atau cuma sekitar 17,2% dari total dana investor.

Jumlah Rekening dan Nilai Portofolio Investor Institusi dan Investor Individu
Investor Jumlah Rekening Nilai Portofolio Rata-rata
Institusi 17.352 Rp 4.149,3 triliun Rp 239,1 miliar
Individu 2.572.528 Rp 861,2 triliun Rp 334,8 juta
Total 2.589.880 Rp 5.010,5 triliun Rp 1,93 miliar
Sumber: KSEI

CFA Institute membagi investor institusi dalam lima kelompok, yaitu dana pensiun, yayasan & endowment, asuransi (jiwa dan non-jiwa), bank dan perantara investasi (investment intermediary). Sementara, KSEI mengklasifikasikan menjadi investor institusi menjadi tujuh kategori, yakni korporasi, reksadana, perusahaan sekuritas, asuransi, dana pensiun, institusi keuangan dan yayasan.

Investor institusi dan ritel tidak hanya berbeda dalam nilai portofolio, tetapi juga dalam banyak hal lain. Pertama, alokasi saham untuk investor ritel biasanya tergantung umur, ability to take risk, dan willingness to take risk.

Semakin muda usia investor, serta dengan semakin tinggi kemampuan dan kesediaannya mengambil risiko, mestinya semakin besar proporsi sahamnya. Karakteristik investor dengan kemampuan rendah untuk mengambil risiko adalah yang beraset kecil, belum punya dana pensiun, masih banyak tanggungan, dan ada kebutuhan likuiditas dalam jangka pendek.

Sedangkan yang berkemampuan tinggi mengambil risiko adalah yang tidak punya utang, pensiun masih lama, tanggungan sedikit, punya dana pensiun, penghasilan dan aset besar, dan akan dapat warisan.

Untuk kesediaan mengambil risiko, investor ritel terbagi menjadi yang mempunyai toleransi rendah atau konservatif dan yang berani mengambil risiko, yaitu yang mengejar pertumbuhan, seperti para pengusaha. Para perencana keuangan perlu memperhatikan tiga faktor di atas. Walaupun seorang investor berusia muda dan mampu mengambil risiko tinggi, alokasi asetnya dalam saham sebaiknya tidak besar jika toleransi risikonya rendah, karena dia tidak akan nyaman.

Sementara, untuk investor institusi, persentase dalam saham didasarkan pada target return dan durasi liabilitasnya, bukan pada umur institusinya. Semakin besar target yield yang ingin diperoleh, dengan konsekuensi risiko yang juga meningkat, semakin besar alokasi untuk saham. Dalam kelompok institusi, endowment umumnya paling fleksibel, sehingga mempunyai target return tertinggi. Sementara bank menjadi yang paling konservatif.

Kedua, karena mengelola dana publik atau dana perusahaan, investor institusi wajib melakukan diversifikasi dalam belasan hingga puluhan saham likuid dari perusahaan bagus, yaitu yang mempunyai kapitalisasi pasar besar dan melakukan rebalancing secara periodik. Sebaliknya, investor ritel dengan prinsip yang penting cuan (YPC) lebih mengejar saham yang lagi ramai digerakkan. Karenanya, rekomendasi saham untuk investor institusi dan untuk investor ritel dapat berbeda.

Berbeda dengan investor institusi, diversifikasi dan membeli saham-saham likuid dan memiliki kapitalisasi pasar besar serta rebalancing untuk investor ritel adalah pilihan. Mereka kadang justru mencari saham-saham berkapitalisasi kecil yang tidak masuk radar investasi investor institusi.

Ketika harga saham-saham tersebut terus naik sehingga masuk ke dalam daftar 10 atau 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, barulah investor institusi mulai masuk, karena ketakutan ditinggalkan nasabahnya jika tidak mengoleksi saham-saham yang sedang ngetren di pasar dalam portofolionya.

Ketiga, investor institusi umumnya terbelenggu dengan banyak aturan yang mengikatnya, seperti dilarang melakukan transaksi pada instrumen derivatif, waran, margin, short sale, reverse repo saham-saham spekulatif, saham di bursa luar, saham berkapitalisasi kecil, dan saham dengan transaksi harian tipis.

Ada dua pelajaran dari pemahaman pengelompokan investor saham. Pertama, investor ritel jauh lebih leluasa dibandingkan investor institusi. Kedua, yang lebih mengendalikan harga saham dan IHSG di BEI adalah investor institusi, dengan dana ribuan triliun rupiah. 

Jumlah Rekening dan Nilai Portofolio Investor Institusi dan Investor Individu
Investor Jumlah Rekening Nilai Portofolio Rata-rata
Institusi 17.352 Rp 4.149,3 triliun Rp 239,1 miliar
Individu 2.572.528 Rp 861,2 triliun Rp 334,8 juta
Total 2.589.880 Rp 5.010,5 triliun Rp 1,93 miliar
Sumber: KSEI

Bagikan

Berita Terbaru

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

INDEKS BERITA

Terpopuler